Naruto milik Masashi Kishimoto-sensei. Saya tidak mengambil keuntungan selain dinotis kalian.

NOTIS MI, LOF MI!

(gagitu yam...)

Enjoy please!

.

.

.

Kelas 3 SMA itu...penuh dengan kegalauan.

(Jangan baper dulu, please. Jonesnya tolong dikondisikan.)

Bukan sepenuhnya galau karena meratapi kejombloan, tetapi juga memikirkan bagaimana nasib di masa depan. Pusat-pusat bimbingan belajar dengan rekam jejak aduhai disambangi. Harga tinggi pun disanggupi, semata-mata demi nilai memadai untuk diterima perguruan tinggi negeri yang dikehendaki. Mulai dari latihan soal sampai mabok rumus, mencari kiat-kiat strategi, dan bahkan wangsit mujarab pun dicari.

Mantap jiwa!

(Enggak mau pusing belajar untuk ujian? Gampang! Kawin aja!)

Sebagai salah satu murid yang malangnya naik ke kelas 3, aku pun merasakan hal yang sama. Aku mungkin tidak mengikuti bimbingan belajar (uang dari mana? Membobol bank? Maaf, aku mungkin murid nakal, tapi aku bukan kriminal.), setidaknya aku tetap menyusun strategi.

Pertama, tentunya persiapan. Segala hal harus dipersiapkan secara matang. Kalau perlu mintalah bantuan kepada teman.

Kedua, scout. Tentunya untuk dapat mengalahkan musuh kita harus tahu dulu seperti apa musuh yang akan dihadapi agar dapat membuat strategi. Benar, kan?

Ketiga, hajar sepenuh hati. Manfaatkan segala amunisi. Buktikan sampai tercapailah prestasi.

Tidak ada yang mustahil di dunia ini jika kau mau berusaha.

.

"KAK! BANTUIN PR NAPA!"

"BERISIK! LAGI CLAN WAR NIH!"

.

Yang kupelajari itu bukan strategi belajar, btw. Tapi multifungsi kok. Bisa dipraktekkan dalam hal belajar.

Trust me, it works!


Chic White Proudly Present

"SOULMATH"


[Positif]

.

Anda telah diterima di pilihan ke-2 Program Studi S1 Matematika di Universitas Konopad.

.

Aku menggosok mataku. Kutatap layar, tak ada yang berubah.

...Ini aku tidak sedang delusi, kan?

.

Anda telah diterima di pilihan ke-2 Program Studi S1 Matematika di Universitas Konopad.

.

Kutampar pipi kananku, kembali menatap layar.

Sakit, njir.

.

Anda telah diterima di pilihan ke-2 Program Studi S1 Matematika di Universitas Konopad.

.

Kutampar pipi kiriku, kembali menatap layar. Masih tulisan yang sama.

Sakit kuadrat.

.

Anda telah diterima di pilihan ke-2 Program Studi S1 Matematika di Universitas Konopad.

.

"Eh Dek Kakashi... Lihat sini bentar!" Kucolek bahu anak yang ada di samping kananku.

"Iya ada apa Kak Kus-WANJAY! SAKIT WOI!"

Aku nyengir pada anak yang baru saja kutabok keras pipinya. "Sakit, Dek?" tanyaku iseng.

"Iya, bego!"

Berarti bukan mimpi.

"Baguslah."

Ini kenyataan! YAHOOO~!

"KAK SEHARI AJA GAK KAMPRET BISA KAGAK?!"

"Bicik." Bodo amat, Dek. Aku lagi senang nih! AKU LULUS SBMPTN DEMI APA!

Aku segera membayar billing dan meninggalkan warnet dengan hati berbunga-bunga.

Di sini mahasiswa baru berbicara. SALAM KENAL DUNIAAAAAA!

.

.

.

Melirik waktu yang masih dalam jam kerja guru, aku langsung membawa jaket dan berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, aku masuk ke ruang guru dan duduk di salah satu meja. Menggunakan kunci yang kutahu tempat persembunyiannya, aku membuka laci meja itu. Kukeluarkan tab yang ada dan langsung memainkannya sembari menunggu Sang Empunya selesai mengajar.

Guru Matematika-ku. Orang yang ingin segera kukabari atas berita menggembirakan ini.

Sekitar satu jam kemudian, guru-guru kembali dari kelas. Kegiatan belajar-mengajar telah selesai.

"Aih? Kushina? Apa yang kau-Oh! Sudah keluar ya? Bagaimana hasilnya?" Nah, ini dia guru Matematika tercinta. "setidaknya gantilah bajumu dulu. Apa-apaan itu? Kau masih pakai piyama?"

...Sial. Aku lupa begitu bangun tadi aku langsung ke warnet dan bermain game sambil menunggu pengumuman.

Semoga saja ketiakku tidak 'harum'. Aku belum mandi, btw.

"Itu tidak penting!" Aku mengibaskan tanganku. "Coba tebak!"

"Temanmu memesan Icha-Icha Paradise 3?" Guru dengan rabut ubanan itu tertawa seolah tiada hari esok.

Tidak ada yang lucu? Iya, memang. Harap dimaklum. Guru yang kupanggil Papih ini memang agak sinting.

"Bukan itu!" tukasku. Aku menarik napas dalam-dalam. "PAPIH JIRAIYA, HASILNYA POSITIF LHO! DUA!"

Ruang yang semula heboh dengan obrolan letih dari para guru itu hening seketika. Papih meneguk ludah ketika perlahan perhatian terpusat pada kami.

"...P-positif?"

"POSITIF?!"

Aku ditarik menjauh dari Papih, bahkan dipeluk dengan protektif oleh seorang guru wanita.

"PAK JIRAIYA MASYAALLAH MURID KESAYANGANKU KAU APAKAN?!"

"PAK SING SADAR MASA MURID SENDIRI YANG SETENGAH UMUR PULA DIEMBAT SIH?!"

"PEDOFIL! PEDOFIL!"

Papih yang panik karena rekan-rekannya sudah mau menciduk, segera menjerit, "KUSHINA KOK JAHAT SAMA PAPIH?! MULUT AMBIGUMU ITU TOLONG DIKONDISIKAN, ANAKKU SAYANG!"

Papih ini bukan ayahku, kok. Setidaknya bukan kandung. Beliau sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri. Begitu pun sebaliknya. Sayang sekali kedekatan kami disalahartikan oleh beberapa oknum berotak selangkangan. Hanya karena Papih sampai sekarang masih perjaka tua, beliau dicurigai punya maksud tertentu padaku.

Heh. Kalau saja mereka tahu Papih sering curhat tentang cinta pertama yang tak bisa dilupakan olehnya hingga saat ini. Singkat kata, korban gagal move on.

.

Sebenarnya, kelulusan ini merupakan sebuah keajaiban bagiku. Karena jujur saja, di tahun terakhirku ini, sulit rasanya untuk berkonsentrasi. Keluargaku di ambang kehancuran. Ibuku berselingkuh. Jarang pulang, tak ingat pada anaknya. Ayahku sempat sakit-sakitan. Aku kacau, tapi aku harus tetap tegar di hadapan dua adikku yang masih kecil. Aku harus bisa memastikan bahwa tak ada yang berubah meski keadaan tak lagi sama. Tambah lagi, aku harus memikirkan ujian dan tetek-bengeknya.

Coba katakan. Anak mana yang bisa belajar dan menyerap ilmu dengan baik di tengah-tengah kondisi seperti itu?

Kalau Papih tidak menghiburku di sekolah; baik yang benar-benar membuatku ingin tertawa atau menceburkannya ke kolam piranha di taman satwa, entah apakah aku masih mampu untuk membuka mata keesokan hari. Bagaimana pun selama ini, ibu adalah segalanya bagiku. Dikhianati olehnya sampai seperti ini...tidak mudah.

Sudah ah. Intinya doa dan usahaku tetap berbuah hasil. Aku siap menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

.

"Nak, ini Papihmu dibilang pedofil gak akan dibela?"

Mengerjai Papih minimal dua minggu sekali itu perlu dilakukan.

"Males ah." Nangis aja sana. "Aku positif lulus pilihan kedua, maksud perkataanku tadi."

"Pilihan kedua? MATEMATIKA KONOPAD?!" Aku mengangguk menanggapinya. "PAPIH BANGGA! SINI PELUK!"

Aku berani bertaruh. Masuk universitas manapun asalkan jurusan yang kuambil itu Matematika, pasti Papih akan tetap seheboh ini.

Ah, sudahlah.


Namaku Kushina. Aku baru saja diterima di Universitas Konopad Program Studi S1 Matematika. Banyak yang bilang Matematika itu susahnya minta ampun. Banyak juga yang beropini jurusan Matematika itu isinya anak jenius, maniak rumus, dan masternya kalkulus. Kuberi tahu, jangan terpedaya almamater semata. Mereka ini spesies gabut semua.

Yaa siapa tahu saja kalian yang mungkin saat ini masih membenci Matematika jadi berminat mengikuti jejakku dan masuk jurusan Matematika? Atau mungkin ceritaku dapat menginspirasi dan memotivasi? Tapi kemungkinan juga apa yang kuceritakan sama sekali tidak ada faedahnya.

...Mau kuceritakan, tidak?


Next Chapter : MANOHARA


.

.

.

Author's Note

INI APAAN YAWLA. WRITETOBER APANYA. GAJELAS :'v

Kripik setannya ditunggu di kolom ripiu. MAAF BUAT YANG NGAREP KEABSURDAN CHIC. MUNGKIN NEXT CHAP.

Ini bakal penuh curhatan pribadi selama beberapa bulan belakangan. Huha. Semoga bisa menghibur.

Update tiap hari. Berupa drabble atau chapter pendek doang :3

Sekian terimagaji.

Salam Petok,

Chic White

(Your Possible!Chic-ken*roosting*)