RE-PUBLISH
Naruto © Masashi Kishimoto
New Legends The Sequel © Kawaguchi Ryuumei
Sasuke – Sakura
.
.
.
Warning (s): OOC, GAJE, Semi-canon.
Genre (s): Romance, Hurt/Comfort
Rated: T
Main Character: SasuSaku
.
.
.
New Legends The Sequel
Chapter 1
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
Perang yang dimulai karena keserakahan mereka yang ingin menguasai para bijuu telah usai beberapa menit yang lalu. Tidak perlu adanya deklarasi pengibaran bendera putih atapun kata-kata yang berisikan bahwa perang telah berakhir, melainkan dengan adanya pihak yang menang dan kalah sudah cukup untuk mewakili berakhirnya perang yang hampir menghancurkan sembilan puluh persen dunia ini. Yang tersisa dari perang itu hanyalah puing-puing bumi yang hancur, mayat yang tergeletak tak bernyawa dimana-mana, ratusan tubuh yang bangkit karena edo tensei yang sudah di segel, serta tubuh maha besar milik sang juubi yang hancur lebur masih setia ditemani oleh amaterasu.
Madara Uchiha serta Obito Uchiha, teman satu klan namun beda generasi dengannya yang memaparkan bahwa perang dimulai kini sudah hancur sampai ke akar-akarnya. Ia dibantai oleh sahabat lamanya yang juga hasil bangkitan dari edo tensei Orochimaru. Kelemahannya baru disadari Hashirama Senju ketika ia berhasil mencongkel rinnegan indah nan mematikan itu.
Beda Madara beda juga dengan Obito. Mantan murid hokage keempat ini menghembuskan nafas terakhir ketika Kakashi menusukkan tangan kanannya yang berselimutkan jurus raikiri tepat di dada kirinya serta melempar kunai yang langsung tertancap di sebelah mata kirinya yang berisikan rinnegan. Di akhir hayatnya Obito sempat berkata bahwa ia sangat senang memiliki teman seperti Kakashi dan itu membuat Kakashi mau tidak mau terlempar ke masa lalu.
Meskipun ia telah menang atas Obito itu tidak lantas membuatnya senang. Karena keras kepalanya yang melebihi batu, Kakashi melakukan kamui melebihi batas. Pada akhirnya, ia sendiri yang sudah tidak tahan karena efek samping dari kamui itu pingsan persis di samping mayat Obito yang terlentang bersimbah darah.
Medan perang ini memang bukanlah ajang ujian chunnin, tapi dari masing-masing tim yang dari masih gennin sudah di bentuk kini mulai menampakkan kemampuan mereka yang sudah mapan. Terlebih untuk tim tujuh, delapan dan sepuluh.
Bicara soal tim tujuh, mari kita kembali kepada tiga orang pahlawan yang masih remaja tanggung itu. Disanalah mereka, tepatnya diatas kepala Gamakichi yang merupakan hewan panggilan Naruto. Gamakichi yang berusaha sekuat tenaga agar kuchiyose tidak hilang dikarenakan kondisi Naruto yang semakin lama semakin buruk bahkan bisa dikatakan diambang ajal. Sementara Aoda, kuchiyose milik Sasuke sudah menghilang sejak beberapa detik lalu karena cakra Sasuke yang sudah pada batasnya. Tinggallah Katsuyu yang masih setia menemani dan membantu Sakura untuk menyembuhkan para shinobi yang terluka.
Haruno Sakura, satu-satunya dari mereka bertiga yang masih memiliki cakra cukup itu menangis panik sejadi-jadinya. Padahal Ia sudah mati-matian menahannya. Namun apa daya, serangan air mata tetap membanjiri wajahnya.
Perasaan tak enak semakin menyelubungi hatinya melihat Naruto yang sekarat. Meski ia tahu, manusia klan Uzumaki bernama Naruto ini memiliki tubuh yang sangat kuat dibandingkan manusia biasa pada umumnya, tetap saja ia merasa tidak tenang. Apalagi ucapan Naruto yang menyuruhnya untuk lebih dulu menyelamatkan Sasuke ketimbang dirinya. Seperti pasrah kalau dia akan cepat mati saja.
Kini Sakura berusaha sekuat tenaganya untuk menyembuhkan Sasuke. Kesalahan fatal pemuda ini sehingga sesi pengobatan begitu rumit adalah karena ia terlalu sering menggunakan eternal mangekyou sharingan beserta jurus yang mendiaminya.
Lima menit pertama memang cukup untuk membuat tubuh Sasuke yang dipenuhi luka cukup serius itu kembali pulih. Namun butuh waktu lima belas menit kemudian untuk membuatnya sadar dari pingsannya. Tapi manik kelam itu sempat terbuka beberapa saat. Menatap Sakura dengan mata merahnya yang sayu.
Dengan tenaga yang tersisa, ia selipkan tangan kokohnya di sisi wajah Sakura.
"Tadaima," ucapnya parau. Sebuah kata yang ringan namun mampu membuat hati Sakura bergemuruh senang. Dengan linangan air mata bahagia Sakura menatap Sasuke lekat-lekat lalu memeluk pria itu dengan erat.
"Okaeri Sasuke-kun..." jawabnya "...okaeri,"
Betapa bahagia dirinya mendapati sang pujaan hati memantapkan hati untuk pulang ke desa halamannya. Pelukan pertama mereka setelah bertahun-tahun tidak bertemu dan menjadi musuh itu terasa begitu hangat di tubuh rapuh keduanya.
Meskipun tidak ada balasan pelukan dari Sasuke, setidaknya Sakura senang karena Sasuke tidak menolak saat dirinya dipeluk. Tapi hal itu tidak bertahan lama, karena setelah Sakura melepas pelukannya Sasuke kembali kealam bawah sadarnya dan sukses membuat Sakura panik bukan kepalang.
"Sakura-san, bisakah kalian turun dari kepalaku? Chakra Naruto sudah pada batasnya dan aku sudah tidak bisa mempertahankan kuchiyose lagi," ucap Gamakichi. Sakura langsung menuruti ucapan Gamakichi dan memerintahkan semua orang yang berada di kepala Gamakichi agar segera turun.
"Terima kasih, Gamakichi. Kau banyak membantu dalam perang ini," kata Sakura tulus.
"Sama-sama, Sakura-san. Aku harap kau dapat menyembuhkan si bodoh Naruto itu," ucapnya sebelum menghilang.
Anggukan kepala dirasa cukup untuk menjawab ucapan Gamakichi. Meski hatinya kurang yakin apakah Naruto bisa bertahan karena banyaknya sel yang hancur dalam tubuh Naruto.
Pandangannya dialihkan kembali pada Sasuke yang kini terbaring lemah tidak sadarkan diri. Keadaannya kembali memburuk. Dengan hati yang gamang Sakura mencoba kembali untuk menyembuhkan Sasuke.
"Kumohon bertahanlah, Sasuke-kun. Jangan kecewakan Naruto," rancaunya.
Dua puluh menit sudah Sakura melakukan sesi pengobatan pada Sasuke dan hasilnya mulai terlihat. Meski belum menampakkan onyxnya yang sangat mempesona kaum hawa dan membuat kaum adam naik pitam itu, namun dengan adanya pergerakan dada naik turun yang teratur membuat Sakura tersenyum lega. Kembali diperiksanya bagian tubuh Sasuke, barang kali masih ada yang belum sembuh. Memang bukan penyembuhan total, tapi setidaknya untuk saat ini cukuplah untuk membuat Sasuke lebih baik dari sebelumnya.
Sakura mengalihkan pandangannya ke Naruto yang sedang diobati oleh Shizune dan seekor bagian dari Katsuyu. Karena dirasa keadaan Sasuke lebih baik, Sakura memutuskan untuk membantu Shizune menyembuhkan Naruto.
"Bagaimana keadaan Naruto, Shizune-senpai?" tanya Sakura khawatir. Pasalnya keadaan Naruto saat ini sangat jauh dari kata 'baik'.
"Lukanya sangat parah, Sakura. Aku tidak yakin apakah Naruto akan selamat. Jika saja Naruto tidak terlalu sering menggunakan rasenshuriken dan chakra kyuubi pasti ia akan lebih cepat sadar," ucap Shizune.
Sakura hanya bisa meneteskan kembali air matanya. Jika medic-nin terbaik kedua di dunia shinobi selain Tsunade mengatakan seperti itu, apalagi yang bisa ia lakukan untuk mempertahankan Naruto. Mungkin nekat adalah salah satu cara yang akan digunakan Sakura untuk menyelamatkan sahabat prianya yang selama ini sudah terlalu berjasa untuk dirinya maupun untuk desa.
Naruto tidak sadarkan diri dengan tubuh luka dimana-mana. Sel-selnya banyak yang rusak dikarenakan Naruto terlampau sering menggunakan rasengan shuriken. Padahal dirinya sudah diperingatkan ribuan kali oleh Tsunade agar jangan terlalu sering menggunakan rasengan shuriken itu. Tapi bukan Naruto namanya jika ia langsung mengindahkan larangan hokage itu. Maka yang terjadi sekarang adalah, Ia tidak sadarkan diri yang sukses membuat semua orang di sana teramat sangat khawatir terutama yondaime hokage edo tensei.
Rasa bangga memang menyelimuti dirinya sebagai seorang ayah yang melihat anaknya menjadi seorang pahlawan untuk dunia shinobi ini. Namun disaat yang bersamaan rasa sedih juga turut mendominasi hatinya. Yang ditakutkan mantan hokage ini adalah jika anak semata wayangnya itu pergi menyusul dirinya dan Kushina di tempat peristirahatan terakhir. Bukan karena ia tidak ingin berkumpul dengan keluarga kecilnya, melainkan ia menginginkan jika Naruto setidaknya merasakan secipratan kebahagiaan yang selama ini diidamkannya.
"Biar aku yang menyembuhkan Naruto," kata Sakura pada Shizune.
Shizune menatap ragu pada Sakura karena ia tahu bahwa chakra murni Sakura hampir habis karena menyembuhkan Sasuke tadi. Shizune juga sebenarnya ragu dengan pengobatan ini karena memang kondisi Naruto yang boleh dikatakan koma. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba siapa tahu berhasil, batin Shizune.
.
"Tidak dalam bentuk yang bagus, Tsunade," ujar seorang manusia setengah reptil yang baru saja datang ketempat lima kage yang sedang sekarat.
Orochimaru bersama Karin dan Suigetsu datang di saat yang tepat. Empat kage yang lainnya tertutup oleh empat bagian tubuh Katsuyu yang berukuran sedang. Yang paling besar memperhatikan dan mempertahankan kuchiyose agar tidak hilang.
"Ugh, itu siput yang sangat besar," Ujar Suigetsu. "bayangkan berapa banyak garam yang kita perlukan untuk mengalahkannya," lanjutnya sambil menatap ngeri pada Katsuyu si siput tanpa cangkang yang maha besar.
"Itu hanya bagian dari Katsuyu, dia dikirim dari hutan Shikkotsu. Itu masih terbilang kecil," ujar Orochimaru.
"Heehh," kaget Suigetsu.
"Kita harusnya memikirkan hokage kelima, bukannya siput itu! Kau tidak harus mendengarkannya, Orochimaru-sama, kita jalankan saja rencana kita," kata Karin.
"Apa kau marah karena kami membawamu jauh dari Sasuke-kun?" tanya Orochimaru.
"Be— tidak mungkin. Ayo kita pergi Suigetsu bodoh!"
"Kenapa kau marah padaku? Siapapun pasti ingin menaburkan garam pada siput," geram Suigetsu sambil menggesekkan telunjuk dan jempolnya seolah sedang menabur garam dengan mimik kesal. Orochimaru tidak mengindahkan pertengkaran dua orang aneh itu. Ia segera melompat menuju Tsunade.
"Pertama Tsunade, ayo pergi," titahnya.
"Tsunade-sama!" pekik Katsuyu saat melihat Orochimaru menghampiri mereka. Tentu Katsuyu tahu siapa Orochimaru. Menjadi hewan panggilan milik Tsunade sudah pasti pula ia mengenal siapa saja yang pernah berurusan dengan tuannya.
"Uh.. apakah hokage kelima itu seorang nenek-nenek?" tanya Karin.
Karena Tsunade sudah mengaktifkan byakugou pada saat bertarung, jadilah ia pada saat segel itu hilang ke wujud aslinya yang berkeriput.
"Ugh, jadi dia bukan hanya punya torso yang panjang," kata Suigetsu saat melihat puluhan bagian kecil Katsuyu mengerubungi bagian perut dan pinggang Tsunade untuk menyambungkan bagian yang putus itu.
"..Orochimaru..?" ucap Tsunade parau dengan suara khas nenek-nenek.
"Sepertinya kau terlalu memaksakannya, Tsunade," ujar Orochimaru.
Katsuyu yang terlampau waspada pada Orochimaru mengambil sikap untuk menyemburkan cairan asamnya yang sangat berbahaya itu. Namun sebelum melakukannya, Orochimaru lebih dulu mengatakan maksudnya mendatangi tempat itu.
"Katsuyu, aku datang kemari untuk merawat hokage kelima. Aku bukan musuh," kata Orochimaru meyakinkan.
"Aku tidak punya alasan untuk mempercayaimu! Kau seharusnya sudah mati!"
"Jika kau melihatku melakukan hal yang mencurigakan, kau bebas membunuhku dengan menyemburkan cairan asammu,"
"..."
"Uhk..uhk.." Suara batuk Tsunade menandakan bahwa gadis tua itu secepatnya memerlukan pertolongan, dengan setengah hati akhirnya Katsuyu mempercayakan kesembuhan Tsunade ditangannya.
"Baiklah, aku percaya padamu," ucap Katsuyu.
"Kau lebih pengertian dibandingkan Manda," ucap Orochimaru. Memang benar. Manda yang adalah kuchiyose milik Orochimaru itu keras kepala. Dia sangat sulit untuk percaya pada seseorang yang dikenalnya apalagi jika ia mengetahui bahwa orang itu dulunya adalah musuh.
"Kalau begitu pertama-tama—" Orochimaru menghentikan ucapannya lalu memandang sekeliling. " —dimana kage yang lain?"
"Mereka sedang disembuhkan dalam pecahan tubuhku. Mereka terluka sangat parah," jawab salah satu bagian tubuh Katsuyu yang didalamnya terdapat seorang kage. Tiga bagian tubuh yang lainnya berjejer melakukan pengobatan pada tiga kage yang berada pada tubuhnya.
"Katsuyu.. bagaiman proses penyembuhan bisa lambat sekali padahal kau ada disini?"
"Aku hanya bisa menggunakan kekuatanku berdasarkan byakugou milik Tsunade-sama. Tsunade-sama sangat lemah sekarang. Jadi aku tidak bisa menggunakan kekuatanku sepenuhnya,"
"Jadi begitu cara kerjanya. Ya seingatku aku tidak pernah melihat Tsunade melemah. Aku rasa itu masuk akal," tukas Orochimaru.
"Aku berusaha agar kuchiyose tidak menghilang dan juga fokus untuk penyembuhan dalam waktu yang sama jadi aku tidak bisa menyatukan tubuh Tsunade-sama dengan benar,"
Orochimaru tampak berfikir sejenak lalu mengalihkan pandangannya pada Suigetsu dan Karin.
"Suigetsu.. ambil bagian bawah tubuh Tsunade dan sambungkan kebagian tubuhnya yang lain,"
"Ehhh? Aku lebih suka memisahkan sesuatu!" tolak Suigetsu. Namun begitu melihat tatapan Orochimaru yang mengerikan mau tidak mau Suigetsu melakukannya juga.
"Ugh, siput-siput ini semuanya menggeliat-menggeliat dan berlendir. Ini menjijikkan," ujar Suigetsu pasrah.
"Menurutku kau juga sama. Mengingat bahwa kau berbentuk manusia, kau lebih menjijikkan dan juga aneh!" seru Karin.
"Karin, biarkan dia menggigitmu agar dia bisa menyembuhkan," perintah Orochimaru seakan tidak peduli dengan dua makhluk aneh itu yang sedang bertengkar.
"EEHHHH? Aku tidak mau digigit seseorang selain Sasuke.."
"Ah! Kau baru saja mengaku kalau kau menyukai Sasuke," ejek Suigetsu sambil menunjukkan jari telunjuknya pada Karin.
"T-TIDAK MUNGKIN AKU MENYUKAI SI SIALAN SASUKE ITU! DIA BAHKAN MENCOBA MEMBUNUHKU.. MENYENANGKAN SEKALI RASANYA!" teriak Karin tidak terima.
"Kau ini bicara apa?" heran Suigetsu. "Huh.. lagipula kau juga sudah dipenuhi bekas gigitan sebelum kau digigit olehnya," lanjutnya sambil berkacak pinggang dengan senyum meremehkan.
"Diam kau! Sekarang aku hanya untuknya!"
"Berhentilah membantah. Dasar pembuat gigi palsu. Lagipula bagaimana cara badanmu bekerja? Kau bahkan lebih aneh dariku,"
"Apa kau bilang?" Karin mengepalkan tangannya bersiap untuk meniju manusia air itu. Orochimaru yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara dan sukses membuat Karin dan Suigetsu bergidik ngeri.
"Kalian berdua cepatlah," ujarnya datar. Ia mengeluarkan lidah panjangnya dan memanjangkan lehernya. "kalian berdua aneh, berhentilah bertengkar. Jika kalian tidak berhenti aku akan mengikat kalian dengan ularku, masuk melalui mulutmu dan masuk kedalam badanmu,"
'Kaulah yang paling aneh sekali, Orochimaru,' batin Karin ngeri melihat leher dan lidah Orochimaru yang memanjang.
'Tubuh dan jiwamu, keduanya sangatlah tidak wajar,' batin Suigetsu sweatdrop.
Tak lama kemudian Karin dan Sugetsu menjalankan perintah Orochimaru. Tsunade langsung mengigit tangan kanan Karin. Kulitnya yang tadinya keriput sekarang kembali muda seperti semula. Segel byakugou yang ada didahinya kembali muncul. Sedangkan Karin mulai panic karena Tsunade banyak menyerap chakranya.
Kalau dia menyerap semuanya, aku akan melemah.
Dirasa cukup, Tsunade melepaskan gigitannya pada tangan Karin. Sekarang keadaannya sudah pulih dan langsung duduk.
"Kau harusnya berterima kasih padaku, Tsunade," ucap Orochimaru.
"Kenapa kau melakukan hal ini setelah berkhianat pada desa?" tanya Tsunade.
"Sekarang aku menemukan hobi lain. Dulu aku ingin menjadi angin yang menggerakkan kincir tapi kali ini aku sadar kalau ternyata lebih menyenangkan menunggu angin lain berhembus. Aku tidak ingin disegel sebelum merasakan angin itu," jawabnya. Lalu Orochimaru teringat akan Sasuke yang selalu mencari jati dirinya.
"Yang kau katakan tidak masuk akal seperti biasa," balas Tsunade. "tapi.. aku rasa kau sudah berubah,"
"Semua orang bisa berubah. Kalau tidak.. mereka mati sebelum bisa berubah. 'Dia' mati seperti dirinya yang dulu," Tsunade tau siapa 'dia' yang Orochimaru maksud. Siapa lagi kalau bukan sannin seperti mereka, Jiraiya.
"Orochimaru.. jika kau berubah lebih awal, Jiraiya mungkin masih hidup sekarang,"
"Kalau begitu, "dia" mungkin sudah berubah,"
"..."
"Sannin seperti kita, semua hal tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan," tukas Orochimaru. "kita tidak bisa menjadi solid selamanya. Sesuatu biasanya berubah,"
Mungkin itu kenapa aku ingin melihat kemana Sasuke akan pergi. Menunggu dengan sabar sampai anginnya berhembus.
"Oh, terima kasih karena telah menyembuhkanku. Jadi kau tahu tentang perang?"
"Tentu saja. Itulah kenapa aku bekerja sama denganmu,"
"Bagaimana caranya kau bisa ke medan perang?" tanya Tsunade sambil berdiri.
"Kalau begitu kami akan pergi. Kau hanya harus fokus pada penyembuhan para kage,"
.
.
.
Sakura kini tersenyum lega karena telah berhasil menyembuhkan Sasuke dan Naruto. Biarpun pada awalnya ia kesulitan saat mengobati Nauto yang sangat parah ketimbang Sasuke. Akhirnya ia dapat berdiri dengan kokoh diantara dua temannya yang dulu selalu berusaha melindungi dirinya dibalik punggung kokoh mereka. Air mata bahagia terjun dengan bebas dari matanya.
Kami-sama, terima kasih karena telah menyelamatkan dua orang terpenting dalam hidupku.
Dipandanginya wajah lelah dan tubuh kekar kedua sahabatnya yang sekarang masih berlayar di pulau mimpi. Betapa sayangnya gadis ini pada dua orang pemuda yang sekarang sedang dalam bawah sadarnya. Apapun rela dia berikan untuk mereka. Ya, apapun itu meski nyawa sekalipun.
Sai yang melihat Sakura menangis menghampiri Sakura. Seakan mengerti perasaan gadis yang selama beberapa tahun ini menjadi teman satu tim nya di tim tujuh. Tapi ada satu hal yang mengganjal dipikiran mantan Anbu Ne itu tentang Sasuke dan ia merasa harus menanyakannya pada Sakura.
"Sakura, boleh aku bertanya?"
Sakura tidak menjawab, melainkan hanya menatap Sai memberi isyarat untuk bertanya. Seakan mengerti arti tatapan Sakura, Sai melanjutkan perkataannya.
"Karena aku tidak mengenalnya dengan baik, aku hanya bisa menilainya secara objektif," ucapnya. "aku belum bisa mempercayainya sebagai teman. Bagaimana perasaanmu yang sebenarnya tentangnya, Sakura?"
"..." Sakura lagi-lagi diam. Namun diamnya dia kali ini memiliki alasan. Entah kenapa pertanyaan yang dilontarkan Sai begitu mengusik pikirannya. Jika dipikir-pikir, dirinya pun belum terlalu mengenal pemuda yang telah sejak lama mengisi relung hatinya itu.
"Tidak apa-apa.. aku senang Sasuke-kun kembali," jawabnya sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya pada Naruto dan Sasuke. "aku senang dia bisa kembali dan aku mempercayainya,"
Sai menatap Sakura dengan pandangan meneliti. Ia tahu Sakura berbohong. Semuanya terpampang nyata di wajahnya. Pun, Sai sudah sering medengar cerita tentang perasaan gadis itu pada Sasuke.
Senyum yang saat ini terukir di sana hanyalah sebuah senyum tanpa perasaan. Senyum yang menyimpan banyak misteri meski Sakura sudah menyimpannya rapat-rapat agar tak satupun orang yang tahu.
Kata-katamu memang tulus. Tapi... aku tahu kalau senyumanmu itu palsu.
.
.
.
TBC
Sequel untuk NaruHina saya pisah dari fic ini soalnya bakal lebih gampang kalo ga dijadiin satu.
Chapter ini sudah dirombak beberapa kali.
