Super Lovers milik Abe Miyuki
I'm With You
Oleh Ayahina
Aki juga butuh perhatian
.
.
.
Bulan kian tenggelam tatkala Shima menemukan Aki tengah tercenung di teras rumah. Memeluk lutut, membiarkan rambutnya dibelai angin pengarak pagi. Tatapannya setia tertuju pada langit gelap, seakan ada bintang tersenyum padanya di sana. Hanya piyama melapisi tubuh, tentu saja rasa dingin tidak bisa dihindari. Aki sama sekali tidak menggubris langkah kaki yang mendekat, bagaikan ia tahu pemilik ayunan pilar kulit itu adalah Shima. Atau mungkin tidak peduli lantaran pelangi muram menodai wajahnya. Tidak bereaksi akan sebuah selimut yang menyelubungi tubuh dan secangkir teh di dekat kakinya.
"Ada masalah apa sampai terbangun jam segini?" Shima bertanya sebelum menyesap teh. Melirik saudara kembarnya yang kukuh membeku di tempat. Iris yang senada dengan warna tanah itu masih menolak beradu pandang.
"Kau sendiri?" Aki balas bertanya.
"Aku harus menyelesaikan tugas hari ini."
"Oh."
Senyap. Bunga sakura yang menunjukkan jati diri bernyanyi bersama rembulan. Dini hari yang tenang. Aki diam-diam membagikan selimut dengan Shima lantas meneguk teh. Sensasi panas membakar rongga mulut, membuatnya mengumpat sejenak. Shima membantunya dengan menepuk punggung pelan, tidak baik sampai membangunkan Haru dan Ren.
"Shima, ini hanya menurutku saja atau ... Aniki terlihat lebih akrab dengan Ren?"
Pertanyaan yang menarik. Shima mendekatkan diri dengan Aki sebelum menjawab. "Aku juga berpikiran seperti itu. Kenapa? Cemburu, ya?"
Aki tergagap. "K-Kenapa pula aku harus cemburu pada bocah itu?!"
"Terlihat di dahimu."
"B-Berisik."
Shima sama sekali tidak menolak saat menyadari kepala Aki mendarat di bahunya. Sesekali ujung rambut Aki menyentuh pipi Shima, geli. Tak ada lagi jarak di antara mereka, Aki bahkan nyaris melingkari tangannya pada tubuh Shima. Sekelumit kesedihan menaungi mata sayunya, Shima berhasil menemukannya. Ia mengarahkan jemarinya pada rambut Aki, mengusap lembut. Lima menit menuju masa depan diisi oleh keheningan.
"Mereka jadi sering menghabiskan waktu bersama. Aku suka heran pembicaraan mereka. Terlihat sangat menyenangkan tapi tidak bisa diganggu." Aki melontarkan secara pelan namun menembus pendengaran Shima.
"Mereka dekat sedari kecil. Ren pindah ke sini juga karena ingin bersama Nii-san. Jadi tidak heran kalau ia lebih memilih berinteraksi dengan Nii-san dibandingkan kita. Toh, lama-lama kita bakal akrab dengannya. Dan ... mana mungkin Nii-san melupakanmu hanya karena Ren. Tentu saja dia menyayangimu. Nii-san mencintai kita semua." Penjelasan itu tidak menaikkan kecerahan air muka Aki. Hembusan napas berat sebagai balasan.
Shima menepuk kepala si adik.
"Aku bersamamu, Aki."
Aki mengangkat kepalanya, menatap wajah Shima dalam kerjapan bingung.
"Besok semua libur. Bukankah menyenangkan mengunjungi pantai? Aku yakin Ren akan—"
"Tidak. Tidak usah mengajak Aniki dan Ren."
Shima merasakan Aki merapatkan pelukannya. Menyembunyikan wajahnya di balik dada Shima, menciptakan peredaman suara.
"Aku ingin pergi bersamamu saja. Berdua."
Tidak ada pilihan selain membalas, Aki mulai tenggelam dalam dekapan Shima.
"Oke. Kalau itu maumu."
Anak kembar dari keluarga Kaidou bersatu dalam pelukan hangat.
.
.
.
.
.
.
Tamat
