A Girl?

.

DISCLAIMER: Masashi Kishimoto

Fantasy, Romance

SasuSaku

Rate: M

.

WARNING!

Typo bertebaran (maybe), abal, gaje, ide pasaran, OOC.

Story by Cassandra Michelle

.

SUMMARY: Remaja lelaki 17 tahun ini benar-benar benci dengan makhluk yang bernama 'perempuan'. Tapi, apa jadinya kalau remaja lelaki ini berevolusi menjadi perempuan?/ "Apa-apaan ini?"/"Namaku Haruno Sakura, salam kenal."/ Bagaimana jika Uchiha bungsu ini pertama kalinya berbicara dengan seorang gadis?

.

.

DON'T LIKE, DON'T READ

NO FLAME!

Silahkan membaca!

'Perempuan'

Uchiha Sasuke. Remaja lelaki 17 tahun ini benar-benar benci dengan makhluk bernama 'perempuan' terkecuali Ibunya. Di fikirannya, perempuan hanyalah sosok yang lemah, selalu ingin mendapat perhatian penuh dari orang lain, memakai riasan wajah norak tebal, bermuka dua, mata duitan, dan segala-galanya yang menurutnya berlebihan.

Makhluk perempuan juga sosok yang mengerikan sekaligus menjijikkan di matanya.

"KYAA, SASUKE-KUN AKU MAU JADI ISTRIMU!"

Mereka yang berteriak-teriak tak jelas ketika melihat wajah tampan miliknya, mengatakan hal-hal yang menurutnya sangat lebay, tak tahu malu, dan selalu mengikutinya kemanapun dirinya pergi. Yang membuatnya benci adalah ketika makhluk bernama 'perempuan' itu menangis dan meraung-raung tak jelas di hadapannya ketika pernyataan cinta mereka ditolak. Sangat sensitif.

"Ku-kumohon, terimalah cintaku, hiks."

"Hn. Menjauh dariku!"

"Kau kejam, hiks."

Mereka yang memiliki muka dua. Di depan, makhluk itu akan bersikap baik, lemah lembut, dan menjaga sikap. Tapi saat makhluk itu ada di belakang, kau akan menemukan jati diri yang sebenarnya makhluk itu.

"Sa-Sasuke-kun, k-kau mau makan b-be-bersama denganku?"

"Hn. Tidak usah menjaga sikap, kau sebaiknya pergi dari sini!"

"Cuih, kau brengsek!"

Dan semua alasan Uchiha Sasuke masuk akal bukan untuk membenci seorang 'perempuan'? baginya perempuan hanyalah sosok yang menyusahkan dan lemah. Jika dibedakan dengan kekuatan lelaki, mereka pasti kalah. Selamanya, Uchiha Sasuke akan selalu membenci makhluk bernama 'perempuan' dan itu tak akan pernah tergantikan!

oOo

"Sekarang umurmu sudah 17 tahun, Sasuke." Suara wanita paruh baya membuat seorang pemuda yang baru saja akan membuka pintu rumah terhenti.

Sasuke—pemuda itu—menoleh ke arah sang wanita paruh baya yang memanggilnya, "Hn. Lalu?"

"Kau tak ingin memiliki kekasih? Ibu sangat mengha—"

Perkataan wanita paruh baya yang merupakan Ibu pemuda itu terpotong oleh suara Sasuke, "Hn. Tak akan." Potongnya dengan nada tajam, kemudian membuka pintu dan berjalan keluar.

...

Mobil sport berwarna merah terhenti di depan gedung meah bernamakan Konoha Senior High School (KSHS). Seorang pemuda berambut biru donker mencuat keluar dari mobil yang langsung disambut oleh kerumunan dan teriakan dari para gadis. Pemuda itu mendengus kesal ketika para gadis itu berebut untuk menghampirinya.

Memasang wajah tak peduli, pemuda itu langsung berjalan santai ke kelasnya tak menghiraukan para gadis yang mengikutinya dari belakang. Lihatlah sekarang, wajah pemuda itu mengeras dan terlihat kesal karena para gadis itu.

"Teme, nanti main ke rumahku ya!"

"Hn."

Pemuda bermanik biru shappire indah yang baru saja menghampiri Sasuke langsung melengos pergi meninggalkan pemuda itu sendirian bersama dengan kerumunan para gadis.

Cklek

"Hoi, Sasuke! Pulang sekolah nanti kita langsung ke rumah Naruto, jangan lupa!" Kiba, pemuda bertato segitiga yang ada di kedua pipinya itu melambai ke arah Sasuke dari tempat duduk paling belakang.

"Hn."

Sasuke berjalan ke arah tempat duduknya yang berada di paling pojok belakang dekat jendela. Kemudian mengeluarkan sebuah buku bersampul biru tua untuk dibaca. Ia tak mendekat, bergaul, atau apapun yang berurusan dengan siswa di sini. Bukannya tak punya teman, tapi rasanya ia malas membahas hal-hal tak penting dengan siswa di sini. Paling banyakpun dia hanya memiliki 10 teman dan itu semua laki-laki.

Karena merasa bosan dengan buku yang dibacanya, Sasuke menoleh ke arah luar jendela. Pertama kali yang ditangkap oleh netra malam-nya adalah sesuatu yang membuatnya berdecak dan menyunggingkan senyum remeh.

"Tsk. Perempuan memang benar-benar menggelikan. Rambut saja dicat berwarna pink, dasar norak!" gumamnya ketus.

"Hei jangan begitu, Teme. Makanya kau sama sekali tak mempunyai kekasih. Che." Perkataan Sasuke disahuti oleh suara cempreng milik sahabat pirang jabriknya—Naruto yang baru saja duduk di sebelah tempat duduknya.

Sasuke mendengus pelan, "Kh, aku sama sekali tak tertarik dengan perempuan dan lagipula aku benci dengan makhluk bernama 'perempuan'." Sahutnya dengan nada sinis dan tajam, seolah ia sangat benci dengan keberadaan makhluk itu.

"Hhh, aku terserah padamu lah. Lagipula aku yakin, suatu saat kau pasti membutuhkan seorang perempuan untuk menjadi pendampingmu. Dan juga aku masih tahu kalau kau normal dan bukan abnormal. Benar 'kan?" Naruto menatap pemuda raven itu dengan cengiran di wajahnya.

Sasuke menyeringai pelan ke arah Naruto, "Bisa saja aku sangat membenci perempuan, Dobe. Dan kalau aku masih sangat membenci perempuan, maka tidak ada pilihan lagi. Kau yang akan kunikahi." Ujar Sasuke santai tanpa memperhatikan raut muka milik Naruto yang terlihat pucat pasi.

"AKU MASIH NORMAL, BAKA!" Saat itu juga teriakan menggelegar dari putra sulung Namikaze menggemparkan seluruh penghuni di kelas, tak terkecuali Sasuke yang kini menatap horor Naruto. Ckck, nasibmu Naruto!

oOo

Riuh ramainya di kelas membuat gadis berhelai merah muda panjang menggerutu kecil. Seorang gadis bersurai pirang terkekeh kecil melihat sahabat pink-nya yang tengah menutup kedua telinganya sembari dari sebelah gadis itu.

"Ne, Ino. Kapan semuanya bisa diam? Aku 'kan tak tahan dengan suara berisik seperti ini. Telingaku serasa pecah saat ini juga. Lagipula mereka juga kenapa sih sampai segitunya?" Sakura, gadis itu menggerutu dengan wajah kesal namun terlihat imut dengan ekspresi itu.

Ino yang ada di sebelahnya tertawa kecil, "Kau tahu seberapa senangnya seluruh siswa jika mendapat pemberitahuan tentang adanya jam kosong?" gadis berambut pirang itu berkata dengan sedikit berteriak karena memang kelas sangat ramai.

Sedangkan gadis bernama kan lengkap 'Haruno Sakura' itu memutar bola matanya bosan.

"Hei, Forehead. Kau tahu pemuda dari kelas sebelah bernama Uchiha Sasuke? Yang wajahnya tampan, otaknya jenius, selalu di peringkat pertama, kaya, yang selalu dipuja-puja oleh semua siswi di sini, dan ya—"

"Sudahlah Ino, memangnya ada apa? Uchiha Sasuke? Siapa itu dan aku tak kenal." Potong sekaligus jawab Sakura menatap penuh heran pada Ino.

"Hah, kau tak tahu? Uchiha Sasuke adalah pria tertampan dan terjenius di KSHS. Kabarnya, dia membenci seorang perempuan dan selalu menatap penuh cemooh pada perempuan. Tapi itu sama sekali tak membuat perempuan benar-benar berhenti mengejarnya. Dia adalah sosok terdingin yang pernah aku lihat, aku saja sampai bergidik ngeri melihat tatapan tajamnya." Jelas Ino dengan penuh semangat.

Sakura mengernyitkan alisnya heran dan penasaran, "Kenapa pemuda itu membenci perempuan? Apa salahnya dengan perempuan? Dia hanya menganggap perempuan itu lemah. Walaupun dia jenius, tapi pola pikirnya sangat kekanakan. Sangat menyebalkan." Sungut Sakura sembari membayangkan wajah pemuda bernama 'Uchiha Sasuke'.

Sakura terkekeh geli membayangkan wajah yang diperkirakannya. Dibayangkannya kalau pemuda itu memiliki wajah oval dan reyot di bagian pipinya, bibirnya yang tebal, rambut merah mencolok yang tersisir rapih, memakai baju yang sudah kusam, dan segala-galanya yang jauh dari kata 'tampan'.

Ino yang menyadari apa yang ada di fikiran sahabatnya hanya mendesah pelan dan menepuk pundak Sakura pelan sehingga sahabatnya tersadar dari lamunan. "Kau salah kalau membayangkan wajah Uchiha Sasuke yang jelek."

"Biar saja." Sakura memalingkan wajahnya ke samping, tak menghiraukan Ino yang mulai bercerita lebih jauh tentang Uchiha Sasuke. Bahkan keduanya melupakan suasana berisik di kelas. Sebegitukah menariknya topik tentang Uchiha Sasuke?

oOo

Pulang sekolah, Sasuke langsung bersiap-siap untuk pergi ke rumah Naruto. Kali ini ia berangkat sendirian ke rumah Naruto karena teman-temannya sudah berangkat duluan ke rumah Naruto tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu. Tak jarang di otaknya muncul sebuah pertanyaan 'Apa mereka sudah berpamitan dengan Ibunya?'. Sungguh, Sasuke anak yang baik.

Kakinya berjalan dengan santai di sepanjang jalan yang menurutnya sangat sepi. Di depannya atau lebih tepatnya di pinggir jalan, sebuah kuil berdiri di sana. Biasanya tempat ini akan selalu ramai dengan banyak pengunjung, tetapi kali ini sepi. Satu pengunjung pun tidak.

Seorang gadis berjalan melewatinya membuat Sasuke berdecih pelan karena mengira gadis itu ingin mencari perhatiannya. Kalau tidak salah, ia pernah melihat gadis itu. Gadis berhelai merah muda panjang yang tak sengaja ia lihat di balik jendela kelasnya. Tanpa sadar batinnya menggumam, 'Gadis yang sangat ingin meminta perhatian. Rambut merah muda? Jangan membuat pantatku tertawa. Aku sama sekali tak akan tergoda dengan gadis seperti itu. Memuakkan.'

Tanpa diketahuinya, seorang lelaki paruh baya di kuil dengan rambut penuh uban menatap Sasuke penuh arti. Seringai tergambar jelas di wajah tuanya. Samar-samar terdengar bisikan dari sang kakek,

"Kau akan menerima sedikit hukuman dariku, jangan pernah main-main dengan kuil ini."

...

"Hoi, Teme! Lama sekali, kami sudah hampir mati kebosanan hanya untuk menunggumu." Cecar Naruto pada Sasuke yang baru saja sampai di rumahnya. Sedangkan Sasuke hanya menjawab dengan gumaman tak jelasnya.

"Kami sudah bermain-main selama 30 menit untuk menunggumu dan kami bosan. Merepotkan." Kata lelaki berambut nanas dengan wajah mengantuk—Shikamaru.

"Bagaimana kalau kita berbagi cerita!" seru Kiba dengan wajah semangatnya.

"Kedengarannya menarik." Pemuda berambut coklat panjang menyahut dari seberang tempat duduk yang mereka duduki—Neji.

"Baiklah, aku yang akan bercerita terlebih dahulu." Kiba memulai berkata dengan wajah serius yang membuat para lelaki yang duduk di sana menatap bosan Kiba.

"Kalian tahu kuil yang biasa kita lewati sebelum ke rumah Naruto?" Semuanya tak menjawab. Kiba melanjutkan, "Katanya kuil di sana adalah kuil yang paling ramai dikunjungi dan itu semua karena mereka yang berdoa di sana akan terkabul doanya. Mereka yang berada di sekitar kuil tak boleh melakukan apapun kecuali berdoa, walaupun sekedar menggerutu atau mengumpat. Konon katanya, jika kita mengumpat, membatin, segala hal yang jelek, kita akan mendapat hukuman. Entah itu apa hukumannya."

"Lalu darimana hukuman itu berasal? Jangan membuat perutku lapar, Kiba." Lelaki bertubuh gempal itu tersenyum mengejek pada Kiba sembari mengunyah kripik yang ada di tangannya.

Kiba mendengus kesal mendengar ejekan Chouji—lelaki itu. Dengan hati setengah dongkol, ia kembali melanjutkan. "Kalian belum tahu ya, kuil itu dihuni oleh seorang kakek-kakek. Aku pernah melihatnya langsung atau lebih tepatnya hanya rambut putih panjangnya membelakangiku saat aku diajak oleh keluargaku berdoa di sana. Saat itupun kuil sangat sepi, hanya keluarga kami yang berdoa. Aku juga sepertinya baru sadar kalau kakek tua itu menampakkan dirinya saat kuil sepi."

Kiba menghembuskan nafasnya pelan. Tak terasa bulu kuduknya meremang karena mendengar ceritanya sendiri, biasanya kalau ia menceritakan ini pada kakaknya tidak merasa tegang. Tapi kali ini berbeda. Entah kenapa, fikirannya kacau dan sedikit takut untuk meneruskan ceritanya. Ia juga merasa, kalau ada sosok yang memperhatikan dia dan teman-temannya dengan intens.

Tubuhnya bergetar pelan dan menatap wajah-wajah temannya yang terlihat santai kecuali Naruto dan Lee yang memasang wajah takut. Pandangan matanya berhenti pada sosok Uchiha Sasuke yang tengah memainkan I-phone di tangannya, wajah takutnya berubah menjadi raut bingung.

"Sasuke, kau sedang kurusan ya?" tanya Kiba pada Sasuke yang kini menatapnya.

"Kurusan? Kau kira aku perempuan yang merawat tubuhnya demi menarik perhatian lelaki?" Sasuke melayangkan tatapan datar pada Kiba.

"Tapi mataku tak salah lihat, Sasuke. Kau kurusan. Lihatlah lengan dan kakimu, tak ada lagi tonjolan otot di sana." Ujar Kiba jujur dan perkataan Kiba itu membuat semuanya mengalihkan pandangan ke arah Sasuke. Mereka juga menggunakan ekspresi sama dengan Kiba, bingung dan penasaran.

Merasa diperhatikan se-intens itu, membuat Sasuke merasa kesal. Dengan malas ia menaruh I-phone nya kembali ke dalam saku celananya dan menatap tubuhnya sendiri. Mata sekelam malam-nya menelisik jauh penampilannya, biasa saja menurutnya.

Diarahkannya iris matanya untuk melihat celana tiga per-empatnya. Ia merasa ada keanehan di kakinya, 'Hn. Ini kakiku?' pikirnya tak percaya setelah melihat lebih jelas kakinya. Kemudian memeriksa lengannya dan lagi-lagi tanda tanya muncul di otak jeniusnya, 'Kenapa kaki dan tanganku jadi jenjang seperti ini?'

"Hn. Aku pulang." Setelah itu, Sasuke langsung keluar dari rumah Naruto diikuti tatapan bingung dari temannya.

"Ada apa dengan tubuhku?" gumam Sasuke bingung.

Tak diketahuinya, bahwa seseorang telah mengintainya dari jauh.

oOo

"Ino, kau tahu tidak kuil yang ada di dekat Perumahan elite Namikaze?" Sakura Haruno bertanya pada Ino yang tengah mengoleskan lipbalm di depan kaca kamarnya.

Ditanya seperti itu, membuat Ino menaruh lipbalm-nya dan menoleh pada Sakura. Ditatapnya sahabat pink-nya dengan tatapan bingung. Tak biasanya sahabatnya berbicara tentang tempat yang sering ramai dengan pengunjung.

"Ada apa memangnya?"

"Tadi saat aku lewat di sana, ada seseorang yang berbisik di telingaku. Dan suara itu sangat jelas sekali di indra pendengaranku, mengingat di sana tadi sangat sepi." Jelas Sakura panjang lebar.

Ino yang mendengar hal itu segera merebahkan tubuhnya di kasur Sakura dan memejamkan matanya.

"Memangnya bisikan seperti apa yang kau dengar, Forehead?"

"Semacam, 'Pria itu telah kuhukum dan kau harus membantunya menjalankan hukuman'. Begitu." Sakura menatap raut wajah Ino yang sekarang terlihat tegang.

Sakura yang melihat itu jadi panik sendiri, "Apa? Apa? Ada apa memangnya? Ada apa dengan kuil itu?"

"Kuil itu adalah kuil yang paling ramai dikunjungi oleh orang-orang karena mereka percaya bahwa kuil itu bisa mengabulkan doa kita. Dan itu sudah dipercayai semua orang. Namun katanya, di sana ada seorang kakek penunggu kuil namun itu belum pasti karena belum ada seorangpun yang melihatnya, mungkin—"

Ino bangkit dari tempat tidurnya dan menatap serius Sakura, "—Di kuil itu, tak boleh ada yang mengumpat, menggerutu, atau mengatakan hal-hal yang jelek atau kau akan mendapat hukuman dari penunggu itu. Se—"

Perkataan Ino terputus oleh Sakura yang tertawa keras mendengar cerita tak masuk akal—menurutnya—baginya. Mana ada hantu penunggu jaman sekarang?, "Haha, itu tak mungkin, Ino. Kau banyak menonton film dengan genre supernatural, fantasy, atau suspense? Itu lucu sekali, haha."

Sementara itu Ino mendengus kesal mendengar tawa Sakura yang menggelegar, kemudian menatap Sakura dengan tatapan tak kalah serius dari sebelumnya.

"Kau lihat saja, Sakura. Aku sama sekali tak bohong mengenai itu dan kau akan segera tahu apa arti bisikan itu."

oOo

"Apa-apaan ini?"

"Aku tidak yakin kalau ini adalah tubuhku."

"Benar, ini benar tubuhku."

"Tapi kenapa—"

"—Tubuhku jadi seperti ini?"

Seorang pemuda, ralat perempuan dengan rambut hitam sebahu, bermata onyx, dan bertubuh tinggi semampai memperhatikan pantulan penampilannya dari kaca. Dari atas sampai ke bawah. Dari sisi kanan sampai sisi kiri. Dan dari sisi luar maupun...

"APA INI? DADA? TIDAK MUNGKIN!"

...Dalam

Tidak aneh memang. Perempuan itu memiliki dada bukan? Tapi kenapa perempuan ini aneh sekali? Jawabannya adalah...

"Hei, Otouto! Kau seperti perempuan saja kalau mandi. Jangan-jangan kau sudah berevolusi menjadi perempuan ya? Dasar aneh!"

...Dia laki-laki!

Demi Tuhan, sekarang ia ingin sekali berteriak kenapa tubuhnya bisa menjadi perempuan. Apa yang sebenarnya terjadi dan kali ini ia merasa jijik dengan tubuhnya. Yang benar saja kalau ia jadi perempuan padahal ia sangat benci dengan makhluk itu.

"YANG BENAR SAJA!"

.

.

.

TBC

Hai, Author kembali dengan Fanfic Baru. HOREE~~ *Cium_Jauh

Ini pertama kalinya aku buat FF dengan genre Fantasy loh.

Pertama kali aku buat FF ini tuh bingung pake genre apa. Fantasy/Supernatural atau Fantasy/Romance? Semaleman nggak tidur mikirin genre-nya. Yaudahlah, dari sekian banyaknya pikiran.

Aku milih genre Fantasy/Romance. HORE~~

OKE, terimakasih pada Readers dan silent Readears yang sudah membaca karya super Gaje-ness ku.

Salam hangat,

-Reghyna Sheren Ocktavi