The Impression
Author: Hoshi Yutaka
Part: Prolog
Rating: PG
Genre: romance
Pairing: too lazy to tell
Warnings: none
Disclaimer: you know, the usual…
Comments: my mind was wandering again, creating some wild imaginations and now I'm turning them into this
Cincin perak bermata berlian itu kini ada di depan matanya. Perasaannya campur aduk ketika pria yang dicintainya menanyakan pertanyaan sakral itu ke dirinya. Di tengah taman yang daunnya berguguran, dia merayakan hari ulang tahunnya dengan melamarnya.
"aku…" dia tidak bisa berkata apa-apa. Dalam hati, dia sangat menerimanya. Dia sangat mencintai pria ini, walaupun dia tahu resikonya pasti sangat besar. Dia tahu pasti hal itu. Tapi entah kenapa, dia mengabaikannya.
"kalau kau ingin aku menunggu, tidak apa. Aku tahu hal ini berat. Aku tidak ingin memberatkanmu lebih banyak lagi…" dia berkata. Perkataannya membuat dirinya semakin merasa tersayat. Pria di depannya ini sangat baik pada dirinya. Sampai hatinya yang dulu sedingin es dan kebal pun akhirnya luluh karena kebaikannya.
"aku mencintaimu…" dia berkata pada pria itu. "kau selalu tahu itu, kan? Mana mungkin aku menolak."
''hal itu selalu tersirat di matamu…'' pria yang dicintainya itu tersenyum. ''akan menjadi sebuah kehormatan yang sangat besar bagiku kalau kau menjadi wanita yang akan berjalan di altar pernikahanku nanti…''
Dia tertawa. ''ya, dan aku juga akan merasa sangat terhormat ketika kaulah yang menjagaku sampai akhir hidupku nanti…'' walaupun dia tidak pernah berharap ingin mempunyai seseorang yang ingin menjaganya, tapi dia mendapatkannya.
''aku tahu kau adalah wanita yang kuat.'' Dia berkata. ''tapi aku bukanlah pria yang selalu kuat seperti yang dikatakan orang. Dan aku ingin kau yang menemaniku dan membuatku bertahan. Selain itu, aku juga ingin menjagamu. Setidaknya, berada di belakangmu, ketika kau membutuhkan dukungan dan bantuan. Sama seperti barang, walaupun barang itu kuat dan tidak gampang rusak, suatu saat barang itu bisa menjadi retak, bukan? Dan aku ingin menemani dan mendukungmu disaat-saat seperti itu."
"disaat kau ingin selalu kuat, kau membuatku menjadi seorang manusia. Kau tahu tidak, saat aku sadar aku mencintaimu dan menangis untukmu, disaat itulah aku merasa aku hanyalah manusia, dan aku sendirian. Dan ironisnya, tidak ada yang tahu akan hal itu, karena orang berpikir, aku tidak akan retak atau rusak."
"tidak ada yang ingin menjadi orang seperti itu." Pria itu tertawa. "dan aku juga yakin tidak ada yang ingin menjadi orang seperti kau."dia membalas.
"jadi kita cocok, bukan?" pria berambut brunette itu memakaikan cincin itu di jari manisnya. "so, will you marry me?"
"ya, aku mau." Dia menjawab dengan mantap.
"jangan menumpahkan milkshake lagi di jasku saat pesta pernikahan kita." Pria itu menyindirnya. Mereka berdua pun tertawa.
"ya, tenang saja. milkshake tidak akan menjadi salah satu menu yang ada di catering pernikahan kita nanti."
