Title : Bond Spell
Disclaimer : Story line, Ideas, Sentences © Akira, The Cast belong to them selves and God.
Length : Short Chaptered
Genre : Supernatural/Romance/Drama
Warning : Typo, Alternative universe, Boys love, suck imagination, unreal etc.
Cast : Lee Donghae, Lee Hyukjae, Cho Kyuhyun etc.
Note : Special For Lee Hyukjae's Birth day. 4 April 2012. Saengil Chukkae Nae Nampyeon.
.
#
.
Tidak semua kisah berjalan seperti apa yang dibayangkan orang, tidak semua cerita berakhir sesuai dengan prediksi yang telah terancang dalam susunan file memory otak manusia.
Karena kenyataannya, ada sebuah hal yang tak dapat terbaca oleh akal sehat manusia. Hal yang mampu membuat perjalanan yang telah tergaris secara logis menjadi penuh misteri. Dan kini kisah itu membawa roman percintaan dua anak manusia.
Saling terikat oleh benang takdir tak kasat mata. Namun, ikatan itu kini hanya akan membawa bencana, bencana yang timbul dari sebuah kutukan jiwa yang gelap.
Hanya satu perasaan yang paling tulus yang mampu mematahkan mantra kutukan itu.
.
.
.
Attention! Penumpang dengan tujuan Tokyo harap segera memasuki Gate 6A-2.
Nomor penerbangan Ren79 Airlines, akan lepas landas dalam waktu kurang dari 15 menit.
Suara bising terdengar mewarnai Bandar Udara International Korea Selatan, Incheon. Para penumpang yang memang memiliki tujuan yang telah disebutkan segera berbondong-bondong memasuki Gate 6A-2.
Satu per satu kerumunan penumpang telah menjejakkan kakinya di atas pesawat. Mengedarkan pandangan untuk menemukan passenger chair yang berada dalam paspor mereka.
Sosok lelaki muda berusia sekitar dua puluh tahun berjalan menuju kursi yang terletak di urutan ke dua. Sebuah senyum bertengger indah pada bibir merah cherry-nya saat bertemu pandang dengan sosok teman seperjalanannya nanti.
Tak lama, ia menyamankan tubuhnya, menyandarkan punggung lelahnya di atas bantalan kursi yang terasa empuk dan nyaman. Lalu dilepasnya kaca mata hitam yang sedari tadi bertengger manis di atas hidung bangirnya. Menampakkan bola mata berbentuk almond dengan kilauan manic-nya yang jernih.
.
.
.
Sudah hampir setengah perjalanan. Namun tak ada pergerakan yang berarti dari sosok pirang yang kini terlelap dalam tidurnya. Terlalu lelah, atau mungkin terlalu mengantuk—entahlah—yang jelas sosok pirang itu masih senantiasa memejamkan mata.
Hanya saja, dapat terlihat jelas dari manic mata namja ikal berwajah tampan yang hampir sepanjang perjalanan tak melepaskan sedetik pun pandangan matanya dari sosok pemuda yang duduk di sebelahnya. Wajah manis itu basah tertutup peluh, dan kegelisahan terbaca jelas dari raut wajahnya.
"…Mimpi buruk, eh?" Ucapnya lirih. Tak tega, ia guncang pelan bahu namja pirang yang kini seolah terjebak dalam nightmare yang menyekapnya. Membuat sosoknya seolah tak dapat lari lagi.
"…Bangunlah…" Panggilnya. Tak lama, kelopak mata itu terbuka, menampilkan manic coklat yang mengerjap gelisah. Nafas pemuda itu menderu meminta pasokan udara yang lebih demi menopang kinerja jantung.
"Kau tak apa?" Tanya pemuda tampan berambut hazel nut itu hawatir. Terlihat dari tatapan intensnya yang tak lepas dari sosok pemuda itu.
"Hah… aku… tak apa. Terima kasih telah membangunkanku." Seulas gummy smile menjadi pengiring jawabannya. Membuat sang lawan bicara terpukau oleh keindahan yang baru saja menyapa penglihatannya.
"Ne… Marcus Cho. Tapi banyak yang memanggilku Kyuhyun." Ucap pemuda hazel nut itu seraya mengulurkan tangannya. Ini pertama kali dalam hidupnya ia bertemu dengan sosok unik seperti pemuda di hadapannya kini.
"Lee Hyukjae. Panggil aku Eunhyuk." Ia membalas uluran tangan itu dengan senang hati. Baginya, perjalanan kali ini tidak akan terasa membosankan.
"Kalau boleh tahu, kemana tujuan Anda, Eunhyuk-sshi?" Tanya pemuda bernama Kyuhyun tersebut dengan sopan.
"Jepang. Aku akan tinggal untuk beberapa saat di Shibuya." Jawabnya. "Ah, jangan menggunakan bahasa yang seformal itu. Saya merasa tidak nyaman." Lanjutnya. "Kalau Anda?"
"Sama, tujuan kita sama." Senyuman Kyuhyun mengembang dibibirnya. "Baiklah, kita tidak perlu menggunakan formalitas, aku juga tak terbiasa dengan formalitas." Ungkapnya.
"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di Jepang nanti Kyu-yah?" Kini giliran Hyukjae yang mengajukan pertanyaan. Ia masih merasa penasaran dengan sosok jangkung yang duduk disebelahnya itu. Wajahnya perpaduan Asia-eropa, serta gayanya yang seolah bangsawan membuat Hyukjae semakin merasa penasaran dengan sosok itu.
"Aku… ada satu hal yang harus aku lakukan di sana. Kau?" Tanyanya. Ia tak mungkin menyebutkan tujuan utamanya pada Hyukjae. Bukan karena ia tak percaya pada orang lain. Hanya saja, mereka baru saja bertemu. Dan ia yakin Hyukjae tak akan mempercayai 'hal seperti itu'.
"Tidak ada alasan apa pun. Aku… hanya ingin mencari sedikit ketenangan di sana." Ucapnya sambil menerawang ke langit-langit pesawat yang terlihat putih, tanpa corak itu.
Kyuhyun mengangkat alisnya penuh tanda tanya. "Ketenangan? Kau… seperti hidupmu penuh dengan hal-hal merepotkan." Gurau Kyuhyun. Namun, yang membuatnya terkejut adalah tanggapan Hyukjae yang terkesan serius.
"Yah, kau benar Kyuhyun-ah. Hidupku terlalu merepotkan. Banyak hal yang harus ku selesaikan di usiaku yang baru dua puluh dua tahu ini. Terlebih… banyak sekali masalah yang menumpuk dengan relasi-relasi lain. Menyebalkan!" Ucapnya mem-pout-kan bibir dengan kesal. Kyuhyun takjub dengan sikap kekanakan namja manis itu.
"Wow… seperti dalam kisah para bangsawan kuno saja." Candanya.
"Hm, tapi sepertinya itu bukan cerita bangsawan kuno. Itu sebuah kisah nyata kehidupan putra tunggal Lee Soo Man. Huft…"
"Lee Soo Man? Keturunan kerajaan terakhir dinasti Lee? Petinggi petinggi Korea Selatan? Benarkah?" Kyuhyun terbelalak tak percaya. Entah mengapa ia merasa selera humor Hyukjae sangat tinggi, hingga bisa mengimbangi candaannya dengan hal yang lebih ekstrim.
"Ooops! Hahaha, lupakan. Aku hanya salah bicara." Tawa Hyukjae menutupi kegugupannya. Sementara Kyuhyun hanya membalasnya dengan tawa ringan.
'Jeongmal pabbo namja! Kau hampir membuka kedokmu, Hyukkie!' Teriak Hyukjae merutuki kebodohannya dalam hati. Hyukjae, putra tunggal Lee Soo Man, keturunan murni kerajaan terbesar di South Korea. Namun, tak sekali pun ia membuka jati dirinya pada siapa pun. Itu sangat berbahaya. Dan itulah alasan mengapa ia di paksa pergi bersembunyi di Negeri Matahari Terbit tersebut. Demi keselamatannya yang mulai terancam.
.
.
.
Angin sepoi membelai rambut pirang caramel-nya yang mulai memanjang. Menerbangkan helaian lembut itu hingga menutupi sebagian wajah manisnya. Disampingnya—tanpa sengaja—berdiri pemuda jangkung bernama Marcus Cho atau yang kerap disapa Kyuhyun. Pemuda tampan itu tengah meregangkan tubuhnya setelah sekian lama menghabiskan waktu untuk duduk di kursi pesawat.
"Tuan muda! Hyukkie-sama…" Teriak suara nyaring dari kejauhan. Membuat kedua pemuda tersebut menolehkan kepalanya ke asal suara secara bersamaan.
Kyuhyun mengangkat sebelah alisnya, sementara Hyukjae memandang horror pada sosok yang kini semakin mendekat padanya. Merentangkan kedua tangannya untuk memberinya bear hug andalannya.
"Kau sampai juga Hyukkie…" Ucapnya sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Hyukjae yang sedikit memberontak. "Aish, kau membuatku menunggu lama. Nah, ayo kita ke mansion!" Ucap pemuda tersebut seraya menarik Hyukjae. Mengabaikan keberadaan Kyuhyun yang memandang keduanya dengan tatapan heran.
"Aneh sekali…" Gumam Kyuhyun setelah melihat punggung Hyukjae yang menghilang di balik kerumunan orang. "Aku harus segera menemui Hae-hyung. Dia berhutang banyak cerita padaku. Cih…" Ucapnya seraya pergi meninggalkan tempat tersebut.
.
.
.
Ikatan takdir telah membawa keduanya mendekat. Mencoba mengubah deretan mantra yang suci menjadi sebuah kutukan. Dan hanya satu yang bisa melepaskan kutukan tersebut. Cinta dan pengorbanan.
.
.
.
"Akh!" Pekikkan lirih seseorang membuat beberapa mata yang ada di sana memandangnya dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Ada apa? Apa yang terjadi dengan Anda Omyódó-sama?" Seorang pria berusia dua puluh delapan tahun memandangnya dengan hawatir, pasalnya sang pendeta agung tengah sibuk berkutat dengan jari kelingking kanannya.
Tersenyum. Sebuah senyum kekanakan menghiasi wajah tampan sosok yang di sebut-sebut sebagai Omyódó tersebut. "Entahlah, tiba-tiba jari kelingkingku terasa sakit. Saat kulihat, ternyata berdarah!" Jawabnya setenang mungkin. Mencoba menutupi rasa sakit sekaligus panas yang membakar jari kelingkingnya.
"Oh… apa Anda masih bisa melanjutkan ritualnya?" Tanya lelaki itu lagi. Wajahnya menggambarkan perintah tak kasat mata. Membuat sang pendeta mau tak mau meng-iya-kan kemauan sang tetua.
Acara tersebut berlangsung dengan sakral. Mantra-mantra mengalun membentuk serangkaian nada yang terdengar mistis. Kekkai telah menguar disekeliling tempat tersebut, membentuk dinding putih transparan yang tak dapat dilihat oleh mata biasa.
Disinilah berkumpul sebagian besar pendeta terakhir yang memegang kekuatan suci. Kekuatan untuk mengunci kegelapan yang kini bersembunyi di balik kutukan sang purnama merah. Purnama yang akan mengikat darah suci seorang kagéni.
.
.
.
"Hyung, apa jarimu sudah tak apa?" Sosok ramping beramut panjang sebahu memasuki ruangan tempat singgah sang Omyódó. Wajah cantiknya akan mengelabuhi siapa pun yang melihat sosoknya.
"Hm, aku hanya merasa aneh saja. Rasanya sangat sakit dan panas." Balasnya sambil sesekali menatap sangsi pada jari kelingkingnya yang kini kembali seperti semula.
Pemuda cantik bernama Lee Taemin itu mendudukkan dirinya tepat di hadapan sang hyung. "Boleh ku katakana sesuatu hyung?" Tanyanya pelan. Ditatapnya manic gelap sang hyung dengan perlahan.
"Katakan."
"Kurasa, sudah saatnya hyung menemukan Miko. Miko yang akan menjadi separuh dari jiwa hyung. Dan kurasa… waktunya telah tiba. Sebelum sang purnama menampakkan tahtanya. Sebelum jiwa yang suci menjadi korban kutukannya." Ucap Taemin serius. Wajah cantiknya dihiasi raut-raut hawatir yang kentara.
"Tidak. Aku tidak bisa melakukannya Taem. Itu akan berbahaya bagi siapa pun yang akan menjadi Miko ku nanti." Balas Donghae. Ia berjalan menghadap jendela besar yang menampilkan pemandangan luar kota Shibuya.
"Kau tahu? Aku sudah cukup melihat kedua orang tua kita meninggal demi melindungiku. Dan aku tak akan membiarkan satu orang lagi mengorbankan dirinya demi aku." Lanjut Donghae.
.
.
.
Masih teringat dengan jelas dalam pikirannya. Seperti apa kedua orang tuanya meninggal, terbakar dalam lautan api yang membungkus tubuh keduanya. Tentu itu karena mereka ingin Donghae tetap hidup. Harapan mereka hanya satu, berharap Donghae dapat tumbuh dewasa dan mampu mematahkan mantra kutukan sang purnama merah.
Dan hanya Donghae. Satu-satunya Omyódó yang memiliki kekuatan untuk mengunci dan menyegelnya dalam Sealing Zone. Tapi sayangnya, disaat seperti ini semuanya menjadi semakin rumit.
Kenyataan tentang purnama merah yang sebenarnya baru saja terkuak. Rencana yang telah disusun matang jauh-jauh hari, kini seolah hanya tinggal bualan semata. Karena kenyataan yang ada terasa jauh—jauh lebih rumit dari sekedar mematahkan mantra atau menyegel sang purnama dalam sealing zone.
Kenyataannya, tujuan utama dibalik cerita Purnama merah bukanlah itu. Terdapat kisah tragis yang mengantarkannya menjadi sebuah kisah mistis namun romantis. Berisi rangkaian pengorbanan dan ketulusan yang harus menjadi bukti untuk menyucikan jiwa yang telah terbasuh dengki, iri dan keras hati.
Yah, cerita sang Purnama merah. Berawal dari. Kisah cinta sang pedeta agung kepada keturunan murni suku penjaga. Suku penjaga yang menjadi bangsawan agung dan harus merelakan dirinya untuk dijadikan tumbal demi keselamatan rakyatnya. Namun, sial. Sang pendeta sama sekali tak menyangka cinta sucinya akan menjadi cinta yang terlarang.
Hingga, pada suatu malam. Ketika semua raga terlelap di dalam buaian sang dewi mimpi. Ketika jiwa mereka berayun manja pada fantasi yang liar dan tanpa kendali. Di sanalah. Sebuah kisah cinta di uji.
Diam. Dalam heningnya malam para tetua suku penjaga bersepakat bersama. Mengorbankan sang gadis suci untuk kepentingan rakyat mereka. Membaca mantra, melantunkan rangkaian kata-kata yang berjajar rapi. Memanggil sang penguasa untuk membawa sang mangsa.
Disana, tepat di tengah pentagram merah, terduduk seorang gadis jelita. Kedua matanya terpejam erat. Angin dengan lembut membelai wajahnya, memainkan helai-helai rambut panjangnya. Senyuman mengembang dibibir tipisnya. Senyuman keikhlasan. Senyuman pengorbanan.
Waktu pun semakin terasa singkat. Sang rembulan bersinar terang, berdiri megah di atas sang kageni. Memandang angkuh siapa pun yang ada di bawahnya. Detik demi detik berlalu. Mantra itu masih tetap terdengar. Menggema satu persatu mengisi senyapnya jagad raya.
Langit seolah berduka. Angin pun tak sanggup menyampaikan berita. Hanya terdengar teriakan yang menggema. Sakit. Perih. Panas. Bercampur menjadi satu, membuat darah yang mengalir dalam tubuh bergejolak syahdu.
Sang gadis telah memejamkan mata, nafasnya terasa bagaikan angin yang terputus di ruang hampa. Tinggal sedikit lagi. Nyawa akan menghilang meninggalkan raga.
Namun, sesuatu yang tak di duga terjadi. Sebuah kilatan putih menjadi warna pengganti kepekatan merah yang mengontaminasi sang rembulan. Dan disana, tampak kilauan purnama yang tak lagi bersih. Namun ternoda oleh warna merah, merah yang suci.
Karena, bukan hanya sang gadis yang mati. Pendeta agung pun menyamakan diri, ia pun menjadi salah satu korban dari malam sunyi itu.
Sayang, bukan berarti dewa marah. Hanya saja dia merasa cemburu. Cemburu pada cinta sejati hingga akhir hayat itu. Dan karena sang dewa murka. Maka ia mengirimkan seribu kutukan pada penduduk. Dan hanya satu yang tak bisa terpatahkan. Kutukan purnama merah. Saksi cinta yang suci juga dengki yang menguasai hati.
.
.
.
"Kau salah. Hanya dengan menyatukan kekuatan Omyódó dan Miko-nya maka kutukan terakhir dari sang Purnama merah akan segera berakhir. Mantra tersebut akan dapat dipatahkan. Dan semua akan kembali normal. Kembali seperti hari-hari lalu." Ucap Taemin. Ia juga memiliki pemikiran yang sama dengan sang hyung.
Namun, disisi lain. Ia percaya. Hanya dengan cara itulah semua kutukan dan mantra Purnama merah akan mampu dipatahkan untuk selamanya. Walau taruhannya tidak sedikit. Nyawa.
Ceklek!
Suara pintu yang terbuka membuat kedua kakak beradik itu mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Mata mereka tak lepas dari sosok jangkung yang telah memasuki ruangan tersebut. Ia telah mengenakan pakaian lengkapnya. Pakaian khas yang sama seperti saat mereka melakukan ritual.
"Maaf jika aku tanpa sengaja mendengarkan semua pembicaraan kalian. Tapi… Kurasa apa yang dikatakan Taemin memang benar, kau harus segera menemukan Miko-mu dan secepat mungkin patahkan mantra dan kutukan itu. Hanya itu cara satu-satunya."
Kyuhyun. Namja yang memasuki ruangan itu segera memberikan tatapan tajam pada Donghae. Seolah mengirimkan pesan agar lelaki muda berambut cepak itu segera mengambil tindakan.
"Hyung, kapan sampai?" Taemin segera memberikan pelukan hangat pada Kyuhyun. Sementara pemuda jangkung itu membalasnya dengan mengelus surai panjang Taemin.
"Tadi. Aku baru saja sampai. Dan… saat aku berada dalam pesawat, aku merasakan aura yang unik." Ungkap Kyuhyun dengan seringaian yang terpasang indah di wajah tampannya.
"Maksudmu?" Tanya Donghae penasaran.
Ketiganya mulai kembali duduk di sofa yang ada di ruang tersebut. Memandang satu sama lain dengan tatapan serius. Sebelum melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus tadi.
"Aku dapat merasakannya. Aku mengenal betul aura seperti apa itu. Aura penjaga suci. Dan aku yakin. Dialah kageni yang kita cari selama ini." Lanjut Kyuhyun. Didapatinya kedua mata Lee brothers yang terbelalak tak percaya.
"Kau menemukannya? Menemukan Kageni dari suku penjaga?" Tanya Donghae menuntut penjelasan.
Senyuman Kyuhyun hilang. Digantikan wajah seriusnya. "Yah, dan dia bukan yeoja melainkan namja." Akunya. Taemin yang mendengar itu segera menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
"Dan sialnya. Dia putra tunggal Lee Soo Man. Keturunan terakhir keluarga kerajaan di Korea Selatan."
"Kau sudah menyelidikinya, hyung?" Taemin bersiap berdiri dari tempat duduknya. Mengambil benda kotak kecil yang ia yakini sebagai note book.
"Hm, aku sudah mengetahui semua data tentangnya. Dan mulai sekang aku akan memulai tugasku sebagai Ujigami untuknya. Tak akan ku biarkan seorang pun menyakitinya." Ucap Kyuhyun yakin.
Donghae hanya tersenyum maklum, pasalnya baru kali ini ia melihat Kyuhyun benar-benar ingin melindungi seseorang dengan sepenuh hati. 'Mungkin dia menyukai namja itu.' Batin Donghae.
"Hm, baiklah mulai sekarang kita mulai tugas kita. Aku akan mempersiapkan semua ritualnya. Kyuhyun hyung, kau laksanakan tugasmu. Lindungi namja itu sekuat tenaga. Dan Hae hyung. Cepat kau cari siapa Miko-mu, lalu kita laksanakan ritual secepatnya." Ucap Taemin. Matanya masih fokus pada layar Note book yang ada di pangkuannya.
"Oh iya hyung, siapa nama 'kageni dari suku penjaga' itu?" Tanya Taemin. Matanya memandang Kyuhyun intens. Sementara Donghae yang tertarik pun menajamkan indra pendengarannya pada satiap gerak bibir namja tampan tersebut.
"Lee Hyukjae. Namanya Lee Hyukjae…"
.
.
.
Pemuda manis dengan gummy smile yang menghiasi wajahnya tampak sedang memejamkan mata. Ia menikmati kesegaran alam Nippon Asia yang kini akan menjadi tempat tinggal barunya. Ia berada di sini bukan hanya untuk melarikan diri agar selamat. Melainkan untuk menikmati keindahan alam yang tersaji di tempat ini.
Kini kedua matanya yang semula terpejam erat mulai membuka perlahan. Menampilkan kilauan manic dark chocolate-nya yang menawan. Lalu mata itu mengarahkan fokusnya pada titik-titik bintang yang membentuk rasi yang bersesuaian.
Mendadak mata itu terbelalak lebar. Dan seolah tak dapat berpaling dari objek yang menjadi pusat perhatiannya saat ini. Rembulan yang tampak merah berdarah. Menjadikan nafasnya tertahan di ujung tenggorokannya.
Mengirimkan rasa panas yang menyesakkan dada. Pandangan matanya masih tetap menuju satu titik. Namun, perlahan mulai kehilangan fokusnya. Karena sesak yang menghimpit dan kesadaran yang menipis. Ingin ia berteriak meminta pertolongan.
Sayangnya, tak satu patah kata pun yang mampu lolos dari bibirnya. Pasrah ia hanya bisa memejamkan mata. Berharap hal itu hanyalah bagian dari halusinasinya saja. Atau mungkin fantasi ekstrimnya yang mulai menggila.
Tepat sebelum tubuh itu menumbuk tanah. Tangan kokoh seorang Cho Kyuhyun mencegahnya. Mempertahankan tubuhnya agar tidak sampai terjatuh.
"Hampir saja." Ucapnya. Lalu mata gelapnya menatap sang rembulan yang masih memancarkan kilau kemerahannya. Membuat seringaian tampak jelas di wajah tampannya. Sedikit berdecih, di gendongnya ala bridal style sosok yang kini telah tak sadarkan diri tersebut.
"Hm, tak kusangka pemuda semanis dirimu harus mengalami hal seperti ini." Ucapnya lirih.
.
.
.
"Bagaimana?" Sosok tampan berambut cepak telah menunggu di hadapannya. Namun pandangan mata sang pendeta agung itu tak lepas dari sosok yang berada dalam dekapan sang Guardian. Perasaan aneh itu datang lagi. Aliran darahnya bergejolak lagi. Dan kembali jari kelingkingnya terasa nyeri.
'Ada apa denganku? Apa Miko itu ada di sini?' Pikirnya seraya mengedarkan pandangan, namun tak ada siapa pun selain dirinya, Kyuhyun dan pemuda yang ada dalam dekapan Kyuhyun.
"Kita harus membawanya ke kuil utara. Hanya disana tempat yang aman untuk menjaganya. Karena sepertinya, purnama merah telah merasakan keberadaannya." Jawaban Kyuhyun membangunkannya dari pemikiran rumit itu.
Mengangguk, akhirnya keduanya memutuskan untuk membawa sosok pirang bernama Hyukjae menuju tempat mereka tinggal. Kuil utara Shibuya.
'Aku akan menjagamu… aku janji itu.'
'Mengapa sejak melihatnya perasaan aneh itu semakin terasa nyata?'
.
.
.
TBC
Mian jika banyak penggunaan diksi, susunan kata yang kurang tepat dan penggunaan istilah yang salah kaprah. Kira hanya memadukannya sesuai dengan imajinasi Kira.
Kageni : Kira artikan seperti tumbal manusia. Dia menjadikan dirinya sebagai pengganti kesialan atau mengambil alih malapetaka yang ada pada orang lain/tempat pada tubuhnya. Jika kekuatan penghancur atau malapetaka itu besar, bisa saja kageni akan mati.
Omyodo : Sejenis pendeta kuno yang memiliki kekuatan utama untuk memasang/mematahkan mantra. Juga bisa menghasilkan kekkai (perisai)
Miko : Pasangan/soulmate dari omyodo. Dia juga bisa menjadi kageni khusus untuk sang omyodo. Namun pada umumnya kekuatannya digunakan untuk menyempurnakan kekuatan sang omyodo.
Ujigami : Dewa pelindung yang ditugaskan untuk menjaga dan melindungi suku penjaga.
Itulah arti dari Kira. Untuk makna aslinya Kira sendiri belum tahu benar. Jika reader ada yang mau memperbaiki Kira dengan senang hati berterimakasih.
Walau cerita ini akan tetap menggunakan prinsip pemikiran Kira di atas. Rencananya Kira buat 2 shots/ 3 shots untuk ultah Hyukkie nampyeon.
Thanks to Reader, Reviewer also Flamer (Jika ada)
Regard,
Akira.
