Disclaimer: Kuroko no Basket (c) Fujimaki Tadatoshi. Tidak ada keuntungan apapun yang diambil selain kepuasan pribadi.

Warning: Sensei!Takao/Shota!Mido. Pedophilia alert. AU. OOC. Typo. Plothole. Etc. DLDR

Note: ga ada hubungannya sama KB series, in case you were wondering.


[Chapter 1: Kasusnya Midorima]

Pertama kali bertemu dengan guru berisik itu, kupikir guru itu mengganggu sekali ...

Namaku Midolima Shintalou. Umulku lima tahun. Aku tinggal belsama sepupuku, Akashi Seijuuro, di Kyoto. Olang tuaku doktel dan pelawat di Tokyo, jadi meleka sangat sibuk dan mempunyai waktu yang sedikit untukku, makanya aku dititipkan pada Akashi. Lagipula ayah bilang ia ingin aku melasakan masa kecil di daerah pedesaan sebelum masuk sekolah dasal.

Aku belsekolah di Taman Kanak-Kanak Ajaib. Letaknya tidak begitu jauh dali lumah Akashi, jadi Akashi tidak mempelmasalahkannya. Akashi bilang ia tidak ingin aku menunggu sekolah sampai cukup umul untuk mendaftal SD dan diam saja di lumah.

TK Ajaib dikelilingi oleh banyak pohon tinggi, jadi suasannya sejuk sekali. Meski letaknya yang jauh dali kota, yang belsekolah di sini lumayan banyak. Ada si belisik Kise Lyouta, si pleman Aomine Daiki, si bawel Kagami Taiga, Kuloko Tetsuya yang selalu mengekoli Kagami, si lakus MulasakibalaAtsushi, Momoi Satsuki yang sepelti ibu-ibu, dan lain sebagainya.

Gulu-gulu di TK Ajaib juga baik-baik ... mungkin. Bebelapa di antaranya ada yang tengil, sepelti Hyuuga-sensei contohnya. Bebelapa ada yang polos sekali, sepelti Kiyoshi-sensei.

TK Ajaib memang dipenuhi olang yang baik, namun tidak ada satupun yang benal-bena l aklab denganku. Meleka bilang aku olang yang susah didekati, jadi meleka menyelah untuk benal-benal aklab denganku. Ya aku sih tidak mempelmasalahkannya! Toh aku tidak melasa kesepian—nanodayo.

Tapi guru itu berbeda dari yang lain ...

Dia selalu mengekoliku kemana-mana. Ke luang makan, luang main, luang musik, bahkan sampai ke kamal mandi! Padahal aku sudah seling mengusilnya, tapi ia selalu kembali lagi!

"Memangnya Shin-chan tidak kesepian kalau kutinggal?"—ia pelnah tanya suatu hari. Dasar sok tahu!

Ia sepelti kutu! Susah dihilangkan!

Kemudian aku lali untuk menghindalinya,

"Shin-chan! Tunggu! Kamu mau kemana?"

Tapi dia selalu mengejal.

"Pelgi sana! Pelgi!"

"Sensei dan Midorin mulai lagi deh." Seru Momoi sambil menyeruput jus rasa pisangnya.

"Sensei seneng banget sih ngisengin Midolimacchi!" seru Kise yang bersemangat.

"Mau taluhan siapa yang menang, gak? Midorima yang berhasil lolos apa sensei yang berhasil nangkep Midorima?" seru Aomine.

"Ikutan! Aku taluhan sensei yang menang!" seru Kagami.

"Cencei." Seru Kuroko.

"Sensei. Soalnya sensei selalu bikin cemilan enak." Kata Murasakibara.

"Aku sih Midorimacchi! Masa kalian ga ada yang percaya Midorimacchi?" tanya Kise.

"Aku juga taruhin Midorin! Kalau aku kalah kalian aku masakin!" pekik Momoi.

Seketika semuanya langsung batal taruhan.

Aku tahu kalau meleka suka taluhan di belakangku. Soalnya aku tahu meleka tahu, setiap aku kabul dari sensei pasti—

"KUTANGKAP KAU, SHIN-CHAN!"

"—AAAAAA!"

Sensei akan menangkapku. Selalu.

"Kena deh kamu!" sang guru belambut laven itu tertawa puas sambil menggendongku. Aku pun melonta-lonta minta dilepaskan, tapi ia tellalu kuat—dan besar. "Kamu kenapa selalu kabur sih tiap melihatku? Aku 'kan bukan monster!"

"Tidak! Kau monstel! Monstel mengelikan yang akan memakanku nanodayo! Lepaskaaann!" ujarku masih membelontak.

"Du-duh! Hati-hati dong, Shin-chan! Kalau kue wortelnya tumpah gimana?" keluh sensei.

"Gak peduli! Aku gak suka kue woltel nanodayo!"

Sensei lalu tertawa, "Hmmm boong banget sih. Aku tahu kok kalo Shin-chan sukaaaaa banget sama kue wortel! Akashi yang memberitahuku."

A-Akashi memberitahunya? Dasar pengkhianat!

"Nggak kok, nanodayo! Lepaskan aku dasar pedo-mesum!"

"Oke oke, tapi hanya kalau Shin-chan makan kue buatanku loh~" si sensei bejat itu pun mulai menjejaliku dengan kue woltel. (Kalena gengsi) tentu saja aku menolaknya, nanodayo! Tapi gulu itu sangat kelas kepala dan tetap menjejaliku hingga aku sesak napas!

Kalena capek dijejelin galpu (aku tidak menyelah kok! Hanya capek!), akhilnya aku membuka mulutku untuk memakan kuenya. Tapi saat mau disantap—

sensei itu malah menalik galpunya dali mulutku dan memakan kuenya.

"Loh? Kenapa marah begitu? Katanya gak suka kue wortel?"

Olang ini!

"Balikin kueku!" seruku lantang. "Balikin! Balikiiiin!"

"Whoa—whoa! Shin-chan! Hati-hati! Nanti aku jatuh!"

"Balikin!" aku masih belusaha untuk menggapai piling belisi kue yang dipegang sensei.

"Shin-chan! Aku beneran mau jatuh nih—waaaa!"

Badan sensei pun terjungkal kebelakang. Alhasil, kue woltel yang mati-matian ditahan sensei pun melayang dan ... mendarat di atas wajah sensei. Sontak, semua anak yang menyaksikan pun teltawa—telmasuk aku.

"Lasakan, nanodayo!" Aku menunjuk-nunjukkan dengan tampang puas sekali. "Siapa suluh main-main denganku, nanodayo!"

Tapi, tidak sepelti biasanya. Biasanya sensei itu akan langsung balas mengejekku. Tapi tadi tidak. Ia hanya melihatku dan telsenyum ... telsenyum mengelikan.

[baca: tersenyum lembut sekali dan berbeda dari biasanya jadi mengerikan.]

"Ke-kenapa melihatku kayak gitu, na-nanodayo?"

"Nggak kenapa-kenapa, hehe. Tapi Shin-chan manis sekali kalau tertawa seperti itu."

Manis.

Manis.

Shin-chan manis.

..

..

PLAK.

"O-ow! Kenapa tiba-tiba memukulku seperti itu?! Tidak sopan!"

"Sensei yang tidak sopan! Be-belbicala aneh sepelti itu!"

Aku pun bellali meninggalkan sensei yang menganga. Aku juga gak tahu kenapa aku lali waktu itu. Tapi lasanya aku ingin cepat-cepat pelgi dali sensei.

.

"Midorin berubah banget yaaa ..." kata Momoi.

"Iya! Dulu Midorimacchi itu galak banget! 'Jangan dekati aku, nanodayo!'" Kise pun menirukan gaya berbicara Midorima yang mengundang tawa banyak orang.

"Midolima-kun juga beda kalau di dekat cencei ..." ujar Kuroko.

"Ngaco kamu, nanodayo." Sergahku.

"Tidak, Tetsu benar. Kalau di dekat sensei, kamu seperti ... gadis perawan."

Sebuah bola basket menghantam wajah Aomine.

"MAKSUDNYA MALU-MALU GITU IH BIASA AJA KALI GAK USAH NIMPUK JUGA KELES!" seru Aomine tidak terima.

"Habis siapa suluh ngomong gak senonoh." Kata Kagami, disusul anggukan yang lainnya.

"Mungkin Midochin suka sensei?"

PFFFFTTTT ...

"Hahahaha sumpah lucu banget deh kamu, Murasakibara!" Aomine tertawa terpingkal-pingkal.

"Aomine-kun, tidak copan." Seru Kuroko.

"Tapi bisa juga sih. Habis gala-gala sensei juga 'kan dia belubah."

"Ta-tapi Kagamicchi, mereka kan laki-laki—"

"MEMANGNYA APA SALAHNYA JIKA MEREKA LAKI-LAKI? Cinta mengenal persamaan! JUSTRU KARENA MEREKA LAKI-LAKI JADINYA LEBIH INDAH?! GO MIDORIN! Aku mendukungmu!"

Semuanya sweatdrop. Nah, ketauan 'kan Momoi ada bibit-bibit fujoshi.

"Kalian ngaco, nanodayo. Gak ada apa-apa antara sensei sama aku."

Tidak, menulutku kalian benal. Pasti ada apa-apa antala sensei dan aku. Atau setidaknya aku pada sensei. Sensei yang begitu menakjubkan di mataku, kalena selalu menemaniku tanpa aku minta. Sensei yang juga begitu mengelikan, kalena bisa membuatku lebih kacau dali biasanya.

Mengelikan.

Mengelikan.

Mengelikan.

Mengelikan karena hanya sensei yang bisa membuatku sepelti ini. Beldetak tak kaluan sepelti gadis pelawan jatuh cinta yang dibilang Aomine.

Omong-omong, aku belum kasih tahu nama sensei-ku.

Namanya sensei—

Takao Kazunari.

(Bukan) cinta peltamaku.

chapter 1: FIN

[NEXT,Chapter 2: Kasusnya Takao]


Np: My Love – Westlife

Nb: Gue semacam ngidam sama Pedonari/Chintalou. Terus jadilah ini hahay :"")))) Rencananya fic ini jadi 3 chapter, tapi kalau ada perubahan rencanya ya... tau deh. Eniwei, jangan lupa ripiunya ya!