Okey guys, ini fanfic yang aku sebutin di BMMS. Tadinya aku mau langsung nge-post fanfic yang aku buat untuk Kyumin Day tapi karena fanfic itu adalah sequel dari series ini makannya aku nge-post prequel-nya dulu.
Jadi, Yearning for You series ini adalah fanfic yang aku buat untuk ngerayain beberapa event, yaitu christmas, Sungmin's day sama Kyuhyun's day.
Series ini terdiri dari 3 one-shoot tapi ketiga one-shoot itu masih punya benang merah yang sama. Ya... kalo dijabarin mah kaya gini:
1. Yearning for You - Christmas Gift (Christmas Special)
2. Yearning for You - Sparklers, Beach and You (Sungmin's Day Special), sequel to Christmas Gift.
3. Yearning for You - Fate (Kyuhyun's Day Special), sequel to Sparklers, Beach and You.
plus! satu one-shoot yang aku buat khusus buat Kyumin's day kemarin. Ever After (Kyumin's Day Special), sequel to Yearning for You series.
p.s: yang ever after belom pernah aku publish dimana pun hehehe ^^
.
Fanfic ini mengisahkan perjalanan cinta Kyumin. Perjalanannya gimana silahkan kalian baca sendiri hehehe ^^
Selamat membaca~~
Jangan lupa review-nya yaaa
oooo
oo
Yearning for You
© fumiyo92
A Kyumin Fanfiction
oo
CHRISTMAS GIFT
(Christmas Special)
oooo
.
.
24 Desember 2002
Christmas Eve
.
Dear Santa,
Hari ini guruku memberitahuku bahwa kau akan mengabulkan permintaan setiap anak pada malam natal. Aku tidak tahu apakah aku sudah menjadi anak yang baik atau belum. Tapi Santa… bisakah kau mengabulkan permintaanku? Aku ingin mendapatkan banyak kue, permen, mainan dan banyak teman pada natal kali ini!
Aku harap kau dapat mengabulkan permintaanku ini~
Selamat natal, Santa~~
.
With Love,
Sungmin
.
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun duduk dengan manis di depan meja kayu yang berada di tengah-tengah rumahnya. Tangan mungil anak lelaki itu menulis surat dengan sangat hati-hati. Setelah selesai, ia membaca kembali surat yang baru saja dibuatnya dengan senyum cerah menghiasi wajah manisnya. Ia sangat puas dengan surat yang baru saja dibuatnya dan ia juga sangat yakin bahwa penerima surat itu juga akan merasakan hal yang sama. Dia melipat surat itu dengan sangat rapi dan meletakannya dalam sebuah kaos kaki putih yang sengaja ia gantung di sisi tempat tidurnya. Dia selalu melihat orang-orang menggantungkan kaos kaki mereka sehingga Santa Claus dapat menyimpan hadiah mereka disana dan Sungmin sangat ingin Santa tahu apa yang diharapkannya tahun ini. Ia hanya berharap Santa dapat mengabulkan seluruh permintaannya.
Perlahan, Sungmin membaringkan dirinya di tempat tidurnya. Ia menatap seluruh ruangannya untuk memastikan bahwa ia tidak melupakan sesuatu yang bisa mebahayakan dirinya ketika ia tidur. Ruangan yang ditempatinya kini cukup kecil namun sangat rapi, ruangan ini cukup bagi Sungmin yang memang hanya tinggal sendiri di ruangan yang sudah ia dianggap sebagai rumahnya. Tidak banyak perlengkapan yang ada di ruangan ini. Saat kau masuk ke ruangan ini, kau dapat langsung melihat tempat tidur Sungmin yang berada di sisi ruangan, dapur di sisi kirimu, sebuah kamar mandi di sisi kanan dan di tengah-tengah ruangan, kau dapat melihat sebuah meja kayu.
Sungmin sudah tinggal di tempat ini sejak lama sekali – ia tidak bisa mengingat kapan tepatnya karena dia sudah tinggal sendiri di rumah ini selama yang bisa ia ingat. Dia sendiri bahkan tidak bisa mengingat wajah orang tuanya karena sepengetahuannya, ia tidak pernah melihat wajah orang tuanya sama sekali dan mereka juga tidak pernah mengunjunginya. Sungmin bahkan tidak yakin jika dia memiliki orang tua karena walaupun ia selalu menangis tengah malam, memanggil orang tuanya lagi dan lagi, mereka tidak pernah datang untuk menenangkannya, memeluknya, berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja dan berkata bahwa mereka akan selalu berada di samping Sungmin. Singkatnya, Sungmin selalu berjuang untuk hidup sendiri sejak ia masih sangat kecil, tanpa orang tua dan tanpa ada yang merawatnya.
Sungmin menarik selimut tipis yang ia miliki agar menutupi seluruh badannya. Dia memeluk boneka kelinci yang ia temukan saat pulang sekolah beberapa hari yang lalu. "Selamat malam" bisiknya entah pada siapa. Ia menutup matanya dengan senyum yang masih menghiasi wajah manisnya ketika ia mengingat suratnya untuk Santa. Dia tidak sabar menunggu hari esok! Dia tidak sabar menunggu hadiahnya dari Santa!
Dan dengan imajinasinya itu, Sungmin pergi ke alam mimpinya.
.
ooo
.
25 Desember 2002
Christmas Day
Sungmin menggosok kedua matanya saat ia terbangun di pagi hari. Ia menguap dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Sebuah senyum manis menghiasi wajahnya saat ia mengingat surat yang dibuatnya tadi malam. Dengan cepat Sungmin bangun dari tidurnya dan membuka kaos kaki yang menggantung di ujung tempat tidurnya.
Senyumnya menghilang saat ia membuka kaos kaki itu. Tidak ada kue, permen ataupun mainan di dalamnya. Surat yang dibuatnya untuk Santa juga masih terlipat dengan sangat rapi di dalam kaos kaki itu. Air mata mulai berkumpul di pelupuk matanya. Sungmin sangat sedih. Dia sudah sangat menantikan hari ini sejak kemarin dan Santa bahkan tidak datang ke rumahnya untuk membaca surat yang sudah dibuatnya atau memberinya hadiah. Dia ingat ketika ia menulis surat itu, Sungmin sangat yakin bahwa ia sudah menjadi anak baik tahun ini tapi mengapa Santa tidak memberinya hadiah natal? Dia sangat menginginkan apa yang dituliskan dalam suratnya itu. Dia ingin kue, permen, mainan dan juga banyak teman.
Teman!
Sungmin menghapus air matanya dengan cepat. Senyum manis kembali mengembang di wajahnya saat ia mengingat bahwa ia meminta seorang teman juga. "Mungkin Santa hanya bisa mengabulkan satu permintaan saja" bisiknya, mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.
Sungmin segera mengganti pakaiannya dan mengambil tas sekolahnya. Dia ingin datang ke sekolah lebih cepat hari ini karena Sungmin tidak sabar untuk menunggu hadiah Santa untuknya. Teman! Ya… banyak teman!
Walaupun Sungmin bersekolah di sekolah negeri tapi Sungmin sama sekali tidak memiliki teman. Semua teman sekelasnya menjauhi dirinya. Bahkan mereka juga tidak mau berbicara dengannya. Pernah suatu hari Sungmin bertanya kepada salah satu dari mereka, mengapa mereka tidak mau bermain dengan Sungmin namun anak itu hanya berkata bahwa orang tua mereka menyuruh mereka untuk tidak berteman dengan Sungmin. Orang tua mereka berkata sesuatu tentang orang tua Sungmin yang menurut mereka adalah orang yang tidak baik sehingga mereka tidak ingin anak-anak mereka berhubungan dengan Sungmin karena mereka berkeyakinan bahwa jika orang tuanya tidak baik, maka anaknya juga merupakan anak yang tidak baik. Bukan hanya temannya saja yang menjauhi Sungmin tapi seluruh orang disekelilingnya juga menjauhinya, mereka sering memelototinya dan terkadang mengatakan hal-hal yang menyakitkan bagi Sungmin. Jika anak yatim piatu lain yang seusia dengannya akan dirawat di panti asuhan, Sungmin berjuang untuk tinggal sendiri di rumahnya.
Para tetua desa memperbolehkannya untuk sekolah hanya karena peraturan Negara mereka yang menuliskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan. Mereka memberi Sungmin uang untuk melanjutkan hidupnya. Tapi hanya itu! Tidak ada yang lain.
Mungkin… mungkin dengan suratnya untuk Santa kemarin malam, akhirnya Sungmin bisa mendapatkan seorang teman.
Saat Sungmin tiba di sekolah, sekolahnya terlihat sangat sepi. Tidak ada siapa-siapa disana. Sungmin adalah orang pertama yang tiba di sekolah. Ia tersenyum bahagia dan duduk di bangkunya, menunggu teman-temannya untuk masuk ke kelas. Beberapa menit berlalu namun tidak ada siapapun disana, hanya Sungmin sendiri yang masih duduk manis di bangkunya. Satu jam kemudian, senyum Sungmin benar-benar menghilang dari wajahnya ketika ia tidak melihat satu pun temannya masuk ke dalam kelas. Air mata mengalir di pipi chubby-nya saat ia mengingat bahwa hari ini adalah hari natal dan sekolah diliburkan. Semua teman sekelasnya mungkin sedang merayakan natal di rumah mereka bersama dengan keluarganya.
"Sungmin bodoh" bisiknya. Ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju rumahnya yang sepi.
Mungkin… Sungmin belum menjadi anak yang baik tahun ini.
.
ooo
.
Walaupun demikian, Sungmin terus saja menulis surat untuk Santa setiap tahun. Ia selalu percaya bahwa Santa itu nyata karena teman-temannya selalu membawa hadiah dari Santa saat mereka kembali ke sekolah setelah hari natal. Dan setiap tahun, Sungmin selalu berharap bahwa Santa akan mengabulkan permintaannya. Namun, ketika ia membuka kaos kakinya pada hari natal, dia selalu menemukan hal yang sama, suratnya untuk Santa yang masih terlipat dengan sangat rapi dan tidak ada hadiah natal untuknya. Setiap hal itu terjadi, Sungmin selalu menangis karena berpikir bahwa Santa melupakannya, bahwa Santa sama saja seperti orang-orang di desanya tapi… setelah beberapa saat, Sungmin akan menghapus air matanya dan berkata bahwa mungkin Sungmin belum menjadi seorang anak yang baik tahun itu juga.
Pada malam natal, saat Sungmin berusia 8 tahun, ia duduk terdiam di depan meja kayu miliknya. Selembar kertas dan sebuah pensil tergeletak di atas meja itu. ia menghapus air mata yang mengalir dari kedua matanya sebelum ia menulis suratnya. Tangannya sedikit bergetar dan air mata terus saja mengalir saat ia menulis. Suratnya kali ini berbeda dengan surat yang selalu ditulisnya tiap tahun. Pada surat di tahun sebelumnya, Sungmin selalu mengharapkan kue, permen, mainan dan seorang teman namun pada tahun ini Sungmin hanya menulis beberapa kata saja. Sebulir air matanya jatuh tepat di atas surat yang ia buat. Sungmin segera melipat kertas itu sebelum menyimpannya di kaos kaki putih yang biasa ia gantung pada malam natal. Ia menaiki tempat tidurnya dan memeluk boneka kelincinya sebelum ia tertidur. Berharap bahwa tahun ini, Santa akan mengabulkan permintaanya.
Dear Santa,
Setidaknya, bisakah aku memiliki seorang teman?
.
With Love
Sungmin
.
ooo
.
Sungmin berjalan di jalanan menuju rumahnya yang dipenuhi oleh salju. Bahunya turun dan kesedihan dapat terlihat dengan sangat jelas di wajahnya karena sekali lagi, Santa tidak mengabulkan permintaannya tahun ini. Walaupun tahun ini Sungmin hanya mengharapkan seorang teman tapi sekali lagi ia tidak mendapatkan hadiah natalnya sama sekali.
Ia berjalan melewati sebuah taman yang sepi saat air matanya mengalir dari kedua matanya. Dia berjongkok dan menangis pelan. Wajahnya yang ia sembunyikan di sela lututnya membuat tidak ada seorang pun yang tahu bahwa anak lelaki itu kini sedang menangis. Dia tidak tahu apa lagi yang harus ia lakukan. Walaupun dia sudah berusaha untuk menjadi anak baik setiap tahunnya tapi Santa tidak pernah memberinya kado natal. Dia hanya mengharapkan seorang teman. Teman yang selalu ada untuknya. Teman yang akan berkata bahwa Sungmin tidak sendirian di dunia ini. Teman yang selalu berada di sisinya saat Sungmin membutuhkan mereka, menyokongnya dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Seorang teman yang mencintainya. Tapi kenapa? Kenapa ia sama sekali tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? Ia selalu mencoba berteman dengan teman sekelasnya walaupun mereka selalu mengacuhkannya. Dia bahkan menulis surat untuk Santa agar ia memberinya seorang teman. Kenapa? Kenapa setiap orang bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan sementara Sungmin tidak bisa mendapatkannya sama sekali.
"Kau baik-baik saja?" suara berat kekanakkan itu menyapa pendengarannya. Sungmin menengadah dan ia hanya bisa melihat sebuah gambar buram di hadapannya. Sungmin segera menggosok kedua matanya untuk memperjelas penglihatannya itu. Disana, di depannya adalah seorang anak lelaki seusianya, berjongkok di hadapannya dan menatapnya khawatir. "Kau baik-baik saja?" Tanya anak itu sekali lagi. Sungmin hanya menganggukkan kepalanya, ia tidak mampu membuat dirinya untuk berbicara, "Kenapa kau menangis?"
Mata Sungmin kembali berair ketika ia mengingat alasannya menangis, "Hey, hey, jangan menangis" ucap anak lelaki itu sambil menghapus air mata Sungmin dan hal itu berhasil membuat kedua mata Sungmin melebar. Ia menatap anak lelaki itu tidak percaya. Selama ini, tidak pernah ada yang menghapus air matanya seperti tadi. Sungmin menutup matanya, menikmati tangan lembut yang kini membelai pipinya.
Setelah melihat bahwa Sungmin kini sudah tenang, anak lelaki itu mengelus rambut Sungmin sambil menanyakan alasan Sungmin menangis seperti tadi. "Aku tidak punya teman" ucap Sungmin pelan. Anak lelaki itu hanya menatap Sungmin bingung, sama sekali tidak mengerti maksud ucapan Sungmin tadi, "Teman sekelasku tidak mau berteman denganku dan aku selalu menulis surat untuk Santa setiap tahun, mengatakan bahwa aku mengharapkan seorang teman sebagai kado natalku tapi Santa tidak pernah mengabulkan permintaanku" saat menjelaskan hal itu, mata Sungmin mulai berair kembali.
"Hey, hey, jangan menangis lagi" ucap anak lelaki itu sambil menghapus air mata Sungmin sekali lagi, "Bagaimana jika aku menjadi temanmu mulai dari sekarang"
"Benarkah?" seru Sungmin. Air mata yang tadinya mengalir kini mulai berhenti digantikan oleh binar kebahagiaan. Ia segera menerjang anak lelaki itu saat ia melihatnya menganggukkan kepala sambil tersenyum cerah.
"Mau membuat boneka salju?" tawar anak itu. Sungmin menganggukkan kepalanya dan segera bangkit dari posisinya tadi.
Suara tawa dapat terdengar dari taman itu. Dua orang anak lelaki terlihat sangat bahagia saat mambangun sebuah boneka salju. Salah seorang anak lelaki melemparkan bola salju kepada anak lelaki yang lain membuat anak tersebut mengerucutkan bibirnya dan si pelempar bola salju itu hanya tertawa saat melihat salju yang menutupi kepala Sungmin.
"Tidak adil!" teriak Sungmin. Ia segera melempar bola salju yang dipegangnya kepada anak lelaki di hadapannya. Itulah awal mula dari perang salju antara kedua anak lelaki itu. Boneka salju yang baru dibuat setengahnya pun terlupakan begitu saja. Kedua anak itu hanya melempar bola salju satu sama lain dengan sangat bahagia.
Matahari mulai terbenam. Kedua anak itu berbaring berdampingan di atas salju. Keduanya terengah-engah karena perang salju yang mereka lakukan tadi. "Aku harus pulang sekarang" seorang anak lelaki itu berkata setelah beberapa saat. Sungmin menatap anak lelaki itu sedih. Ia tidak ingin berpisah dari teman barunya ini sekarang, "Jangan sedih… aku berjanji akan bermain denganmu lagi besok, okay?"
"Janji?" Sungmin mengulurkan jari kelingkingnya dan anak lelaki itu segera menautkan jari kelingking miliknya.
"Aku berjanji"
Kedua anak lelaki itu mengucapkan selamat tinggal saat mereka berjalan berlainan arah. Senyum bahagia menghiasi wajah keduanya saat mereka berjalan menjauhi taman itu. Malam itu, Sungmin tertidur dengan senyum manis di wajahnya. Dia tidak sabar menunggu hari esok. Dia tidak sabar untuk bermain kembali bersama dengan temannya.
Teman.
Mungkin, Santa tidak melupakan Sungmin.
Sungmin berjalan dengan cepat menuju taman. Ia baru saja pulang dari sekolah dan belum mengganti pakaiannya sama sekali. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan temannya hari ini. Saat ia tiba, temannya itu belum datang. Sungmin hanya terduduk di bangku taman dengan senyum menghiasi wajahnya dan menunggu kedatangan temannya itu. Beberapa menit telah berlalu namun temannya itu belum juga datang. Beberapa jam berlalu dan matahari mulai terbenam namun ia sama sekali tidak melihat temannya sama sekali. Sungmin pulang ke rumahnya saat langit sudah mulai gelap. Bahunya turun dan senyum sudah hilang dari wajah manisnya.
Dua hari, tiga hari, empat hari telah berlalu.
Hari ini adalah hari kelima setelah perang salju itu. Sungmin terus menunggu temannya di taman itu namun temannya tidak datang sama sekali. Sungmin terus menunggu hingga matahari terbenam dan pulang ke rumahnya saat langit mulai gelap. Malam itu, Sungmin menangis sebelum ia tertidur. Ia menatap jari kelingkingnya dan mengingat ucapan temannya sebelum mereka berpisah lima hari yang lalu.
"Tapi kau berjanji untuk bermain denganku lagi"
.
ooo
.
13 Juli 2013
Usia Sungmin kini menginjak 17 tahun. Ia duduk dengan tenang di kursinya. Kelas sudah dimulai sejak lima menit yang lalu tapi kelasnya masih sangat berisik. Siswi-siswi bergosip mengenai boyband yang mereka sukai sedangkan para siswa membicarakan tentang olahraga. Sungmin menghela nafas panjang. Guru mereka terlambat dan Sungmin sangat tidak menyukai itu.
Saat teman-temannya yang lain mengobrol bersama dengan temannya, Sungmin hanya duduk di bangkunya dan memperhatikan pemandangan di luar kelas. Mengapa ia tidak mencoba untuk berinteraksi dengan teman sekelasnya? Alasannya sangat sederhana. Karena teman sekelasnya itu tidak mau bersosialisasi dengannya. Mereka sudah menghindari dirinya sejak ia kecil.
Tidak ada yang berubah dalam kehidupan Sungmin.
Sama sekali tidak ada.
"Diam!" guru mereka berjalan memasuki kelas bersama dengan seorang siswa yang mengikuti di belakangnya.
Seluruh penghuni kelas mulai berbisik satu sama lain. Beberapa murid perempuan mulai cekikikan dan menatap siswa itu dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Sungmin mengakui bahwa siswa itu tampan. Dia tinggi – lebih tinggi dari Sungmin – mungkin 180 sentimeter atau lebih, kulitnya putih pucat, wajahnya sempurna dan rambut coklat ikalnya membuat siswa itu terlihat tampan di mata Sungmin. Wajah Sungmin merona saat siswa itu melihat ke arahnya dan tersenyum.
"Perkenalkan dirimu"
"Hallo" siswa itu sedikit membungkukkan badannya, "Namaku Cho Kyuhyun dan aku baru saja pindah dari Busan kemarin karena pekerjaan ayahku. Ummm… semoga kita bisa berteman dengan baik" beberapa siswi menjawabnya dengan suara yang dibuat-buat dan hal itu membuat Sungmin memutar bola matanya karena jengkel. Tidak bisakah mereka bersikap biasa saja?
"Silahkan duduk di bangku yang kosong" ucap guru mereka sambil menunjuk sebuah kursi kosong si barisan tengah. Siswi yang duduk di sebelahnya menganggukkan kepalanya senang sambil tersenyum ke arahnya.
"Maaf Pak tapi bolehkah saya duduk di dekat jendela?" guru itu terlihat ragu saat mendengar pertanyaannya, "Kumohon… saya memiliki penyakit asma"
"Baiklah" ucap guru itu beberapa saat kemudian.
Kyuhyun berterima kasih kepadanya dan berjalan menuju kursi kosong di dekat jendela. Bukan, bukan tepat di pinggir jendela karena seseorang telah menempati kursi itu. Dia duduk di samping siswa yang kini menatapnya bingung, "Hello, aku Kyuhyun. Kau?" Kyuhyun mengulurkan tangannya dan beberapa saat kemudian siswa itu menjabat tangannya.
"Sungmin" bisiknya pelan.
.
ooo
.
"Sungmin-ssi, mengapa kau tidak makan di kantin? Kau tidak ingin makan siang bersama dengan teman-temanmu?" tanya Kyuhyun sambil menatap Sungmin yang memakan makan siangnya dengan tenang.
Saat itu adalah waktunya makan siang. Setelah bel istirahat berbunyi, banyak sekali siswi yang mengelilingi bangku Sungmin dan Kyuhyun, meminta Kyuhyun untuk makan siang bersama dengan mereka namun Kyuhyun menolak permintaan mereka dengan sangat halus, berkata bahwa dirinya tidak lapar. Siswi-siswi itu mengerucutkan bibir mereka sebelum berjalan meninggalkan kelas, meninggalkan Sungmin dan Kyuhyun berdua di kelas kosong itu.
"Aku tidak mempunyai teman" ucap Sungmin pelan.
"Mengapa?"
"Mereka tidak menyukaiku"
"Tapi, aku pikir Sungmin-ssi ini orang yang baik" wajah Sungmin memerah setelah mendengar ucapan Kyuhyun itu sementara Kyuhyun hanya tertawa saat melihat wajah Sungmin yang memerah. Hal itu malah membuat Sungmin mengerucutkan bibirnya dan mencoba untuk mendelik ke arah Kyuhyun tapi Kyuhyun hanya tertawa lebih keras, berkata bahwa Sungmin malah terlihat sangat manis.
"Boleh aku meminta rotimu, Sungmin-ssi?" ucap Kyuhyun sambil menunjuk satu buah roti yang masih terbungkus dengan rapi di atas meja mereka.
"Tapi Kyuhyun-ssi, bukannya tadi kau bilang kalau kau tidak lapar?"
"Aku berbohong. Aku tidak ingin makan siang dikelilingi oleh gadis-gadis cerewet itu. Kau tahu, mereka itu mengganggu dan selera makanku malah akan menghilang jika aku makan bersama dengan mereka" Kyuhyun dapat mendengar helaan nafas Sungmin sebelum pemuda itu memberikan sebungkus roti miliknya, "Kau marah?"
"Kenapa aku harus marah?" Tanya Sungmin bingung.
"Karena aku meminta rotimu?"
Sungmin hanya terkekeh dan menutupi mulutnya, "Aku bukan anak kecil~~"
Kyuhyun membuka bungkus roti itu dan segera menggigitnya, "Ne Sungmin-ssi… bagaimana jika sebagai bayaran karena kau sudah memberikan rotimu padaku, aku akan menjadi temanmu"
Sungmin menatap tidak percaya pada Kyuhyun yang tersenyum padanya. Dia menatap tangan Kyuhyun yang terulur dan kembali menatap wajah Kyuhyun sekali lagi. Dia sama sekali tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Dia senang. Senang karena seseorang mau menawakan pertemanan dengannya tapi di sisi lain, Sungmin takut. Ia takut temannya kali ini juga akan meninggalkannya seperti dulu.
"Sungmin-ssi?"
Sungmin menatap Kyuhyun sekali lagi. Perlahan, tangannya menjabat tangan Kyuhyun dan Kyuhyun menggoyangkannya dengan bahagia, "Sekarang kita ini teman! Aku tidak perlu memanggilmu dengan formal lagi, ne Sungmin-ah? Ah! Dan berhenti memanggilku Kyuhyun-ssi!"
.
ooo
.
Sejak hari itu, Kyuhyun selalu menghabiskan waktu makan siangnya bersama dengan Sungmin. Setiap hari juga, setelah bel istirahat siang berbunyi, banyak sekali siswi dan terkadang siswa yang menghampiri bangku Kyuhyun untuk mengajaknya makan siang bersama namun, Kyuhyun selalu menolak mereka secara halus, mengatakan bahwa dirinya tidak lapar. Setelah keluar dari kelas mereka, Kyuhyun akan menggenggam tangan Sungmin dengan erat dan berlari menuju tempat persembunyian mereka yaitu atap sekolah. Setelah itu, seperti biasanya Kyuhyun akan berkata bahwa dia sangat lapar dan meminta Sungmin untuk membagi makan siang yang dibawanya dengannya.
Suatu hari, Sungmin membawa bekal yang dibuatnya khusus untuk mereka. Kyuhyun sangat senang apalagi setelah Sungmin memberitahukan – dengan malu-malu – bahwa bekal itu adalah buatan tangannya sendiri. Bekal yang dibawa Sungmin tidak special, hanya sebuah bekal biasa namun Kyuhyun mengatakan dengan sangat antusias bahwa bekal itu special karena Sungmin lah yang membuat bekal itu.
"Enak sekali!" seru Kyuhyun saat ia mencoba bekal yang dibawa Sungmin.
"Benarkah?" Tanya Sungmin, sedikit meragukan ucapan Kyuhyun barusan namun Kyuhyun hanya menganggukkan kepalanya dengan sangat antusias dan melanjutkan makan siangnya.
"Ayolah. Kita makan Sungmin-ah… atau aku akan menghabiskan semua bekalmu ini" Sungmin hanya memutar bola matanya dan mulai memakan bekal yang dibawanya.
Sejak hari itu, Sungmin selalu membawa bekal setiap hari. Mereka selalu menghabiskan waktu istirahat mereka di atap sekolah sambil menikmati angin sejuk yang menerpa tubuh mereka. Tidak ada orang lain… hanya mereka berdua. Perlahan, perasaan Sungmin mulai berubah kepada Kyuhyun. Ia tidak melihat Kyuhyun hanya sebagai temannya lagi. Dia selalu menikmati setiap momen yang mereka lalui. Sungmin juga sangat senang menatap wajah Kyuhyun, terutama saat pemuda itu memakan bekal mereka. Seperti ada suatu kebanggaan sendiri karena pemuda itu sangat menikmati bekal yang ia buat. Wajah Sungmin juga selalu merona ketika Kyuhyun menggoda dan mengacak rambutnya.
Sungmin mulai melihat Kyuhyun sebagai seorang lelaki.
Hubungan Kyuhyun dan Sungmin menjadi sangat dekat setelah beberapa minggu. Kyuhyun selalu membawa Sungmin berjalan-jalan memutari desa sepulang sekolah atau Sungmin akan mengajak Kyuhyun berkunjung ke rumahnya dan terkadang, Kyuhyun bahkan akan menginap di rumah Sungmin, berkata bahwa ia ingin menikmati masakan buatan Sungmin dua kali sehari.
"Yah! Kau kira aku ini istrimu!" Sungmin mendelik ke arah Kyuhyun yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Sungmin sedang memasak makan malam mereka karena Kyuhyun memberitahunya bahwa ia akan menginap di tempat Sungmin dan ia ingin memakan masakan buatan Sungmin saat sarapan keesokan harinya.
"Aku sama sekali tidak keberatan jika kau mau" ucapan Kyuhyun ini berhasil membuat wajah Sungmin merah padam, "Sungguh Sungmin-ah, aku yakin aku pasti akan sangat bahagia jika kau mau menjadi istriku" Kyuhyun terkekeh saat ia melihat wajah Sungmin yang sudah sangat merah, "Kau manis sekali, Sungmin-ah"
"Yah! Aku tidak ah––" Sungmin tidak bisa melanjutkan pembelaannya saat ia merasakan sakit pada jari telunjuknya. Jarinya berdarah. Mungkin teriris saat ia memotong bawang tadi.
Sungmin dapat merasakan jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Ia takut dengan darah. Keringat mulai mengucur dan ia merasa kakinya sangat lemas. Ia akan jatuh jika Kyuhyun tidak segera memeluk tubuhnya dan mendudukkannya di lantai, "K-Kyu"
"Semuanya baik-baik saja. Aku disini" tangan kanan Kyuhyun menggenggam tangan Sungmin yang berdarah sementara tangan satunya lagi digunakan untuk menopang badan Sungmin.
Melihat darah yang tidak kunjung berhenti, Kyuhyun mengemut jari Sungmin untuk menghentikan pendarahannya, "Kyu…" namun Kyuhyun hanya menatapnya dan mengelus lengan Sungmin dengan sangat lembut, seolah memintanya untuk tidak khawatir karena semuanya akan baik-baik saja.
Setelah beberapa saat darahnya berhenti, "Bisakah kau berdiri?" Sungmin hanya menggelengkan kepalanya, ia merasa sangat lemas. Dia merasa bahwa seluruh energi yang ada di dalam tubuhnya itu disedot habis oleh sebuah mesin besar sehingga ia merasa sangat lemas seperti ini. Kyuhyun berdiri dengan perlahan sambil memangku Sungmin menuju tempat tidurnya. Ia membantu Sungmin untuk berbaring dan mengelus rambut hitam Sungmin, mencoba untuk menenangkan pemuda manis itu. "Semuanya akan baik-baik saja. Kau tenang saja" bisiknya untuk menyakinkan Sungmin. "Aku akan keluar sebentar untuk membeli makan malam kita, okay?" dia mengacak rambut Sungmin sebelum pergi meninggalkannya.
15 menit kemudian, Kyuhyun kembali sambil menenteng dua buah kantung plastik di tangannya. Dia mengeluarkan dua buah box makanan dari satu kantung plastik dan memberikannya kepada Sungmin dengan hati-hati, takut ia akan lebih melukai jari Sungmin yang terluka. Setelahny, ia membuka kantung plastik yang kedua dan memperlihatkannya kepada Sungmin dengan seringaian andalannya. Ia kini memegang sebungkus plester. Plester bergambar hello kitty.
"Kenapa hello kitty~~?" rajuk Sungmin.
"Pertama! Warnanya pink dan aku tahu kalau kau sangat menyukai warna itu. Kedua! Karena plester ini akan terlihat sangat manis di jarimu, Sungminnie~" Kyuhyun mengabaikan tatapan tajam yang Sungmin berikan untuknya – ia pikir tatapan itu sangat, sangat manis – dan memasangkannya di jari Sungmin dengan hati-hati. "Lihat! Lucu kan?" Sungmin hanya menatapnya tajam sebagai jawaban, "Aku juga mencintaimu, Sungminnie!"
.
ooo
.
24 Desember 2013
Enam bulan berlalu sejak Sungmin dan Kyuhyun pertama kali bertemu. Hubungan mereka semakin dekat setiap harinya. Kyuhyun bahkan tidak merasa canggung untuk menggenggam tangan Sungmin atau memeluknya di depan banyak orang. Banyak orang mempertanyakan mengapa hubungan mereka bisa sedekat itu. Beberapa orang bahkan menuduh Sungmin memakai guna-guna untuk menarik perhatian Kyuhyun. Sungmin, ia sama sekali tidak pernah menyangkal ucapan mereka karena ia tahu apapun yang ia katakan, mereka pasti tidak akan mempercayainya sehingga ia hanya akan menundukkan kepalanya saat orang-orang menuduhnya seperti itu.
Tapi disisi lain, Kyuhyun sama sekali tidak menyukai pemberitaan yang orang-orang itu buat tentang Sungmin. Awalnya, ia akan tersenyum dan berkata bahwa hal itu tidak benar, bahwa mereka dekat karena mereka merasa nyaman saat bersama. Namun, saat orang-orang itu menjadi lebih agresif, Kyuhyun akan membentak mereka dan menyuruh mereka untuk mengurusi urusan mereka masing-masing.
Hari ini adalah malam natal.
Sungmin berjalan menuju sebuah taman yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Taman dimana Kyuhyun berjanji untuk bertemu dengannya. Salju sudah mulai turun dari langit dan Sungmin sangat menyukainya. Salju yang baru turun itu berwarna putih, terlihat sangat bersih dan saat mereka jatuh ke tanah, salju-salju itu akan membuat pemandangan menjadi sangat indah dengan warna putihnya.
Sungmin duduk di sebuah bangku taman. Taman itu kini terlihat sangat sepi. Ia mengeratkan jaketnya saat ia merasa angin dingin menyentuh kulitnya. Beberapa lama kemudian, Sungmin dapat mendengar suara derap langkah kaki yang begitu cepat menuju ke arahnya. Ia memutar badannya dan manatap Kyuhyun yang kini terengah-engah di hadapannya, "Maafkan aku" ucapnya.
"Tak apa" jawab Sungmin sambil mengelus pelan punggung Kyuhyun, "Aku juga baru datang beberapa menit yang lalu"
Setelah ia bisa mengatur nafasnya dengan baik, Kyuhyun menegakkan tubuhnya dan tersenyum kepada pemuda yang lebih pendek darinya itu. Keningnya mengkerut saat ia melihat pipi Sungmin yang memerah dan jaket tipis yang dikenakan olehnya. Kyuhyun segera melepas syal yang digunakannya dan memakaikannya di leher Sungmin. "Kyu?" Tanya Sungmin bingung saat ia melihat Kyuhyun melepaskan jaketnya.
"Mengapa kau hanya menggunakan jaket setipis itu di cuaca sedingin ini, Min? Kau bisa terkena flu!" ucap Kyuhyun sambil memakaikan jaket yang digunakannya di tubuh Sungmin.
"Kyu, kau yang akan terkena flu! Dan kau pernah bilang kalau kau memiliki penyakit asma bukan? Bagaimana jika penyakitmu kambuh karena kau kedinginan" protes Sungmin saat ia melepaskan kancing jaket Kyuhyun yang kini dipakainya.
"Tidak!" jawab Kyuhyun final sambil menghentikan tangan Sungmin, "Aku berbohong soal penyakit asma itu, okay. Aku lebih kuat dari pada kau. Lagipula aku memakai sweater jadi semuanya akan baik-baik saja okay. Sekarang, ayo kita pergi ke rumahmu! Aku sudah tidak sabar mencicipi masakanmu untuk malam natal ini" Sungmin hanya memutar bola matanya dan membiarkan Kyuhyun menggenggam tangannya saat mereka berjalan menuju rumahnya.
Setelah makan malam dan mendengarkan pujian Kyuhyun atas makanan yang dibuat Sungmin. Mereka duduk berdampingan di atas tempat tidur Sungmin. Sungmin menyandarkan kepalanya di bahu Kyuhyun dan menutup matanya. Ia kembali membuka matanya saat ia mengingat hadiahnya untuk Kyuhyun. Ia meraba-raba sisi tempat tidurnya untuk mencari sebuah kotak yang sudah ia persiapkan, "Kyu… aku memiliki sesuatu untukmu" ia menyerahkan kotak itu kepada Kyuhyun dengan wajah merona.
"Apa itu? Hm… Min, kau tidak perlu memberiku sesuatu" ucap Kyuhyun saat ia menerima kotak itu di tangannya.
"Tapi ini keinginanku, Kyu. Aku ingin memberi hadiah natal pertama untuk sahabatku"
Kyuhyun tersenyum melihat kesungguhan di mata Sungmin. Ia membuka kotak itu dan matanya melebar saat melihat hadiah yang Sungmin berikan untuknya. Didalam kotak itu berisi sebuah syal. Ia mengeluarkan syal itu dari dalam kotak dan mengamatinya dengan teliti. "Kau yang membuatnya?" Tanya Kyuhyun saat ia melihat inisial namanya di ujung syal itu.
"Ya" jawab Sungmin malu, "Kau… menyukainya?"
"Ini sangat bagus sekali, Sungmin-ah!" serunya bahagia, "Sekarang giliranku!" Kyuhyun mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya dan memberikannya kepada Sungmin.
Sungmin membuka kotak itu dan menatap bingung kepada pemuda yang tersenyum lebar di hadapannya saat ia melihat sebuah kostum Santa Claus di dalam kotak itu, "Kenapa kostum Santa?" Kyuhyun menyeringai saat mendengar ucapan Sungmin, "Jangan bilang karena kau pikir aku akan terlihat sangat manis saat menggunakan kostum ini!"
Kyuhyun tersenyum lembut dan mengacak rambut Sungmin, "Salah satu alasannya memang itu" ia menggenggam tangan Sungmin dengan sangat erat, "Alasan lainnya karena kau adalah Santa dalam hidupku, Sungmin-ah. Kau memberiku hadiah jika aku menjadi anak baik tahun ini"
"A-Apa? Aku… Aku tidak––"
"Kau memberiku hadiah terbaik dalam hidupku, Min. Kau selalu memasak untukku. Kau mau berteman denganku. Kau memberikan kebahagiaan dalam hidupku. Kau selalu menjagaku walaupun aku selalu mengerjaimu. Kau membuatku mengetahui bagaimana rasanya dicintai. Dan kau ingin tahu apa hadiah terbaik yang kau berikan untukku?" Sungmin menganggukkan kepalanya pelan, matanya berkaca-kaca akibat ucapan Kyuhyun untuknya itu. Kyuhyun menangkup wajah Sungmin dengan penuh cinta, "Kau" bisiknya, "Kau, Sungmin-ah" ia menghapus air mata yang memaksa keluar dari mata foxy itu, "Aku mencintaimu"
Sungmin menerjang tubuh pemuda itu dan memeluknya erat. Ia terisak di bahu Kyuhyun yang kini balas memeluknya. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya Sungmin merasakan dicintai seperti ini. Dia sangat bahagia. Ia tidak pernah berpikir akan menemukan seseorang yang akan mencintainya. Akhirnya, setelah terus berharap di setiap natal, menulis surat untuk Santa Claus, akhirnya Sungmin mendapatkan hadiah natalnya.
Hadiah natal terbaik di dunia ini.
Cinta.
Cinta seorang Cho Kyuhyun.
Kyuhyun terus mendekap tubuh Sungmin hingga pemuda itu tenang. Ia melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Sungmin dengan erat, "Aku mencintaimu, Sungmin-ah" ucapnya sambil mencium pipi kanan Sungmin yang menutup matanya saat ia merasakan bibir Kyuhyun menyentuh kulitnya.
"Aku mencintaimu" ia mencium pipi kiri Sungmin.
"Aku mencintaimu" ia mencium ujung hidung Sungmin.
"Aku mencintaimu" ia mencium mata kanan Sungmin.
"Aku mencintaimu" ia mencium mata kiri Sungmin.
"Aku mencintaimu" ia mencium kening Sungmin.
"Aku mencintaimu" dan yang terakhir, ia mencium bibir Sungmin. Ciuman itu begitu lembut, hanya sentuhan antara bibir Sungmin dan Kyuhyun. Tidak ada nafsu dalam ciuman itu… hanya ada cinta. Ciuman itu menyatakan berapa dalam cinta mereka untuk satu sama lain, betapa mereka saling membutuhkan.
Setelah beberapa saat, mereka mengakhiri ciuman itu. Kyuhyun duduk di hadapan Sungmin dengan senyum lembut menghiasi wajah tampannya. Sungmin membalas senyum Kyuhyun dan memeluknya erat, "Aku juga mencintaimu, Cho Kyuhyun"
.
ooo
.
Sinar matahari membangunkan Kyuhyun dari tidurnya. Ia menggosok matanya perlahan dengan sebelah tangannya sebelum menatap malaikat yang kini tertidur di sampingnya. Sungmin masih tertidur dengan lelap dan Kyuhyun tidak ingin menganggu tidur malaikatnya itu. Perlahan, Kyuhyun bangun dari tempat tidur itu dan mengecup kening Sungmin.
Walaupun ia ingin sekali terus memeluk malaikatnya itu hingga ia terbangun tapi Kyuhyun harus mempersiapkan kejutan lain yang sudah direncanakannya. Sungmin selalu memasak untuknya dan kini giliran Kyuhyun yang membuatkan sarapan untuk kekasihnya itu.
Ya.
Cho Kyuhyun akan memasak hari ini.
Kyuhyun baru saja akan pergi ke dapur ketika ia melihat sebuah kaos kaki yang digantung di sisi tempat tidur. Penasaran dengan isi kaos kaki itu, Kyuhyun membukanya. Di dalam kaos kaki itu terdapat sebuah kertas yang terlipat dengan rapi. Kyuhyun mengeluarkan kertas itu dan membaca isinya. Senyum bahagia menghiasi wajah tampan itu saat ia menyimpan kembali surat yang dibacanya ke dalam kaos kaki itu. ia menatap wajah damai malaikatnya yang masih tertidur dengan pulas dan kembali mengecup keningnya, "Love you, angel" ucapnya sebelum dia pergi ke dapur untuk menyiapkan kejutannya.
.
ooo
.
Dear Santa,
Terima kasih karena telah memberiku hadiah natal terbaik dalam hidupku. Terima kasih karena telah mengirimkan Cho Kyuhyun untukku. Aku berjanji, aku akan menjaga dan mencintainya dengan seluruh jiwaku.
Terima kasih, Santa
.
With Love,
Lee Sungmin
Author Note:
continue to the sequel?
