Tittle : Uchiha Siblings
Fandom : Naruto
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuSaku
Rate : T
Chapter 1 : Your Skirts
.
.
.
.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 9, tapi gadis itu masih terlelap dalam tidurnya.
Hingga tidak menyadari seseorang masuk ke kamarnya tanpa suara.
Penyusup kurang kerjaan itu ialah Uchiha Sasuke, teman masa kecil sekaligus tetangga Sakura. Dia berdecak saat memerhatikan posisi Sakura yang berantakan. Bantal yang seharusnya menyangga kepala justru terinjak kaki kirinya, seprainya bahkan telah kusut tak beraturan.
Sesekali terdengar suara dengkuran halus dari mulutnya yang sedikit terbuka.
Sasuke mendengus menahan tawa saat gadis itu menyingkap atasan baju tidurnya dan menggaruk perutnya yang datar.
Mumpung Sakura dalam keadaan lengah seperti ini, pikirnya jahil.
Dia beranjak meninggalkan kamar Sakura, selang beberapa menit ia kembali sambil membawa potongan buah lemon yang diletakkan di sebuah mangkuk kecil tembikar.
Seraya mengulum bibir menahan semburan tawa, ia mengambil buah berwarna kuning tersebut menggunakan garpu perak dan menyuapkannya ke dalam mulut orang yang masih beradu di alam mimpi.
Bersamaan dengan itu, mata Sakura terbelalak lebar, gadis itu berjuang mengatasi sedakan hebat di tenggorokannya. Sakura mengubah posisinya menjadi duduk, menutup mulutnya dengan sebelah tangan walau masih mengeluarkan batuk ringan.
Keterkejutan gadis itu kian menjadi-jadi ketika melihat Sasuke berada di kamarnya, tersenyum tampan namun menyebalkan bagi Sakura. Ia mengunyah kasar makanan yang entah apa itu, dengan terpaksa menelan rasa asam yang memenuhi mulutnya. Ujung kelopak mata Sakura berkedut.
Detik itu pula, ia tahu siapa yang berbuat kurang ajar terhadapnya. Sakura memukul lengan Sasuke sekuat tenaga.
Sasuke sontak mengaduh begitu merasakan lengan atasnya terasa nyeri. "AW! SAKIT SAKURA!" Menghunjam Sakura melalui tatapan tajamnya. Namun sayang, hal itu tak berpengaruh apa-apa bagi Sakura.
Sakura mendengus sinis. "Meskipun kita sudah berteman sejak SMP, tabiat burukmu masih belum hilang," cerca Sakura, "malah semakin menjengkelkan."
Helaan napas sekilas tampak dari mulut pemuda itu, ia kembali menatap Sakura yang juga tengah memandangnya kesal. Sudut bibirnya berkedut, memperlihatkan sebuah senyuman khas seorang Uchiha Sasuke yang jarang sekali ditunjukan di muka umum. Hanya orang terdekatnya yang tahu mengenai sisi kepribadiannya ini.
Meskipun terlahir dari keluarga kaya dan memiliki fisik yang nyaris sempurna, orang luar akan berpikir dua kali bila ingin mendekatinya. Sasuke terkenal sebagai siswa berandal di sekolah.
"Itu salahmu sendiri. Sekarang sudah jam 9 tapi kau masih tidur seperti orang mati," dalih Sasuke.
Sakura memekik terkejut, secepat kilat dia berlari menuju lemari pakaian.
"KENAPA IBU TIDAK MEMBANGUNKAN AKU?"
Refleks Sasuke menutup kedua telinganya begitu mendengar teriakan nyaring Sakura.
Setelah diam-diam melempar tatapan sinis pada teman masa kecilnya, pemuda bersurai biru itu berdiri lalu mengambil salah satu dari jejeran lima lipstik yang tertata rapi di atas meja rias. Tanpa sadar mengamati isinya yang berwarna coral, bukan hanya karena warnanya yang cantik, tapi kepalanya membayangkan sahabatnya memakai lipstik ini dan mengenakan sebuah mini dress dengan warna senada, sedang menunggunya untuk melangsungkan kencan. Rambut pink-nya yang panjang dikepang pinggir, menggunakan hiasan pita di ujungnya. Haruno Sakura terlihat sangat cantik.
Tunggu. Barusan apa?
Tersadar dari khayalannya yang melanglang buana, Sasuke berdeham kecil, kemudian meletakkan kembali barang pribadi milik Sakura. Dalam sekejap tiba-tiba tampak sepenuhnya acuh tak acuh, tidak ada kecanggungan seperti beberapa detik lalu. Sungguh pengendalian emosi yang luar biasa.
"Memangnya kau mau kemana?" tanya Sasuke penasaran.
"Shopping. Aku harus membeli rok seragam baru," tutur Sakura tanpa menoleh, sibuk memilih baju mana yang akan ia kenakan.
Terdengar dengusan dari lelaki itu. "Memangnya kenapa dengan rokmu?"
"Punyaku sudah sempit." Ia berbalik dan melemparkan tatapan jengkel. "Sejak kapan kau jadi banyak bertanya?" sindirnya kemudian.
Alih-alih membalas Sakura, ia justru menunjuk sebuah sweater kedodoran lengan panjang di antara tumpukan pakaian berwarna pink kusam. Gadis itu mendengus, pola pikir Sasuke terlalu kolot dalam memilihkan pakaian untuk perempuan remaja sepertinya.
Melihat sikap tak suka yang diperlihatkan Sakura secara terang-terangan mau tak mau membuat Sasuke dongkol.
Dengan santai ia melipat tangan persis di depan dada, memerlihatkan sebuah senyum miring yang sanggup membuat Sakura sebal. "Kau tidak bisa punya pacar jika gemuk."
Sakura memutar lehernya seketika dan memelototi Sasuke. "Apa kau bilang? Kin yang badannya sebesar balon itu pernah jadi mainanmu, tapi kau malah mengataiku gendut?" jeritnya tak terima.
"Pengecualian untuknya, Kin punya dada yang besar, kau tahu." Sasuke terkekeh kecil saat melihat wajah Sakura berubah merah.
Bibirnya terkulum menahan emosi sekaligus rasa malu. "Jadi maksudmu dadaku kecil, begitu?" Nada suara Sakura semakin tinggi.
Sasuke hanya melambaikan sebelah tangannya acuh tak acuh seakan masa bodoh pada aura gelap sosok di hadapannya. "Bukan aku yang bicara, kau sendiri yang mengakuinya."
Mengembuskan napas kasar melalui lubang hidung, mata gadis merah muda itu mendelik sinis kepadanya. Sakura segera menarik tangan Sasuke dan mengusirnya. "Keluar! Aku harus cepat-cepat mandi sebelum si babi datang."
Sasuke terkekeh merdu, nyaris memesona Sakura. "Aku boleh ikut tidak?"
Gadis itu berhenti, beralih menatapnya terkejut. "Apa?" Suaranya terdengar tidak yakin, seolah berharap salah menangkap dengar.
Sasuke menumpu telapak tangannya di ambang pintu, menahan badannya agar tidak sepenuhnya minggat dari kamar pribadi Sakura.
"Apa aku ... boleh ikut denganmu?" ulang lelaki itu santai.
Namun ia dikejutkan dengan jeritan membahana Sakura. Sebelum ia sempat berkata sesuatu, tubuhnya telah didorong keras oleh tangan mungil Sakura. Dan menyaksikan pintu terbanting di depan wajah tampannya.
Sasuke memiringkan kepala tak mengerti.
Ia hanya ingin ikut belanja bersama Sakura. Tapi kenapa dia bisa semarah itu? Terlebih wajahnya yang merah padam.
Baiklah, ia maafkan perilaku kasarnya karena Sakura terlihat manis. Pemuda itu meninggalkan kediaman Haruno sambil tetap mempertahankan senyum geli di bibirnya.
Di sisi lain, tubuh Sakura merosot lemas di balik pintu. "A-apa dia bilang? Ik-ikut? Ikut mandi bersamaku?"
Seketika kepalanya mengeluarkan asap, wajah gadis itu sudah semerah tomat busuk.
~
Sesuai janji, Ino dan Sakura sedang berada di pusat perbelanjaan.
"Apa kau gila? Aku bukan Karin yang biasa mengenakan rok sependek ini," desis Sakura sambil mendorong rok pilihan Ino ke arahnya.
Gadis pirang itu ikut memilihkan rok seragam kotak-kotak berwarna hitam abu untuk Sakura, tapi roknya kependekan. Sakura sudah mengukurnya dan rok itu 10 cm di atas lutut.
"Tidak masalah. Toh, banyak yang mengenakan lebih pendek dari ini," sanggah Ino, "lagipula dadamu tidak sebesar milikku meskipun kakimu lebih jenjang dariku. Maka, satu-satunya hal yang bisa kau tunjukan adalah kaki cantikmu, babe." Menepuk pipi Sakura lembut seakan berusaha menyadarkan gadis itu.
Mata Sakura mendelik tak terima, spontan menepis tangan Ino dari wajahnya. Mendadak ia teringat perkataan Sasuke tadi pagi, ah, sungguh dua orang teman yang menyebalkan.
"Hei, kau pikir laki-laki hanya melihat perempuan dari fisiknya? Kau lihat saja Matsuri, dia memiliki paha yang lebih besar daripada dadanya, tapi hubungannya dengan Gaara masih tetap jalan."
Ino mengangguk ogah-ogahan seraya berjalan ke kasir tanpa mendengarkan serius omelan Sakura. Dan hal itu sukses membuat raut wajah Sakura memerah menahan kesal.
Sikap keras kepala Ino tidak berubah sama sekali.
Sakura mendesah, "Aku bisa dicap jelek di mata para guru." Ia mengambil rok lain yang panjangnya sama dengan rok lama Sakura, namun Ino segera menarik tangannya dan mendorong Sakura ke kasir supaya segera membayar.
"Ino!" seru Sakura setengah merengek.
Namun Ino menyunggingkan senyum menggoda yang membuat Sakura mengernyit keheranan.
"Siapa tahu kak Itachi langsung jatuh hati padamu saat melihatmu pakai ini."
Sakura memekik nyaring dengan wajah merah padam, kali ini karena amat sangat malu.
~
Sakura berdiri di depan loker miliknya, memasukkan baju olahraganya ke dalam situ, kemudian mengambil buku untuk pelajaran pertama.
Koridor sekolah tidak terlalu ramai, mungkin karena ini masih pukul 7. Sementara pelajaran pertama dimulai pada pukul 9.
Saat gadis itu sedang anteng berkutat dengan kegiatannya, ada seseorang datang menghampiri dan berdiri di belakang Sakura. Begitu Sakura hendak menutup loker, tiba-tiba orang itu telah lebih dulu menutup pintu loker dengan keras sampai Sakura berjengit kaget.
Belum sampai disitu, ia membalik badan Sakura, lantas mendorong bahunya ke loker. Secara tak sengaja Sakura menjatuhkan barang-barangnya.
Bola mata Sakura mengerjap terkejut, rintihan keluar dari bibirnya ketika punggungnya menabrak loker besi yang keras. Akan tetapi, kekagetannya sirna saat melihat sosok Sasuke berdiri menjulang di hadapannya.
Sakura menyemburkan umpatan atas perilaku kurang ajar lelaki itu.
"Minggir," perintah Sakura, masih menjaga nada suaranya yang rendah agar tidak mengundang perhatian. Walaupun sepertinya mustahil, kini koridor sekolah telah dipenuhi oleh anak-anak yang menonton drama mereka.
Sakura bahkan bersumpah bisa mendengar gunjingan tak mengenakkan dari arah gerombolan Karin.
Tidak seharusnya kau berpakaian seperti ini, batin Sasuke dramatis. Matanya mengamati gadis itu dari kepala hingga ujung kaki, membuat Sakura mendelik risih.
Yang menarik perhatiannya adalah rok yang dipakai Sakura terlalu pendek.
"Sakura."
Yang dipanggil justru mengumpat, bersikeras menjauhkan tangan Sasuke yang terpatri di sisi kepalanya. Namun pria itu tetap bergeming.
"Kau pikir kakimu terlihat bagus sampai nekat memakai rok sependek itu?" tanya Sasuke sinis, "karena aku kasihan padamu, aku akan meminjamkan celana olahraga untuk menutupi paha besarmu itu."
Wajah Sakura merah padam antara kesal dan menahan malu direndahkan di muka umum. Tiba-tiba ia mendengus sinis ketika mendengar bisikan pelan Tayuya berdengung ke telinganya.
"Lihat! Sasuke-kun bahkan mengakui kakiku lebih cantik darinya."
"Ah, maksudmu dia memujiku," timbrung Karin centil di samping Tayuya, mengangkat sebelah kakinya dan berpose bak seorang model.
Tayuya hanya tertawa hambar, tak ingin didepak dari geng Uzumaki Karin.
Nyaris saja Sakura melemparkan wadah sampah ke kepala perempuan sinting itu.
Tapi keterkejutannya memagari kemarahan Sakura saat tangan jahil seseorang dengan lancang meraba pinggangnya.
"HEI!"
Tanpa aba-aba Sakura menendang tulang kering si empunya yang sudah menarik lingkar roknya ke bawah.
Sasuke merunduk sambil memegangi kakinya yang berdenyut nyeri. Ia mengerang kesakitan.
Terdengar semburan tawa dari beberapa anak lelaki, sementara para perempuan yang tergabung dalam sebuah regu fans Sasuke memandangi Sakura penuh dendam. Karin dan Tayuya termasuk di dalamnya.
Seakan tak ada yang terjadi, dengan santai gadis berambut panjang itu mengambil peralatan tulisnya di lantai, selanjutnya berlalu tanpa menoleh ke arah Sasuke. Melihat dirinya tak diacuhkan, lelaki itu berdecak sambil sesekali mengaduh merasakan kakinya berdenyut nyeri.
"Silakan nikmati itu," sindir salah satu siswa berambut merah dengan nada rendah, memancing tawa sinis dari teman-temannya yang lain.
Sontak Sasuke melemparkan tatapan tajam, namun tidak ditanggapi sama sekali, membuat amarahnya semakin mendidih. Ia melupakan satu hal. Nyaris semua murid laki-laki di sekolah ini membencinya.
Mengenai alasan, mungkin mereka iri karena kepopulerannya di antara para gadis.
Sasuke mendengus sinis seraya beranjak menjauh, menahan rasa sakit lewat cara berjalannya yang normal. Ia tak mau dipermalukan lebih dari ini.
~
Saat berjalan menuju kelas, Sakura berpapasan dengan Itachi. Pria itu sepertinya baru datang, terlihat dari tas ransel yang ia bawa.
Itachi tersenyum kecil. "Bisakah kita bicara sebentar?"
"Tentu," jawab Sakura riang.
Itachi terdiam menatap sosok adik kelas di sampingnya. Mereka kini tengah duduk di bangku depan kelas yang masih kosong.
Ya tuhan, bahkan aku bisa mencium aroma musk dari kak Itachi.
Sakura menelan ludah kasar. Meskipun jarak di antara mereka terbilang tak terlalu dekat, tapi keberadaan Itachi di sisinya sungguh membuat ia gugup setengah mati. Ia tanpa sadar meremas buku di pangkuannya.
Namun entah karena tidak peka, pria itu sama sekali tak menangkap kecanggungan yang dirasakan Sakura.
"Apa hari ini kau ada acara?" tanya Itachi datar.
Gadis manis itu sekilas terlihat panik. "Ah, tidak." Menyadari nada suaranya yang terdengar aneh karena terlalu gugup, ia berdeham. "Memangnya kenapa?"
Sakura semakin berdebar saat memikiran bahwa barangkali pria itu ingin mengajaknya kencan. Dalam hati ia bersorak girang, kendati terbilang sangat jauh dari ekspresi wajahnya yang seperti tengah menahan buang air.
"Ibuku ingin mengajakmu makan malam di rumah hari ini. Bisakah kau datang?"
Semangat Sakura lenyap seketika. Tapi ia memaksakan diri untuk melemparkan senyum. "Baiklah. Aku akan ke rumahmu."
Itachi balas tersenyum, kali ini senyum khas seorang teman. Yang sanggup membuat hati Sakura semakin berdenyut nyeri.
Tanpa disadari oleh keduanya, seseorang mengamati kejadian itu dengan tatapan kosong.
To be continued ...
A/N : Hai hai! Saia kembali membawa fict baru :''v padahal masih ada yg blm tamat tp malah kepikiran buat ini wkwkwk
Mau curhat dikit, entah kenapa dari minggu kemarin susah publish file di ffn, ini aja kudu dicopas dulu, jadi maaf kalo ada yg ga diitalic, typo, dll -_-
