Summary: "Weh, kita dimana?" | "Ini gara-gara Giotto!" | Nufufu, member generasi pertama dari Vongola tersesat di dunia jaman sekarang, enaknya sih di INDONESIA! Penasaran dengan story mereka?

Disclaimer: Saya tidak memiliki apa pun di cerita ini kecuali jalan cerita dan OC-nya.

Warning! Bahasa gaul, OOC, typo (oh itu sengaja), grammar (sengaja juga) dan OC!Author, alias Author yang jadi OC-nya. Kalau kalian tidak suka sesuatu yang berbau yaoi, mohon jangan baca XD Tapi gak berat sih, toh ini humor kan?

Author's Note:

Oke, Author stress. Dan mari kita lihat cerita gak jelas ini. Semenjak saya jarang lihat fanfic 1st Generation dari Vongola, mungkin saya bisa coba. Dan saat ini, saya punya series story yang bertitle-kan 'Vongola 1st Generation', semuanya tentang kegiatan mereka. Jangan kaget kalau banyak Ugetsu-nya, karena dari Vongola Primo Famiglia, saya memang paling suka Rain Guardiannya (gak cuma Primo, Decimo juga kok). Walau sebenarnya ini bukan seri utama, tapi apa yang saya masukin ke Internet itu seri paling pertama. Mengapa ini terjadi?

Singkat kata, saya lagi pekan stress. Mengapa? Oke, itu karena ulangan-ulangan bejad yang dinamakan Try Out, Ujian Sekolah dan Try Out kembali. Kelas 3 SMP sih, stress itu wajar –w- Hah! Sudahlah!

Mari kita mulai!

Vongola 1st Generation on INDONESIA!
First series of Vongola 1st Generation
By Ayame Yumesaki

~ G's PoV

"GIOTTOOOOOOOOOOOOOOOOOO!"

Aku meneriaki nama bos-ku yang entah kenapa terkenal, tapi sialan setengah mati. Kurang ajar. Udah deh, pake gue elo aja! Btw, kenapa gue curcol ye? Nih, gua jelasin.

Btw, gue belum ngasih perkenalan? Sini sini, kenalan.

First, nama gue G. Inget, G! Gue itu Storm Guardian dari Vongola, grup mafia terbesar sepanjang Italia. Dan gue itu best friend dari bos Vongola. Gue itu tangan kanan dia...Bisa dibilang babu dia juga. Sialan! Dia menyerahkan seluruh kerjaannya sama gue, sampai harus gue paksa pake panah favorit gue! Gue itu punya bebeb, sayang dianya gak peka.

Second, nama bos gue itu Giotto. Inget, Gi-o-tto! Giotto! Ya, dia adalah bos beken dan bule dari Vongola, yang gue dan Giotto buat dengan bantuan bos Shimon Famiglia, Cozart. Giotto itu bos yang baik hati dan tidak sombong, cuma suka kabur aja kok. Kayak sekarang. DIA KABUR! KABUR! GUE BINGUNG DIA KABUR KEMANA!

"Ara, G-dono, Kalau kau marah-marah terus, nanti cepat tua," katanya sambil mengelus pundak gue yang udah naik.

Third, manusia yang baru ngomong ke gue itu manusia-yang-gue-incer-tapi-dianya-gak-peka alias inceran gue, Asari Ugetsu. Dia itu Rain Guardian dari Vongola, dan partner kerja gue selain—Wait, cuma buat sekarang doang. Soalnya Giotto kabur. Dan kemungkinan besar, Ugetsu adalah manusia di belakang kejadian ini.

Fourth, gue ketakutan. Kenapa?

Soalnya Ugetsu itu menakutkan kalau udah ngeluarin evil smirk-nya. Kalau gue salah tingkah dan bikin dia ilfeel, terus dia udah ngeluarin senyumnya yang paling tidak manusiawi, maka gue pasti bakal ditindas, dijauhi dan kemungkinan besar, gue putus cinta. Walau cintanya masih satu arah, alias gue ke dia doang. Kagak dibales. Atau gue bilang One-sided.

"Masalahnya Ugetsu, kalau Giotto kabur tapi kerjaannya udah kelar sih okelah. Dan lihat ruangan ini, penuh dengan KERTAS-KERTAS KERJAANNYA!" protes gue.

"Ya sudah, kita kerjakan saja~" jawab Ugetsu enteng.

Untung elo itu incaran gue, Ugetsu. Kalau kagak, bakal gue tembak elo pake panah gue. Panah flame, masa' panah cinta?

"Haha. 40 tumpukan segunung ini. Kagak, elo aja. Gue gak mau, dan gak sudi,"

"Mau tanya Alaude?" saran Ugetsu. Gue deathglare.

"Oh, aku saja yang tanya~" jawabnya sendiri.

Fifth, yang diomongin Ugetsu itu Cloud Guardian Vongola, Alaude. Kepala CEDEF, si skylark, dan gak suka deket-deket sama yang dia panggil herbivore. Dan gue termasuk salah satu manusia yang dia panggil begitu. Hampir seluruh manusia di Mansion itu dipanggil herbivore. Kecuali satu manusia. Satu, dan dia memang mentalnya kuat.

Ugetsu.

Cuma dia seorang yang berani menghadapi Alaude. Cuma dia. Dan itu salah satu hal yang bikin gue makin cintah sama Ugetsu.

Sayang, cintanya one-sided.

"Aaaa... Jangan jangan jangan! Jangan, no no!" balasku.

"Lalu?" lanjut Ugetsu bingung.

"G~~~~~!"

Suara ini. Ya, gue kenal bener. SUARA INI. Pemiliknya, gue kenal pake banget. No komplein. Anda benar. Dia benar, dia adalah GIOTTO.

"GIOTTOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!" teriakku. Dengan death aura, tentu saja.

"HIEEEEEEEE!? G—G? E—ELO KENAPA!?" tanya Giotto penasaran, dan pura-pura polos.

Merasa deja vu? Ya sudah.

Ugetsu cuma ketawa-tawa aja. Mungkin kejadian ini lucu? Ataukah ia melihat gue seperti emaknya Giotto? Wajar gue marah-marah. Ia menghilang, daritadi PAGI dan gue and Ugetsu udah nyari dia hampir 10 JAM. Belum makan, belum mandi, baru bangun tidur langsung ganti baju. Dan dia kabur entah kemana, baru balik jam 12 siang. Bentar, gua lebay-in dulu. JAM 12 SIANG!

Giotto kagak lihat apa mata gue udah kayak apaan.

"GIMANA GAK KENAPA!? ELO MENGHILANG DARI JAM 2 PAGI DAN KEMBALI PAS MAKAN SIANG!? ELO TAU GAK SEH, GUE SAMA FLUTE-FREAK INI BELOM MAKAN APA-APA DARITADI PAGI! AND GUE LAPER!"

Sebenarnya itu hanya salah satu dari 3 alasan yang gue punya.

Satu, gue emank laper, memang.

Dua, gue belom mandi. Untung semalem gue emank belum tidur. Jadi gak bau orang bangun tidur.

Tiga, tugas gue masih banyak. Tugas Ugetsu juga masih banyak. Kita berdua menghabiskan 10 jam yang sebenarnya bisa digunakan untuk menyelesaikan seluruh tugas gue. Tugas gue kan bagi dua sama Ugetsu, jadi banyaknya sama saja.

"Wetss... Sori, beb. Tadi gue pergi ke tempatnya Talbot!" ucap Giotto senang. Sok polos.

Talbot? Ada urusan apa Giotto sama Talbot?

"Oof.."

Gue ngeliat Ugetsu. Kenapa dia ketawa?

"Ugetsu, kenapa elu ketawa-tawa?" tanya gue.

"...beb..."

WHATS!? UGETSU PANGGIL GUE BEBEB!? BERARTI DIA TERIMA GUE DONK! BERARTI GUE—

"..si Giotto manggil elu bebeb itu lucu banget.."

Nah ini nih. Yang gua sebut ironi diatas ironi. Kalau Ugetsu pake kata-kata gaul, berarti dia memang menghina gue. Dan gue juga baru sadar, kenapa Giotto manggil gue bebeb!? Dan gue gak bisa manggil Ugetsu sialan! Karena gua cinta banget sama Ugetsu.

Sekali lagi, karena cinta gue cuma one-sided.

"Aaa~ Asari~ Memangnya gak boleh~?" tanya Giotto pundung. Sok imut.

"Bagaimana ya? Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di toko Talbot?" balas Ugetsu penasaran.

"Aaa~ Ini!" Giotto mengeluarkan sebuah PINTU!

"Gio, itu apa?" tanya gue penasaran.

"Ini yang dinamakan PINTU YANG LUAR BIASA!" jawabnya.

Yeh... Gue juga tau itu pintu. Maksud gue, gimana elo masukin tu pintu ke kantong celana lu yang kecil itu?

"Memang apa fungsinya, Giotto?" tanya gue makin penasaran.

"Hohoho! Dia bisa membawa kita kemanapun kita mau! Dari jaman prasejarah sampai akhir bumi!" jawab Giotto, bangga.

Gue dan Ugetsu pun facepalm. Sambil berbisik dengan batin gue dan dia. Merasa kalau dunia itu milik kita.

Gue: Eh, Ugetsu, kayaknya kepala Giotto kepentok deh.
Ugetsu: Hmm... G-dono, bagaimana kalau kita pentok balik?
Gue: What the—Nanti dia pake HDWM gimana?
Ugetsu: ...Kita omongin apaan sih, G?
Gue: Entah, gue cari palu dulu ye.
Ugetsu: Tadi katanya gak mau!
Gue: Gak jadi mas.
Ugetsu: Mas?
Gue: Nggak deng.

Dan gue pun facepalm sama diri gua sendiri. Ugetsu sih memang gaul, tapi kemakan sopan. Dan logat sebuah daerah di muka bumi yang gua punya ini pun keluar. Mas, mbak. Kalau Daemon yang jadi lawan ngomongnya, oke dah. Toh dia itu makhluk antah berantah—

Plis. Gua ngelantur.

"Nah, Giotto. Kalau kau mau pergi ke suatu tempat, silahkan. Tapi lakukan setelah PAPERWORK di MEJA KERJAMU dan RUANGANMU itu SELESAI," ucapku. Dengan penuh penekanan disana.

"Hoeeee~~~~? Mooouu.. Gimana kalau kita berangkat sekarang aja? Jangan menghabiskan waktu~!" kata Giotto, dengan trait happy-go-lucky yang sialan banget.

Sialan, dia mau kabur.

"NO NO NO AND NO! LOE MAU KABUR ATAU GUE SEKAP LU DI RUANGAN LOE YANG BEJAD ITU! NO COMPLAIN, GIOTTO! DAN PLIS UGETSU, JANGAN BELAIN GIOTTO. GUE TAU ELU SALAH SATU PROVOKATOR KABURNYA GIOTTO HARI INI KAN!? GIOTTO, BALIK KE RUANGAN LO, SE-KA-RANG GAK PAKE NANTI!"


Gue nyesel. Nyesel seberat-beratnya. Kenapa gua harus marah-marah sama Giotto? Bukan, bukan Giotto yang membahayakan. Kenapa kata-kata gue harus melayang juga ke arah bebeb Ugetsu? Kenapa gue harus menyakiti hatinya, dan menerima semua siksaan ini? Dan kenapa Giotto juga ikutan..

...disiksa juga? Walau gua bahagia sih.

Secara, nih, Giotto adalah salah satu manusia yang belum pernah di'makan' sama Ugetsu, setelah gue sama Alaude. Pasalnya, Alaude tidak pernah membuat Ugetsu marah-marah. Gue sih sering, tapi gak pernah sampai nuduh-nuduh Ugetsu. Biasanya gue bakal menahan amarah gue. Kenapa? Gue bisa dimakan sama dia. Kayak sekarang ini nih. Nah Giotto? Gue rasa, memang Ugetsu udah mau meledak dari awal.

Weits, elo sangka gue yang salah? Kenapa!?

"Asari~~~? Kenapa aku dihukum juga~~? Kamu gak sayang sama Giotto~?" rayu Giotto dengan puppy eyes no jutsu-nya yang kuat banget. Tapi berhubung gua udah bisa liat, eneg yang ada.

"Jawabannya mudah, Primo. Kau kabur, aku kelelahan, G-dono memarahiku tanpa bukti, dan aku rasa aku ingin melaporkan kaburmu kali ini pada Alaude jika kau melawan lagi, Primo." jawab Ugetsu dengan senyumnya.

Walau begitu, itu senyum evil smirk yang gua bilang di atas tadi. Serem kan? Btw, elu pada mau tau, gua sama Giotto disuruh ngapain? Okeh, gua kasih tau. Gue sama Giotto itu disuruh menanam. Menanam itu kerjaan Ugetsu, bukan kerjaan gue. Dan kita udah ngerjain ini hampir 1 jam. Apa yang kita tanam? Bunga daisy. Menurut Giotto, ini bunga kesukaan Ugetsu.

Sialan, gua ngelantur lagi!

"Pssst psst! G, gue laper," ucap Giotto sambil ngelus-ngelus perutnya.

"HEH GIOTTO! ELU YANG UDAH MAKAN PAGI AJA LAPER, APALAGI GUE YANG GAK MAKAN APA-APA DARITADI PAGI HAH!?" keluar semua tuh uneg-uneg di perut gue.

"G, kau pikir kau saja yang belum makan?" tanya Ugetsu, yang mengamati kami baik-baik sejak tadi, sambil tersenyum.

"I..Iya deh, Ugetsu. Sorry, elo juga belum makan.."

"Eh, mau coba pintu itu kagak?" ajak Giotto tiba-tiba.

What? Gue ngeliat Ugetsu yang mendelik sedikit.

"Hm... Boleh saja," jawab Ugetsu santai.

Tensi kegelapan yang membuat gue dan Giotto merinding pun langsung hilang, diganti dengan bling-bling cerah dari senyum itu. Sumpeh, bebeb gue ini plin-plan banget ya? Ah whatever, yang penting gue bisa makan! MAKAN MAKAN MAKAN!

"Yosh! Mari kita pergi~!"

Giotto mengeluarkan pintu itu sekali lagi. Dan ia membuka pintu tersebut, menarik gue dan Ugetsu masuk.

JDUAARRR!

Tiba-tiba, pintu itu meledak. Dan kita bertiga terombang-ambing di pararel waktu.

Sampai kita bertiga jatuh ke sebuah tempat. Lho, kayaknya ini lantai sebuah ruangan deh! Apaan nih!? Udah kotor banget! Ini lantai apaan sih!?

"Wadaw!"

"Giotto! Ugetsu! Elu berdua gak apa-apa!?"

"G-dono, anda dimana!?"

"Huaaa~~ G~ Asari~ Plis helep me!"

Gue menarik Giotto dan Ugetsu yang stuck disana keluar ruangan berdebu dahsyat itu. Dan seketika, gue membeku. Membeku sampai membuat Giotto bertanya-tanya, apa yang terjadi sama gue. Ugetsu melihat apa yang gua lihat dan hanya berceletuk...

"Ara, kita bukan di Jepang ataupun Italia lagi,"

JELASLAH, BEBEB UGETSU!

Seketika itu, kita bertiga merasa ada yang mendekat dan naik ke tangga—Cewek!

"Aduh med! Gue udah bilang, tu suara adanya dari ruangan 4!"

"Jul, gak mungkin! Masa' kilat loe bilang pintu dimensi!"

"Firasat gue gak pernah salah! Woi, Kris! Lu denger kan!?"

"Eh! Iyalah, gua denger kok denger!"

Gue membeku kembali. Giotto segera menarik gue dan Ugetsu dari tempat ini, sembunyi ke ruangan itu sebelum—cewek yang gua rasa dipanggil 'Jul' itu berteriak.

"KYAAAAAAAAAAA! ADA ASARI-SAN~!"

.

.

.

Hah? Ah gua baru sadar. Dari kita semua kan cuma Ugetsu yang bajunya apa banget. Tapi tapi tapi kayaknya gak mungkin kalau dia gak kenal gue.

Dan ini dimana sih, plis deh!


"Jul, lu teriaknya kurang kenceng!" kata Madeline Nathania, anak dari kelas 3 SMP yang kebetulan anak bendahara kelas tersebut.

"Tadi gua gak picek kan!? Gue ngeliat 3 cowok bule! Bule med bule!" kata Kristina, teman Madeline.

"Hah!? Beneran!? Gue gak liat tuh!" kata Made maksa.

"Masa' sih mimpi gue semalem dikabulin? ITU ASARI UGETSU DARI VONGOLA I! BENERAN!" teriak Julia Angelina, yang merupakan Author ber-nickname Ayame Yumesaki di ffn, sambil berlari menuju ruangan tempat Vongola bersembunyi itu.

Apa yang akan terjadi dengan nasib Giotto, G. dan Ugetsu itu?

Saksikan di chapter berikutnya!

Author's Note:

Dekimashita! Oke, saya akan jelasin 3 hal disini.

Satu, memang G. cintrong sama Ugetsu. Dan Ugetsu sadar soal hal itu. Cuma, sebelum ia 'menolak' permintaan G, dia pengen nyiksa G. dulu. Biasalah, kejem berkelebihan adalah keahlian Author~ Dan anda merasa G. itu terlalu OOC, okeh, lupakan. Gak cuma G, Giotto dan Ugetsu cukup OOC disini. Author ngelantur kan.

Dua, soal perjalanan mereka dari dunia pararel, kenapa mereka ada di ruangan itu dan seluruhnya akan dijelaskan di chapter 2.

Tiga, soal OC. Author bukan tipe orang yang suka menggunakan OC (walau hampir semuanya ada). Kali ini, OC yang Author pake agak berkelas alias diri Author sendiri. Satu, Julia Angelina itu nama asli Author. Ia anak yang tidak-cukup-lebay, suka baca FFn pas senggang, fans berat anime dan memang Author itu cintrong sama Ugetsu~ dan Yamamoto, tentunya. Dua, Madeline Nathania itu nama asli teman Author. Ia suka fanfiction, cuma fandom Naruto. Ia bendahara kelas Author, juga salah satu best friend Author. Tiga, Kristina juga temen Author di duta. Ia adalah anak lemot, sampai Author sering facepalm pas sama dia.

Terima kasih pada seluruh reader yang bersedia membaca~ Review pun baik, tapi jangan beritahu Author soal bahasa. Memang bahasanya gaul berkelas dan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Toh humor tak akan terasa baik bila memiliki terlalu banyak bahasa baku. Baik, sekali lagi~

Terima kasih kepada para readers yang bersedia membaca fanfiction gak jelas ini dan kalau bisa, review!