Hello :D Selamat membaca saja. RCL? Yes dong. bash? flame? siders? jangan dong yaaa. Hahaa

(repost)

Cast : Jung Yunho

Kim Jaejoong

Park Yoochun

Kim Junsu

Changmin?

Awas Typo(S)


Ia tak butuh waktu berbulan-bulan untuk perencanaan yang sempurna, ia bergerak dengan cara yang berbeda.


Seoul, 20 maret 2013.

Kota metropolitan itu kembali digegerkan oleh sebuah peristiwa pembunuhan sadis, kali ini seorang pengusaha muda yang jadi korban. Di kediamannya sendiri ia ditemukan tewas dengan kepala terpenggal dan jari-jari tangan terpotong habis.

"Aku merasa dipecundangi" lirih seorang namja tampan sembari bersandar dikursi kerjanya. Peristiwa pembunuhan berantai yang terjadi akhir-akhir ini cukup membuatnya kewalahan, kentara sekali dari wajah pucat dan mata merahnya yang menandakan kurang tidur.

"Jangan terlalu dipikirkan" Namja berjidat lebar yang diseragamnya bername-tag Park Yoochun itu menjawab acuh, ia asyik cekikikan memandang majalah dewasa digenggamannya tanpa mempedulikan sama sekali sahabatnya yang tengah gusar.

"Jangan terlalu dipikirkan? DIMANA OTAKMU IDIOT?" Yunho,- namja yang menjabat sebagai ketua tim operasi khusus kepolisian Seoul itu berteriak murka, tanpa ampun ia memberondong Yoochun dengan lemparan berkas-berkasnya dan terus mengoceh memborbardil pernyataan Yoochun yang menurutnya tak berguna sama sekali.

"AMPUUUUUN!"

Namja berjidat lebar itu lari tunggang langgang meninggalkan ruangan sebelum sahabat sekaligus atasannya itu marah lebih besar. Anggota divisi lain yang berada diluar ruangan itu hanya menggeleng pasrah.

"Chunnie, jangan berulah" Junsu mengasongkan segelas air putih pada Yoochun yang kini duduk terengah dikursi kerjanya.

"Aku tidak berulah baby, aku hanya menasihatinya agar bersikap lebih santai, sebulan ini dia menyiksa diri dengan terus bergelut dengan kasus ini. Merepotkan diri sendiri, egonya sangat besar, coba saja kita minta bantuan NIS atau CIA, pasti kasus ini cepat selesai" jelas Yoochun yang hampir saja dibenarkan Junsu andai telinganya tidak peka mendengar suara langkah cepat yang mendekat kearah mereka.

Semua orang kini memandang horror kearah Yunho yang berdiri tepat didepan meja Yoochun, rahangnya mengeras, tangannya mengepal, nafasnya juga memburu. Jelas ia tengah menahan amarah.

"Kau pikir aku mempertahankan egoku demi siapa hah? Demi kepentingan pribadi? Cih~ dengar Park! Aku melakukan ini demi kepentingan lembaga, aku hanya berusaha mempertahankan gengsi dan kehormatan kepolisian. Apa kau mau bedebah intelijen itu terus meremehkan kerja kita? Apa kau mau mereka terus menganggap kita tidak berguna? Apa kau mau mereka menjadi semakin besar kepala?"

Kalimat panjang Yunho sukses membuat kelima orang yang ada diruangan itu menunduk,

Takut?

Malu?

Euw~ entahlah. Semuanya serasa tercampur aduk.

Kenapa mereka tidak pernah berpikir sampai sejauh itu? Shit!

Benar kata Yunho, menggantungkan harapan pada informan NIS hanya akan membuat mereka semakin kalah.

"Jeoseonghamnida sajangnim" kelima orang itu berdiri lalu membungkuk serempak. Mereka baru menyadari, tidak sepantasnya mereka hanya bersantai menunggu bantuan sementara atasan mereka mati-matian bekerja untuk menghalau opini public yang semakin miring terhadap kinerja kepolisian.

"Lupakan! Kembalilah bekerja dengan baik" ujar Yunho lembut lalu kembali memasuki ruangannya. Meninggalkan kelima bawahannya yang saling pandang.

Errr! Sikap atasan mereka itu memang susah ditebak. Dia benar-benar menguasai 'perubahan ekspresi satu detik'.


Suasana ruang rapat itu benar-benar mencekam, meskipun pendingin ruangan menyala tapi hawa panas tetap mendominasi ruangan serba putih itu. Dikursi tunggal sebelah kanan tempat pimpinan kepolisian berada seorang namja paruh baya tengah menjelaskan profil seseorang yang tertera LCD.

"Code namenya Hero. Ia merupakan salah satu putera kebanggan Korea Selatan. Usia 16 tahun lulus dari sekolah intelijen di Rusia dan setahun berikutnya sudah direkrut menjadi anggota NIS. Di usia 18 ia dikirim ke daerah gejolak timur tengah dan sempat menyusup menjadi anggota Mossad. Karena keberanian dan kecerdikannya itu ia akhirnya dilirik CIA, dan ya, tujuh tahun terakhir ini ia berkarir di CIA"

Pimpinan rapat menghentikan penjelasannya sejenak, ia menatap bawahannya satu persatu. Hampir semuanya terpana dan menganga kagum, kecuali satu orang yang duduk dikursi single hadapannya, namja berkharisma itu hanya memasang wajah datar tak tertarik sama sekali.

"Karirnya di CIA juga tergolong luar biasa, dia pernah ditempatkan di divisi analisis maupun operasional"

"Wooow" para anggota rapat khusus itu bergumam kagum, diusia muda namja itu sudah memiliki segudang pengalaman dan prestasi.

"Kuharap kalian bisa bekerja sama baik dengannya"

"Nee sajangnim" jawab namja-namja itu serempak,

Namja paruh baya namun masih terlihat bugar itu tersenyum cerah, tapi seketika senyumnya lenyap saat seseorang diseberang sana mengangkat tangan tanda mengajukan instruksi.

"Silahkan Yunho, ada yang masih kurang jelas?"

"Aku tidak setuju dia bergabung"

Hening sejenak. Mata musang keduanya bertatapan tajam hingga kembali menciptakan atmosfer kelam. Well, beginilah sikap anak dan ayah itu jika sedang bekerja. Keras! Keduanya sama-sama keras terhadap pemikirannya, sangat berbanding terbalik dengan sikap keduanya jika sedang dirumah, penuh keakraban dan kehangatan. Mungkin inilah yang dinamakan profesionalitas.

Jika sedang bekerja tidak ada istilah anak-ayah. Keduanya menghormati masing-masing privasi pekerjaan dan jabatannya. Atasan dan bawahan, begitulah mereka bersikap saat bekerja.

"Dengan alasan?" Tanya pimpinan rapat itu tenang. Ia sudah bisa menebak jika reaksi Yunho akan seperti ini. Dari kecil namja itu sudah anti dengan badan Intel, walaupun pada dasarnya lembaga Intelijen dan kepolisian diciptakan untuk saling bekerjasama dan saling melengkapi tapi menurut Yunho pada kenyataannya kedua lembaga ini malah selalu saling bersaing dan menjatuhkan. Saling berebut kasus bahkan diam-diam saling mengawasi dan menghancurkan.

"Sajangnim, masih tersisa waktu lima hari bagi kami untuk menyelesaikan kasus ini secara mandiri, bukankah ini perjanjian kita sejak awal?"

"Kau benar, tapi ini darurat. Operasi kalian sebulan ini bukankah tidak membawa hasil memuaskan? Mereka malah semakin gencar melakukan kejahatan. Berpikirlah jernih, kali ini yang kita pertaruhkan adalah keselamatan masyarakat"

"Tapi sajangnim, bukankah hal ini hanya akan semakin mencoreng nama kepolisian? Birokrat akan semakin merendahkan kita jika selalu mengandalkan bantuan" tangan Yunho terkepal dibawah meja.

Hell! Bukankah biasanya ayahnya yang selalu menjaga kehormatan kepolisian? Kenapa kali ini ia terkesan pasrah dan merendahkan harga diri seperti itu?

Pimpinan Jung menghela nafas dalam lalu menghembuskannya panjang.

"Argumentmu tidak salah sama sekali, menjaga kehormatan lembaga dan menjaga keamanan di masyarakat memang sama-sama tugas kita. Tapi sepertinya kau belum bisa memilah mana yang lebih vital. Kau belum paham batasan antara ego dan kewajiban. Tolong pelajari kembali buku panduan tugasmu Yunho-ssi" jelas namja paruh baya itu santai namun tepat menohok, tanpa mempedulikan Yunho yang menahan amarah diujung sana ia tetap membereskan berkas-berkasnya.

"Baiklah, rapat hari ini selesai. Besok rekan baru kalian sudah bisa bergabung. Tolong berikan kenyamanan dihari kerja pertamanya"

"Nee sajangnim"

Yunho masih terpaku, ia masih memandang lurus kedepan meski objek yang sedaritadi dipandangnya kini sudah berpindah. Pimpinan Jung baru saja melewatinya diiringi dua ajudannya.

"Ah satu lagi, Kim Jaejoong terkenal sebagai karakter pemecah belah, lidahnya yang tajam dan kepercayaan dirinya yang tinggi mungkin saja sewaktu-waktu bisa membuat sedikit percekcokan internal. Kumohon untuk tidak terpancing emosi, bersikaplah sedikit sabar menghadapinya." Pesan terakhir pimpinan Jung sebelum keluar dari pintu ruangan itu.

Anggota rapat yang lain membuntuti namja paruh baya itu keluar, kecuali Yoochun dan Junsu yang masih duduk ditempat semula. Mereka menatap prihatin Yunho yang masih berdiri mematung dengan pandangan mengeras.

"Hero? Kim Jaejoong?"

Yunho tersenyum miring memandang foto namja cantik berkulit putih pucat di lembaran agenda rapat barusan.

Dukkk~

Ia menekankan ujung runcing pulpennya tepat dimanik mata orang difoto tersebut, menciptakan sebuah kebolongan dan coretan panjang.

"Brengsek!"


Bersambung.

Hehe, Terimakasih untuk yang sudah menyempatkan RCL, lufyuuhh #tebarlopelope :D