Both of Them is My Life

Disclaimer:

Pinjam Charanya sebentar ya Masashi Kishimoto sensei

Rate: K+

Pair: NaruGaa

Genre: Family n Romance

Warning:

Ini Yaoi a.k.a BoyxBoy, shonen-ai, oc

Jika Minna-san anti dengan salah satunya, silahkan klik tombol 'Back' di samping

Here we go…

Don't Like Don't Read

"Otou-chan … Otou-chan …" panggil seorang bocah pada seorang pemuda berusia dua puluhan yang berdiri tak jauh darinya.

"Ada apa Yoru-chan?"

"Es klim." Tunjuknya pada tukang es krim yang tengah memarkirkan dagangannya di bawah pohon, yang tengah dikerubungi banyak pembeli. Di cuaca panas begini es krim memang salah satu alternatif untuk sedikit mengurangi rasa gerah. Bocah berambut merah itu lalu menunggu reaksi pria yang dipanggilnya tou-san itu berharap keinginanya terpenuhi segera. Namun melihat tou-sannya yang masih juga berdiri, tangan mungil itu akhirnya menarik tangan yang sang ayah hingga sampai di dekat penjual es krim. Bocah berambut merah itu kemudian berteriak keras pada sang penjual meminta es krim-nya sembari menunjuk salah satu gambar buah kesukaanya; buah berwarna orange. Mengacuhkan tiap orang yang mungkin terganggu dengan suara cemprengnya. Bocah pemilik mata berwarna sebiru safire itu terus saja tertawa senang melonjak-lonjak meminta cepat akan es krim-nya. Sang ayah berambut merah maroon yang melihat tingkah putra bungsunya itu hanya tersenyum tipis melihat buah hatinya yang kini tersenyum senang dengan mata berbinar melihat penjual es krim yang tengah menambah berbagai toping di es krim-nya.

"Es jeluk … enak." Wajah bahagia jelas terpapar saat es krim itu kini beralih pada tangan sang bocah yang bernama Yoru itu. Lidahnya terus saja menjilati setiap toping yang berserakan penuh pada es cone-nya. Sesekali lelehan es yang tak sempat masuk kemulutnya berceceran di tanah sepanjang perjalanannya ke bangku salah satu bangku dimana ada seorang anak laki-laki yang tengah menunggu keduanya sambil berteduh, mengingat posisi bangku yang juga dinaungi sebuah pohon besar. Sesampainya Yoru dan Gaara langsung mengambil posisi di kiri dan kanan anak tersebut.

"Nii-chan … mau?" tanya Yoru pada seorang anak lelaki sebaya-nya yang duduk disampingnya. Seorang anak laki-laki yang juga memiliki wajah yang sama persis dirinya termasuk rambut merah miliknya.

"Tidak. Makan saja," jawab bocah itu sembari mengelus kepala adiknya. Tersenyum tipis melihat Yoru yang kini berlepotan es krim di sekeliling mulutnya. Bocah itu membuka tas-nya mencari sesuatu dan kemudian membersihkan mulut Yoru dengan sehelai tisu yang ditemukannya di tas ranselnya. Tisu yang selalu dipersiapkan otou-sannya bersama barang-barangnya yang lain setiap pagi. Saat keduanya akan ke sekolah.

"Benar, Akumu-kun tidak mau?" tanya Gaara pada Akumu yang juga merupakan anak kandungnya.

"Tidak. Aku tak suka manis, tou-chan," jawab bocah berambut merah yang bernama Akumu tersebut datar.

Pria muda berusia dua puluh tujuh tahun itu hanya tersenyum maklum. Walau kelihatan rupa keduanya persis sama namun kedua putranya sangat berbeda dalam sifat dan karakternya.

Sabaku Akumu, putra sulungnya yang berbeda lima menit dari adiknya, Sabaku Yoru. Pendiam, lembut namun lebih cenderung tertutup. Memiliki tingkat kecerdasan lebih dari pada anak seusianya, bersikap lebih dewasa, menyukai ketenangan, mau berbicara hanya dengan segelintir orang. Hanya mau tersenyum dihadapan adiknya dan tak segan-segan menghajar siapa saja yang membuat adiknya menangis.

Sabaku Yoru, putra bungsunya yang sangat ceria atau lebih cenderung ceroboh. Periang sangat menyukai semua yang manis-manis, mudah berteman, manja, dan berisik, lincah, tak mau diam. Selalu membuat orang disekitarnya tertawa karena ulahnya. Suka sekali dengan nii-sannya.

Akumu dan Yoru bagaikan duplikat sang ayah tentu saja tanpa lingkar hitam yang menjadi ciri khas sang ayah akibat insomnia berkepanjangan. Keduanya berkulit putih, berambut merah maroon walau kalau diperhatikan lebih lama merah pada Yoru lebih cerah dibandingkan kakaknya terlintas warna kekuningan yang tidak kentara. Hanya saja mata mereka yang berbeda, Akumu bermata cobalt blue sedangkan Yoru blue safire, dan tou-sannya sendiri bermata hijau jade. Kedua bocah yang kini tengah asyik duduk dan bercanda di salah satu bangku taman ini adalah putra Sabaku Gaara, seorang pengusaha muda baru di salah satu perusahaan terbesar di Konoha. Pengusaha yang mulai naik sejak setahun lalu walau perusahaanya sendiri sudah berdiri sejak lima tahun lalu.

Saat ini Gaara dan kedua anaknya berada di sebuah taman yang tak jauh dari kantornya. Setelah menjemput keduanya tadi, Gaara mengajak keduanya untuk bermain di taman yang tak jauh dari kantornya yang selalu padat dikunjungi. Walau tak menyukai keramaian setidaknya bersama Akumu dan Yoru, Gaara bisa sedikit melepas penat karena pekerjaan kantornya.

Mata pria itu masih saja menatap teduh pada kedua anaknya. Senyum tipis terhias dibibirnya saat melihat keduanya mulai bercanda. Sesekali tampak tangan jahil Yoru sampai ke pipi Akumu, yang dibalas deathglare oleh Akumu, namun Yoru hanya tertawa melihatnya tak mempan dengan tatapan andalan Akumu yang sudah dikenalnya sejak lahir. Malah tangannya sekali lagi mencolek es krim dan menyentuhkannya ke bibir Akumu. Padahal Yoru tahu kalau Akumu benci dengan es krim atau lebih tepatnya benci manis apa pun itu jenisnya.

"Lihat, mereka berdua kembar … lucu ya … tapi kaa-sannya mana ya?"

"Pasti istrinya bahagia ya, punya suami yang penyayang begitu. Eh, bukankah itu pengusaha sukses yang ada di majalah kemarin?"

"Benar-benar keluarga bahagia, sayang ibunya tak kelihatan."

Gaara sedikit tertegun mendengar berbagai penuturan para pengunjung taman yang kebetulan melintas di sekitar mereka. Tentu saja kedua bocah kembar yang masih terus saja bercanda itu tak sadar kalau selalu menarik orang-orang untuk mendekat dan memperhatikan segala tingkahnya. Bakat alami mungkin. Sedikit perih Gaara menyadarinya alasannya mengapa. Tak ingin mendengar hal lainnya yang mungkin hanya membuka lukanya. Gaara kemudian mendekati Akumu dan Yoru berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada kedua bocah yang langsung menatapnya bingung.

"Akumu-kun, Yoru-chan bagaimana kalau kita pulang."

"Tapi … Tou-chan, bukankah kita balu tiba?" rengek Yoru tak rela, kepalanya tertunduk lesu mendengar permintaan tou-sannya tak ingin meninggalkan taman yang jarang didatanginya belakangan ini.

Gaara hanya mengelus pelan kepala bocah yang kini berusia lima tahun itu. "Besok kita kemari lagi bagaimana?" bujuk Gaara pada putra bungsunya itu.

"Tou-chan bohong. Besok pasti sibuk kelja lagi," lirih Yoru semakin menundukkan kepalanya, menyembunyikan air mata yang mungkin akan turun. Walau cengeng dan mudah menangis Yoru tak pernah mau menangis dihadapan Gaara.

Gaara tertegun mendengar perkataan Yoru. Dirinya tahu kesibukannya akhir-akhir ini membuatnya harus meninggalkan keduanya dalam waktu lama. Apa lagi sejak perusahaannya menunjukkan kearah perkembangan yang baik, hampir kebanyakan waktunya dihabiskan di kantor dan membuat keduanya harus menghabiskan banyak waktu di play group. Tadi saja Gaara terlambat dua jam menjemput keduanya dan membuat Yoru mendiamkannya. Untung saja saat dia ajak ke taman senyum sehangat mentari itu kembali menghias senyum dibibirnya. Polos. Berpikir sejenak, Gaara mencoba merangkai kata yang mungkin bisa membantunya, "Tou-san janji kita akan kemari lagi besok. Bagaimana?"

Namun Yoru masih betah berdiam diri, tak ingin meninggalkan salah satu tempat favoritenya ini. Lagi pula tou-sannya sudah terlalu sering berjanji demikian. Tapi jarang sekali bisa ditepati. Es krim ditangan Yoru pun mulai meleleh karena sang empunya kini tak lagi tertarik dengan benda dingin berasa manis tersebut.

"Yolu, ayo pulang," ujar Akumu akhirnya pada adiknya yang masih bergeming. Kasihan juga melihat tou-sannya yang mulai kebingungan membujuk Yoru, lagi pula adiknya itu sedikit keras kepala dan egois.

Mendengar perintah nii-sannya, Yoru mentengadahkan kepalanya menatap wajah Akumu yang mulai serius padanya, tak lama Yoru menganggukkan kepalanya. Menjulurkan salah satu tangannya, minta bergandengan bersama Akumu. Tak ingin adiknya nanti berubah pikiran, Akumu langsung saja menggenggam tangan kecil adiknya kemudian berdiri dan berjalan bersama dengan tousan-nya mengiringi dari belakang. Akumu tersenyum kecil, bagi dirinya Yoru-lah orang yang paling disayanginya, Tou-sannya nomor dua.

Gaara tertawa geli di dalam hati melihat interaksi kedua anaknya ini. Akumu selalu bisa menangani Yoru yang terkadang keras kepala. Dan Yoru selalu bisa membuat Akumu tersenyum. Benar-benar anak yang manis dan Gaara sangat bersyukur akan itu. 'Tapi kenapa rasanya aku jadi nomor dua diantara mereka ya?' keluhnya dalam hati.

Ketiganya lalu menuju sebuah parkiran, menaiki sebuah mobil berwarna metalik merah milik Gaara. Akumu dan Yoru menempati bangku di belakang. Membiarkan tou-sannya berada sendirian di depan sana mengemudikan mobil. Jalanan yang sedikit sepi membuat perjalanan kali ini tak memakan waktu banyak. Tak lama ketiganya sampai di sebuah rumah bergaya eropa yang tak terlalu besar berwarna biru pastel, minimalis. Terdapat sebuah taman hijau yang mengelilingi rumah kediaman Sabaku itu dengan pohon-pohon rindang menaunginya. Patung-patung yunani kuno juga tampak menghiasai di setiap sudut halaman dan sebuah kolam kecil juga tampak berada di kiri rumah. Rumah yang cukup berbeda atau mungkin aneh diantara para tetangga yang kebanyakan bergaya sederhana apa lagi ada perumahan tradisional juga di sini.

"Otou-chan, tidak kembali ke kantol?" tanya Akumu saat mereka sudah berada di ruang tamu.

"Tidak, hari ini tou-san cuti. Lagi pula tou-san ingin menghabiskan waktu bersama kalian hari ini," jawab Gaara.

Mengerti kalau tak yang dipertanyakan lagi, Akumu kemudian beranjak mendekati Yoru yang sudah lebih dulu menonton tv. Tak ada ruginya juga kalau tou-sannya ada dirumah begitu pikirnya.

Gaara kemudian masuk ke dapur yang menyatu dengan ruang keluarga dimana terdapat sebuah meja berbentuk seperti counter; untuk menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Walau mereka masih kecil Gaara tak pernah menyewa pembantu atau pun babysitter karena baginya membesarkan mereka berdua adalah tanggung jawabnya dan tak butuh bantuan orang lain. Walau setiap hari harus menitipkan mereka berdua di play group setidaknya Gaara berusaha mencari waktu luang untuk menemani keduanya. Apa lagi Gaara baru satu tahun ini bersama keduanya yang sebelumnya dititipkan pada kakak perempuannya di Suna. Dan tentu saja Gaara tak akan mau melewatkan perkembangan keduanya.

"Akumu-kun, Yoru-chan. Malam ini mau makan apa?" tanya Gaara dari balik counter yang berada tak jauh dari kedua anaknya.

"Lamen!" teriak Yoru tak mengalihkan pandangannya pada acara anak-anak kesukaannya. Tampak adegan pahlawan yang tengah mengalahkan seekor monster rubah.

"Telselah tou-chan asal jangan lamen," ucap Akumu tak memperdulikan perkataan Yoru sebelumnya.

"Eh? Nii-chan tapi lamen itu enak lo?" ujar Yoru heran pada kakak lima menitnya itu.

"Tidak. Milip cacing begitu, mending hambulger," bantah Akumu yang sejak awal tak menyukai makanan favorite otouto-nya itu.

"Tidak mau. Lamen!" teriak Yoru tak mau mengalah.

"Hambulger!"

"Lamen!"

"Hambulger. Tak ada makanan yang bernama 'lamen' di dunia ini. Sudah dilalang."

"Grrr … Nii-chan jahat." Yoru segera menindih kakak lima menitnya itu hingga terhempas ke lantai. Pergulatan para bocah pun tak terhindari. Saling serang satu dan lainnya. Kedua tangan dan kaki keduanya saling menghantam, dan bergulingan di sepanjang lantai ruang tamu. Tak mau mengalah satu sama lain.

Gaara yang melihat pertarungan perebutan makan malam yang mulai memanas itu terpaksa melerai keduanya sebelum rumahnya hancur berantakan dan harus memanggil jasa pembantu untuk kesekian kalinya. Gaara menarik belakang baju keduanya dan mengangkatnya ke udara. Akumu di tangan kanan dan Yoru ditangan kiri.

"Apa kalian tak bisa berdamai. Kenapa tiap malam harus meributkan hal yang sama setiap harinya?" tanya Gaara kesal, namun keduanya tak memperdulikan perkataan Gaara. Gaara hanya bisa menghela napas melihat keduanya yang kini malah adu deathglare di udara, apa yang terjadi dengan bocah manis beberapa jam yang lalu. Sepertinya Gaara lupa mengatakan sifat jahil Akumu yang hanya kambuh pada adiknya saat tak seorang pun melihatnya lebih tepatnya saa bersama orang-orang yang dikenalnya. Bertengkar itu hobinya, tak suka kalau ada yang membuat Yoru menangis kecuali dirinya.

"Ayo, baikkan. Atau kalian mau tidur bareng kyuubi di luar," ancam Gaara melihat keduanya yang masih acuh dan berperang dengan alternatif lain; uji ketajaman mata.

Kedua bocah yang mendengar kata Kyuubi itu langsung merinding ketakutan. Siapa yang mau tidur dengan serigala yang bahkan lebih galak dari tou-sannya. Serigala bermata merah yang sudah ada sejak sebelum mereka lahir. Serigala peliharaan yang selalu mencakar tiap kali keduanya bergantian memberi makan, hanya pada tou-sannya lah binatang langka itu mau menundukkan kepalanya.

Yoru melirik takut-takut pada Akumu, walau sebenarnya sedikit tak rela kalau harus duluan mengatakannya. Tapi kakaknya satu ini tak akan mau meminta maaf duluan bahkan walau harus ditunggu sampai hari kiamat pun. "Baik … lah … maaf nii-chan."

" … "

"Akumu?" tanya Gaara melihat Akumu yang tak menolehkan kepalanya sedari tadi. Acuh.

"Iya … gomen ne, Tou-chan, Yolu-chan."

"Bagus itu baru putra tou-san. Malam ini tou-san buatkan ramen dan hamburger bagaimana?"

"Hoolee!" Yoru langsung berteriak senang tak mengingat kalau dirinya masih 'digantung' Gaara di udara, dan tentu saja itu membuat tangan Gaara sedikit pegal akibat gerakan tiba-tiba yang dilakukan Yoru. Gaara kemudian segera melepaskan bocah kembar itu. Keduanya segera berlari saling mendahului menuju meja makan dan mencoba memanjat ke atas kursi yang tentu saja tak akan sampai. Gaara hanya terkekeh pelan kemudian membantu keduanya untuk duduk di kursi tinggi milik Akumu dan Yoru. Biru untuk Akumu dan kuning untuk Yoru.

"Duduk manis di sana dan jangan bertengkar," ujar Gaara kembali ke pekerjaannya membuatkan makan malam. Tak lama Gaara selesai menyiapkan keduanya. Semangkuk besar ramen, dua porsi hamburger, serta semangkuk sup miso untuknya—sisa kemarin malam. Akumu dan Yoru segera menyerbu makanan buatan tou-sannya. Gaara hanya memandang keduanya yang lahap menghabiskan makan malamnya. Walau mereka berdua begitu berbeda dan sering kali bertengkar karena hal sepele tapi baik Akumu maupun Yoru tak pernah kesulitan untuk menghabiskan makanan kesukaannya. Seulas senyum selalu bertenger dibibir Gaara saat melihat keduanya namun observasi kecilnya terhenti saat mendengar suara batuk dari Yoru.

"Uhuk … Uhuk … "

Gaara segera menyambar segelas air minum dan memberikannya pada Yoru. Sesekali ditepuknya punggung Yoru pelan. "Sudah tou-san bilang, makan itu pelan-pelan, Yo-chan."

"Eh … he … he … habis lamen tou-chan enak," jawab Yoru sambil tertawa memamerkan gigi putihnya yang berjejer rapi.

Terkesiap Gaara mendengar penuturan Yoru, seraut wajah Gaara berubah sendu. 'Kenapa kau makin mirip dia Yo-chan?' Tersadar, Gaara lalu mengambil serbet dan mengusapkannya pada daerah sekitar mulut Yoru, anak ini memang tak pernah bisa rapi tiap kali makan apa-pun.

"Sudah lanjutkan lagi makannya lagi."

"Tou-chan baik-baik saja?" tanya Akumu yang cemas melihat perubahan raut wajah Gaara barusan, Gaara hanya menggeleng pelan. Kadang memiliki anak yang memiliki intuisi tajam membuatnya repot juga. "Aku-kun lanjutkan saja makannya ya."

Ketiganya kembali melanjutkan acara makan yang sempat tertunda. Tak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya walau kembali pertengkaran kecil mewarnainya disela waktu makan. setelahnya Gaara mengajak keduanya untuk bermain games yang baru saja didapatnya tadi; meminta—memerintah— bawahannya mencarinya ke toko games. Keduanya terlihat senang dan langsung duduk manis di depan tv. Menghabiskan waktu yang jarang bisa tercipta beberapa waktu yang lalu. Gelak tawa bergantian menghiasi suasana diantara perebutan kecil Akumu dan Yoru memenangkan permainan. Kali ini Gaara hanya menonton saja dan membiarkan keduanya adu mulut bahkan adu pukul, namanya juga kakak adik.

.

.

.

.

Gaara menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Sudah waktunya untuk tidur bagi keduanya. Akumu dan Yoru ternyata sudah tertidur di tengah permainan tadi. Bahkan keduanya sudah pulas tertidur dengan posisi yang saling berhadapan. Bahkan Yoru tengah asyik mengemut jempol jarinya dengan tangan lainnya memeluk Akumu. Kalau tidur Yoru memang lebih berantakan dibandingkan dengan Akumu yang tidurnya rapi.

Gaara kemudian mengangkatnya satu persatu ke kamar si kembar. Sebuah kamar yang di dominasi warna orange terang. Sebuah bed dengan cover serigala berwarna biru. Gaara kemudian menyelimutinya seraya mengecup kening keduanya pelan. "Oyasumi, sayang."

Gaara menutup pintu itu perlahan. Namun dirinya tak lekas beralih menuju kamar yang tepat berada di kamar sikembar. Gaara hanya bersandar di depan pintu. Sedikit menghela napas pelan, kakinya kemudian beranjak menuju kamarnya sendiri. Dibaringkannya tubuhnya pada sebuah bed berukuran queen itu.

Gaara menutup matanya pelan sembari memijit pelan keningnya. "Sampai kapan aku bisa menyimpan semua ini?" pikiran dan hatinya terasa letih. Mengingat sebuah percakapan kecil yang dilontarkan oleh Yoru pada Akumu yang tak sengaja didengarnya dibalik pintu saat keduanya sedang bermain dihalaman beberapa hari yang lalu.

Flashback

"Ne, nii-chan? ... Kaa-chan dimana?" tanya Yoru tiba-tiba saat mereka sedang bermain di bak pasir dihalaman.

"Kenapa tiba-tiba beltanya begitu?" tanya Akumu balik pada adik kembarnya itu.

"Kemalin… Akane-chan bilang kalau semua punya kaa-chan, tapi Yolu tak pelnah lihat kaa-chan," ujar Yoru sembari masih mengaduk pasir ingin membentuk gua besar.

"Kaa-chan di sulga," jawab Akumu singkat tak mengalihkan perhatiannya pada gundukan tanah yang mulai berbentuk istana ditangannya.

"Eh? sulga … dimana? Ayo cali kaa-chan, nii-chan," ucap Yoru bersemangat tak sadar kalau pasir mulai beterbangan karena gerakan Yoru yang berdiri tiba-tiba.

Akumu yang melihat reaksi Yoru hanya menggeleng pelan, terlalu maklum dengan semua tingkah lakunya. "Kata Temali-baa-chan, Kaa-chan sudah pelgi ke sculga. Tempatnya jauh, Yolu-chan."

"Oh …" Yoru hanya menganggukkan kepalanya entah mengerti atau tidak. "Tou-chan tahu?" tanya Yoru lagi.

"Entahlah … nii-chan tidak tahu … tapi kata Temali-baachan, jangan tanyakan soal kaa-chan sama tou-chan, ya."

"Engh." Yoru mengangguk setuju pada permintaan Akumu.

"Janji?" tanya Akumu sembari menjulurkan jari kelingkingnya.

"Janji." Yoru kemudian menyambut jari kelingking Akumu dan mengaitkan jari mereka berdua. Keduanya lalu bernyanyi riang sembari menggoyang-goyangkan jari keduanya.

"Janji halus ditepati, siyapa yang ingkal janji bakal disuluh minum selibu jalum."

Flahback End

Itukah mengapa keduanya tak pernah menanyakan perihal ibu mereka kepada Gaara? Padahal mereka pasti selalu merindukannya, acap kali Gaara mendapati keduanya mengalirkan air mata saat sedang tertidur dan bergumam 'kaa-chan'. Memimpikan sosok seorang kaa-san.

Perasaan Gaara semakin sesak saat mendengarnya. Seandainya dia bisa dia akan menukarkan apa pun untuk kebahagian keduanya. Tapi mungkinkah semua itu terjadi saat kini Gaara harus terus berbohong pada keduanya. Gaara sangat berterima kasih Temari mau membuatkan kebohongan kecil pada kedua anak polos yang bahkan tak mengerti apa-apa itu. Tapi sampai kapankah semua sandiwara ini bisa bertahan. Tak mungkin Gaara mengatakan kebenarannya, Sebuah kenyataan yang hanya diketahui keluarga besarnya yang selama ini yang disimpannya selama bertahun-tahun. "Seandainya saja kau ada di sini, mungkin ini akan lebih mudah, Naruto."

Keep or Delete?

A/N: Hai, hai ada yang kangen ma author satu ini?#narsis … Minna kali ini Mizu bawa fict baru yang lumayan ringan konflik. Mencuri waktu buat ngepublish fict yang sudah lama ada di leppi. Padahal lagi sibuk buat cari kerja malah masih nyempatin buat ngetikT.T

Ada yang sadar dengan nama Oc yang Mizu pakai? Itu bukan Mizu lo, tapi Oc kepunyaan Mizu yang memang sudah lama ada cuma baru bisa muncul sekarang.

Boleh Mizu pendapatnya dengan review dikotak boru bawah Minna? Konkrit, kritik, dan saran dinantikan.

-Mizu-