NARUTO © Masashi Kishimoto
Pairing : Sasuke Uchiha and Naruto Uzumaki
Rate : T
Warning: FEM!Naruto, OOC, Typo, mungkin ide pasaran, dan kekurangan lainnya.
.
.
Don't Like, Don't Read!
.
Sasuke tahu gadis itu, tetapi tidak mengenalnya. Namanya Naruto Uzumaki, gadis aneh dengan rambut kuning keemasan. Bahkan Sasuke sempat berpikir konyol saat pertama kali melihat rambut Naruto. Sasuke menyangka jika helaian gadis itu diwarnai dengan emas sungguhan, karena akan berkilauan jika tertimpa cahaya matahari.
Sasuke tidak tertarik dengan Naruto, sungguh. Bahkan jika untuk one night stand Sasuke tidak akan menengok barang sedikitpun. Mana sudi dia berbagi liur dan keringat dengan gadis dekil nan kumal macam Naruto.
Buka matamu, Sas! Naruto tidak dekil apalagi kumal!
Ooh, level gadis Sasuke sangat tinggi. Bahkan jika yang mengangkang di bawahnya berupa cewek cabe, Sasuke jelas akan memilih dan memilah. Tenang saja, Sasuke bukan terong kok, bukan juga pemuda binal dan jalang apalagi penjahat kelamin. Dan cerita ini tidak akan pernah berakhir pada rated-M-nganu-nganu.
Sasuke hanyalah pemuda tampan dari keluarga terpandang, kaya raya, cerdas, dengan hormon remaja yang tinggi. Sasuke bukanlah pemuda yang suka mengejar, dia biasa dikejar, biasa dipuja, dan biasa mendengar para gadis memohon untuk dijamah olehnya. Sekali lagi. Tenang saja, Sasuke tidak sembarang tidur satu malam dengan gadis-gadis –ah, bahkan mereka tidak pantas disebut gadis –Sasuke akan memilih dengan ketat calon cewek beruntung yang akan merasakan belaian sesaatnya. Dan prinsip Sasuke: permen karet hanya dinikmati satu kali, setelahnya akan jadi sampah.
Kejam? Tidak! Cewek-cewek dungu itu yang terlalu bodoh karena memberikan harta mereka yang paling berharga dengan suka rela.
Kembali lagi ke Naruto. Sasuke tahu gadis itu karena dia merupakan salah satu siswi yang menjadi sasaran empuk tindak bullying di sekolahnya. Pemicunya sangat sederhana, hanya karena Naruto menolak salah seorang kakak kelas.
Bukan kakak kelas biasa, yang Naruto tolak adalah Sasori Akasuna. Salah seorang siswa populer, salah satu siswa beruntung yang memiliki orang tua berpengaruh. Memiliki fisik hampir mendekati sempurna –karena Sasuke meyakini, laki-laki paling sempurna hanyalah dirinya. Sasori juga dipuja, banyak yang mengejar, memohon untuk bisa merasakan belaiannya. Bedanya Sasori cassanova, sedangkan Sasuke tidak.
Tapi bukan sekedar itu yang membikin Naruto menjadi bahan bully-an di sekolah. Naruto dibully karena menolak Sasori di depan penghuni sekolah, saat istirahat, di kantin sekolah –saat sedang ramai-ramainya. Bukan hanya Sasori yang gondok saat penolakan itu, tetapi hampir semua fans siAkasuna. Kata mereka: cewek gak tau diuntung, sok jual mahal, dasar kadal, maunya kalau dibayar, nanti juga di belakang bakal mohon-mohon.
Bukan hanya bully-an berupa kata-kata dan cacian yang pernah Naruto dapatkan. Naruto bahkan pernah dikunci di toilet, seragamnya pernah disembunyikan, tasnya pernah dibuang, lokernya diisi sampah, dan hal kejam lainnya. Beruntung belum ada tindak kekerasan berupa fisik yang menimpa Naruto, tapi hal itupun sudah sangat kejam. Itu kata Hinata, teman sekelas Naruto.
Anehnya Naruto hanya diam saja, tidak melawan, melaporkan pada guru tidak sekalipun, mungkin karena Naruto sadar jika dirinya hanyalah murid dengan beasiswa di sekolah elit, tidak kuasa melawan murid lain yang berkantong jauuuuuuh tebal di atas dirinya.
Sasuke mendengus. Dasar gadis dekil dan bodoh.
Saat ini Sasuke dan para kroninya –Sasori, Neji, Utakata, dan beberapa pengikut mereka– sedang makan di kantin, duduk di bangku yang tidak akan pernah berani disentuh murid lain. Mereka duduk ganteng tak menghiraukan tatapan hampir semua mata yang memuja mereka (tidak jarang para cowok belok akan ngeces saat melihat mereka) kecuali Sasori, ingat, dia cassanova, sekarang saja sudah berpindah bangku, sedang gencar merayu adik kelas mereka –tidak lupa Sasori menarik paksa Sasuke dan Utakata untuk ikut dengannya. Neji tidak ikut, dia satu-satunya pemuda alim di kelompok mereka. Neji pernah berkata; dirinya akan memberikan keperjakaannya pada istriya kelak. Eaaaa.
Sasori dan Sasuke ingin muntah mendengarnya. Hanya Utakata yang terharu dan memuji temannya itu.
"Ino," Sasori memulai lagi. Di bangku itu ada Sakura dan Hinata –adik Neji. "–rambutmu sehalus sutra, sewangi bunga matahari, setebal tumpukan awan."
Sasuke memutar iris kelamnya jengah. Hinata dan Sakura nyaris ayan, hanya Utakata yang menatap kagum –pemuda tampan itu memang berbeda. Ino? Lihat tampang jijik yang dipasangnya, bahkan dia mengangkat mangkok baksonya dan segera berpindah tempat.
Sasori tidak marah, hanya sedikit kesal. Suasana jelas berbeda, bahkan jika Ino menolak dengan kejam tidak akan ada yang berani mengusiknya. Tentu, karena ketiga gadis itu memiliki orang tua yang juga berpengaruh, tidak akan ada yang berani terang-terangan mengusik atau menggunjing mereka. Beruntung?
"Senpai, berapa kali kukatakan! Aku tidak suka laki-laki bantet bertubuh cebol!"
Sakura dan Utakata dengan biadapnya menertawakan Sasori, Hinata terkikik anggun, dan Sasuke menyeringai menyebalkan.
Sasori kesal! Dia tidak bantet apalagi cebol! Sasori memang sedikit berisi, tetapi dia juga memiliki masa otot di lengan dan perut yang belum terbentuk sempurna. Sasori bahkan memiliki tinggi hampir 180cm –tepatnya 176cm, tapi Ino menyangkal dan berkata laki-laki sempurna adalah seorang pelukis berkulit pucat dari sekolah tetangga.
Sasori gondok setengah mati dan hal itu makin bertumpuk dan siap meledak saat itu juga saat Sakura dengan semangatnya melompat dari kursinya, berlari menuju gadis dekil (yang Sasori menaruh dendam sudah hampir satu bulan sejak tragedi penolakannya) dan Sakura memaksa gadis itu untuk bergabung bersama mereka.
"Duduk di sini, Naru," Sakura menekan bahu Naruto agar duduk di samping Ino, Sakura menjadi pengapit Naruto. Hinata, Sasori, Sasuke, dan Utakata duduk di bangku seberang mereka.
Naruto dengan terpaksa mengikuti Sakura yang tiba-tiba menghampirinya dan menariknya agar mau duduk di bangku gadis merah jambu itu. Awalnya Naruto menolak, tetapi melihat hampir semua bangku di kantin sudah terisi penuh dan Naruto tidak memiliki pilihan lain, akhirnya dia menyetujui paksaan Sakura.
"Lo ngapain duduk di situ, cewek dekil!" Sasori berkata sinis saat Naruto mulai meyumpit ramennya dengan cuek begitu menghempaskan bokongnya di bangku. Kegondokan Sasori bertambah berkali-kali lipat saat Naruto hanya menoleh sekilas lalu melanjutkan acara memakan ramennya. "Gak Cuma kere, ternyata lo juga budek ya!" Sasori mendelik, Naruto masih asik mengunyah.
"Sasori-senpai, lebih baik pindah deh daripada gangguin Naruto," Sakura memperingati, walau nadanya terkesan santai. "Lo ngapain coba belain cewek udik ini," Sasori menunjuk Naruto dengan ganas, Hinata dan Ino mendelik tidak suka saat mendengar hinaan yang ditunjukan pada Naruto. "Oke! Kali ini gue ngalah," Sasori berdiri dari bangkunya, tapi sebelum benar-benar meninggalkan bangkunya, Sasori dengan sengit memberi ancaman pada Naruto. "–tapi inget ya, cewek udik! Gue bakal bales lo setelah ini."
Sasuke masih duduk anteng di sana, bahkan saat Sakura dan Ino beberapa kali bertanya mengenai kediaman kakak kelasnya di bangku itu, Sasuke hanya melirik sekilas dan melanjutkan memainkan iPhone-nya, tidak menanggapi barang sedikitpun pertanyaan adik kelasnya. Sakura dan Ino menyerah, lebih memilih melanjutkan obrolan mereka mengenai sepatu branded terkenal yang akan launching beberapa puluh hari lagi.
Sebenarnya Sasuke tidak mengerti mengapa dia tidak mengikuti Sasori dan Utakata juga Neji beserta pengikutnya meninggalkan kantin beberapa menit lalu. Yang Sasuke tahu dia hanyalah pemuda tampan dan merasa perlu mendengarkan percakapan antara Hinata dan Naruto?
Kenapa?
Apa karena Sasuke tertarik pada Hinata? Euwh! Hinata memang cantik, sangat cantik, tapi jelas Sasuke tidak akan pernah mau jalan bareng gadis Hyuuga –tidak ingin mendapat ceramah sepanjang jalan tol dari Neji. Kadang Sasuke bingung, kenapa Hyuuga yang sangat alim itu bisa bergaul dengan Sasuke yang jelas-jelas brengsek dan juga tampan dan seksi dan cerdas. Sasuke masih tidak mengerti dan tidak berniat untuk mendapatkan jawaban dari ketidakmengertiannya itu.
Lalu? Apa karena Naruto? Ouh! Rasanya Sasuke bersedia menyumpal mulut kotor orang yang telah berpendapat seperti itu dengan salah satu koleksi mobil mewah Papa Fugaku. Tenang saja. Ada Mama Mikoto yang bersedia membela Sasuke jika Papa Fugaku marah besar karena Sasuke telah berani melakukan hal seperti itu, dan jangan lupakan Aniki-nya yang akan selalu menjadi tameng untuk adik tercintanya.
Jadi, untuk apa Sasuke memasang kuping dan duduk anteng dengan berpura-pura memainkan iPhone-nya? Hooo, Sasuke dengan tegas akan menjawab jika dia tidak sedang mendengarkan pembicaraan kedua adik kelasnya. Lagipula Sasuke tidak sedang memasang kuping kok, Sasuke juga tidak mengernyit saat Naruto menjawab bahwa pembullyan terhadap dirinya tidak dianggap sebagai tindak bullying, alih-alih sebagai pelampiasan setres para murid karena terlalu dungu untuk mencari tempat pelepasan yang lebih tepat.
"Ih, kamu mah gitu orangnya, polos tapi nyelekit. Ini udah hampir satu bulan loh, Nar~" Itu Hinata yang bicara? Sasuke sempat terkejut saat mendengar Hinata berbicara dengan nada yang agak ganjen? Pokoknya seperti itu. Sasuke tidak sanggup mendeskripsikan apalagi memberikan contoh.
"Udah ah. Gue kenyang, mau ke kelas dulu." Naruto bangkit, trio beda warna rambut juga ikut berdiri mengikuti Naruto, pamit kepada Sasuke yang masih berpura-pura cuek memainkan iPhone-nya. Padahal tanpa sadar Sasuke dengan intens menatap punggung Naruto yang menjauh, iris kelamnya mengikuti langkah Naruto sampai menghilang di balik pintu kantin.
Sasuke merebahkan diri di sofa ruang tengah, tubuhnya pegal semua. Setelah pelajaran selesai pukul tiga sore, Sasuke harus mengikuti latihan futsal sampai pukul enam dan baru bisa pulang ke rumah saat sudah malam. Salahkan jalanan di kotanya yang super macet di jam sibuk seperti tadi.
Sekedar informasi. Sasuke ketua ekskul futsal di sekolah dan akan bertanding di babak final tingkat kota melawan sekolah yang sudah menjadi rival sekolahnya sejak lama dalam pertandingan futsal, basket, olimpiade sains, dan lainnya.
Intinya, kedua sekolah itu merupakan rival abadi sejak lama.
"Adek baru pulang?" itu suara harpa Mama Mikoto, walaupun menginjak usia empat puluh, Mama Mikoto masih cantik dan terlihat awet muda. Beruntung Papa Fugaku yang kaku dan juga kejam mendapatkan istri sebidadari Mama Mikoto. Sasuke juga sangat sangat sangat bersyukur dilahirkan dari rahim wanita seperti Mama Mikoto. Walau Sasuke sering bertindak biadap terhadap perempuan lain bukan berarti Sasuke tidak bisa mengharagai perempuan, Sasuke bersikap seperti itu hanya pada cewek jalang yang mengangkang tidak punya harga diri di bawahnya. Tenang saja Ma, Sasuke pasti akan bertaubat jika menemukan wanita yang bisa membikin Sasuke tidak berkedip selama satu menit dan membikin jantung Sasuke deg deg ser bertalu-talu tidak tahu malu. Itu janji hidup Sasuke dalam hati.
"Adek kok melamun?" Mama Makoto berjongkok mengelus helaian legam Sasuke penuh sayang. "Adek udah makan?" Sasuke menggeleng. "Mama suapin?" Sasuke mendengus. "Aku udah gede, Ma. Nggak perlu disuapin." Mama Mikoto tertawa anggun, salah satu hal yang sangat Sasuke sukai dari wanita yang sangat dicintainya ini. "Yaudah, kamu mandi, Mama panasin makanannya dulu." Sasuke menurut, segera bangkit, meraih tasnya, dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas.
Walaupun termasuk dalam keluarga sangat kaya dengan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan tembaga, keluarga Uchiha bisa dikatakan termasuk hidup sederhana di dalam lingkup sosial mereka. Bahkan Mama Mikoto sengaja meminta pada suaminya agar membangun rumah sederhana berlantai tiga yang memiliki halaman luas untuk bercocok tanam dengan beberapa kamar pribadi dan juga kamar tamu, beserta beberapa fasilitas pribadi yang berada di bangunan belakang halaman rumah mereka. Dan lantai teratas rumah yang digunakan untuk menyimpan koleksi kendaraan pribadi Papa Fugaku dan Aniki yang hanya beberapa. Tidak berlebihan 'kan?
Berbicara soal rumah. Sasuke mendengar –tidak sengaja mendengar, jika Naruto setiap harinya menaiki kereta dan bus menuju sekolah. Rumah Naruto berada di Konoha bagian Utara –sama seperti Sasuke. Sialnya, Naruto tidak menyebutkan secara spesifik di mana letak rumahnya berada. Jika Sasuke tahu di mana letak rumah gadis dekil itu Sasuke bis-
"Anjir," Sasuke mengumpat saat terpeleset tetesan sabun cairnya, jatuh terlentang dengan bagian belakang kepala yang membentur ubin kamar mandi dengan kerasnya. "Kepala jenius gue," Sasuke berjongkok mengelus kasar kepalanya yang terasa nyeri dan sedikit membenjol. "Cewek dekil biadap!"
Oh. Sasuke! Kamu harus segera memeriksa kewarasanmu!
Sekarang hari sabtu. Weekend. Berarti liburan, seharusnya seperti itu, tapi hanya seharusnya. Kenyataannya, Sasuke harus berlatih lebih keras karena pertandingan final melawan rival sekolahnya akan berlangsung beberapa hari lagi. Terlebih lagi Sasuke adalah kapten tim. Jadi Sasuke wajib hadir walaupun merasa jika keadaan tubunya sudah setengah remuk karena beberapa hari belakangan ini Papa Fugaku dan Aniki-nya dengan kejam memaksa Sasuke untuk mengamati salah satu di antara mereka dalam mengelola perusahaan –belajar istilah mudahnya. Sasuke tidak bisa menolak karena yang meminta Mama Mikoto tercinta.
Sebenarnya tidak seperti itu –sebagaian benar. Karena pada kenyataannya kelas X dan XI di sekolahnya diwajibkan untuk mengikuti satu atau dua ekskul, dan hari untuk kegiatan ekskul di sekolah diadakan pada hari sabtu.
Sasuke mengerang kesal, menutup kasar pintu mobilnya, berjalan angkuh menuju bangunan khusus ekstrakurikuler. Bangunan sekolah Sasuke dibagi dua, bangunan utama tempat kegiatan belajar mengajar berlangsung berada di paling depan –ini wajar, dan bangunan kedua khusus ekstrakurikuler terletak di halaman samping sekolahnya, tidak terlalu jauh dari pelataran parkir murid karena pelataran parkir berada di belakang gedung utama.
Mendadak kekesalan Sasuke yang sempat mereda terasa membeludak kembali hanya karena melihat seorang gadis berhelai kuning keemasan yang tengah sibuk memutar lensa kameranya di dalam kandang berukuran raksasa yang disediakan khusus pihak sekolah untuk menampung berbagai macam burung.
Ingatkan Sasuke jika jarak mereka cukup jauh, seharusnya Sasuke tidak menyadarai keberadaan gadis itu. Kecuali Sasuke memiliki radar khusus untuk mendeteksi keberadaan gadis yang belakangan ini membuat Sasuke benar-benar kesal.
Kenapa harus kesal?
Karena saat insiden di kamar mandi, saat Sasuke memikirkan Naruto –tidak sengaja memikirkan kediaman gadis itu –Sasuke harus susah payah berdiri dengan keadaan punggung nyeri dan bagian belakang kepala yang terasa sangat sakit. Tidak sampai di situ, karena di saat Sasuke menuruni tangga menuju ruang makan, Sasuke tersandung kakinya sendiri dan jatuh terjebam dari dua anak tangga terbawah beberapa saat setelah dia mengumpati Naruto. Kesialan Sasuke belum berakhir, setelah selesai menyantap makan malam dengan ditemani Mama Mikoto, Sasuke harus menelan pil pahit mendengar usul Aniki-nya dan persetujuan dari Papa Fugaku, terlebih saat Mama Mikoto yang meminta langsung pada Sasuke agar mengiyakan perkataan Papa Fugaku dan Aniki-nya. Dan sekali lagi. Itu terjadi sesaat setelah Sasuke bersumpah akan mematahkan kedua kaki Naruto disela-sela dia mengunyah makan malamnya. Terakhir! Saat Sasuke mengendarai mobilnya menuju sekolah pagi ini, dia dibuat hampir kecelakaan karena tidak sengaja –hampir– menabrak seekor rubah (yang memang dibiarkan berkembang biak dan berkeliaran di wilayah Konoha). Dan sialnya, rubah itu juga mengingatkan Sasuke pada sosok Naruto.
Gadis itu benar-benar membuat Sasuke marah sampai ke ubun-ubun.
"Kebencian hanya akan menghasilkan penderitaan tiada henti."
Sasuke menoleh dan mendapati Neji yang berdiri di sampingnya, menatap apa yang sedang Sasuke tatap dengan segenap kekesalan yang dimilikinya.
"Maksud lo." Sasuke bertanya datar.
"Gini lo, Sas. Entar kalau kamu terlalu membenci, kamu bisa nyesel karena benci dan cinta itu setipis –apa ya yang paling tipis di dunia? –ya pokoknya itu. Kalau kamu terlalu membenci, terus orang yang kamu benci tahu, terus kamu jatuh cinta sama orang yang kamu benci, entar kamu merasa bodoh karena mencintai apa yang pernah kamu benci, dan bisa jadi kamu gengsi mengungkapkan perasaan cintamu pada orang yang pernah kamu benci. Dan berakhir dengan kamu menderita tiada henti."
Sasuke mengernyit. Sasuke tahu jika Neji sosok yang sangat pendiam melebihi dirinya. Sasuke juga tahu jika dia dan Neji bisa bersaing ketat dalam hal kecerdasan. Bahkan Sasuke sedikit mengaggumi gaya hidup Neji yang bisa dibilang 'sehat', tetapi sungguh, Sasuke tidak tahu jika Neji memiliki sisi menyebalkan yang bahkan pembicaraannya ngawur dan tidak bisa dimengerti.
"Gue gak ngerti omongan gak penting lo."
Neji hanya menepuk bahu Sasuke dan meinggalkan bungsu Uchiha itu dalam kebingungan dan perasaan dongkol.
