# Perasaan apa ini ?#
Disclaimer: Naruto tetep milik Kishimoto Masashi
Pairing: Tetep SasuHina
Disini aku buat dalam sudut pandang Sasuke, jadi tidak ada pov-pov lain selain sasuke.
.
.
.
Perkenalkan, saya Uchiha sasuke, umur saya 26 tahun, saya kaya ? itu jelas, pewaris Uchiha corp (perusahaan di bidang perhotelan dan mall) dan pengelolah salah satu mall terbesar di Konoha, apa cukup kaya ?. Tampang saya tak usah di ragukan lagi, bisa dibilang tampan, tapi aku lebih suka dibilang sempurna. Ada yang menyamai kesempurnaan wajahku ini, dan aku tidak memungkirinya, dia adalah cermin saat aku didepannya (Oke bilang saja aku narsis).
Untuk wanita ?, sebaiknya jangan tanya, soalnya aku dengan mudah mendapatkan siapapun yang ku inginkan, tinggal tunjuk aku langsung dapatkan dia. Tapi soal hati, belum ada satu pun wanita yang meraihnya. Oke kita akhiri saja perkenalan ini dan kita mulai saja menuju kekehidupanku yang akan berubah secara derastis dikarenakan seorang gadis.
Seperti biasa setiap pagi setelah berpakaian rapi, aku meninggalkan kamarku dan menuju lantai satu untuk sarapan pagi. Aku berjalan menuruni tangga dan menuju ruang makan. Disana aku melihat ayahku sedang duduk dikursi yang terletak dipusat meja makan dan sedang membaca koran pagi ini. Disisi kirinya aku melihat kakakku yang sedang mengotak atik leptopnya. Sedang ibuku sekarang berada didapur untuk menyelesaikan masakannya.
Aku kemudian berjalan menuju kursi yang berada di sebelah kiri kakakku.
"Selamat pagi" ucapku saat mendekati meja makan.
"Hm" gumam ayahku tanpa mengubah pandangannya pada koran yang sedang dibacanya.
"Pagi" ucap kakakku yang pandangannya sama saja seperti ayahku, masih tertuju pada obyek yang menarik baginya.
Aku langsung menuju kursiku, menariknya kebelakang dan mendudukinya.
"Bagaimana pekerjaanmu ?" tanya ayahku yang masih terpaku pada korannya.
"Baik" jawabku singkat
"Pemasukan ?" tannyanya lagi.
"Meningkat setiap bulannya" jawabku datar.
"Bagaimana dengan Hotelmu Itachi" tanya ayah pada kakaku
"Lancar seperti biasa" jawab Itachi yang akhirnya mengalihkan pandangannya pada laptop tercintanya.
"Kalian ini jangan membicarakan pekerjaan di meja makan" tegur ibuku yang datang sambil membawa makan pagi, dibantu dengan para maid. Setelah semuanya tersaji, ibu duduk di samping kanan ayahku dan mulai menuangkan nasi pada piring ayah, disusul ke piring Itachi dan Aku.
"Makanlah yang banyak" ucap ibuku yang menambahkan porsi nasi ke piringku.
"Ibu ini kebanyakkan" ucapku protes.
"Lihat dirimu kurus sekali" ucap ibuku sambil melihat badanku.
"Ibu ini tubuh ideal seorang pria" ucapku yang masih protes.
"Cepat habiskan" perintah ibuku.
"Tapi..."
"Sasuke" kata ayahku tegas.
Aku hanya bisa mengela nafas dan memakan makananku, sedang ibuku tersenyum merayakan kemenagannya, lalu saat aku menoleh ke kakakku, dia hanya menganguk-ngangguk tak jelas. 'Apa maksud anak ini, dasar'
.
.
.
.
Setelah acara makan pagi selesai, aku menuju garasi untuk mengambil mobilku. Di dalam garasi aku langsung menuju mobil ferari putih milliku, sedang di sebelahnya ada mobil yang sama miripnya dengan punyaku, sayang warnanya merah menyala. punya Itachi. Setiap aku melihat mobil itu, aku menjadi emosi sendiri, pasalnya di dunia ini, mobil itu hanya ada 5, eh saat aku pulang dengan mobil putih ini(cara mendapatkannya saja aku harus bersaing dengan anak pemilik perusahaan pasir), mobil merah sialan itu sudah ada digarasiku. Mengingat kejadian itu membuatku marah saja, apa lagi saat aku tanya dapat dari mana mobil itu, dia dengan entengnya menjawab dapat hadiah dari teman, SIALAN !.
Setelah kilas balik itu, aku memasuki mobilku dan memacunya dengan kecepatan normal, melintasi jalannan kota menuju mall milikku.
CHIT...
Suara mobilku yang berhenti saat aku memarkirkan mobilku ditempat parkir. Di sini aku memarkirkan mobilku didepan plang bertuliskan presdir.
Aku keluar dari mobil dan berjalan menuju lobi mall.
"Slamat pagi presdir" ucap para karyawan yang menyambutku dengan gaya seperti menyambut Yakuza, berbaris di kedua sisi dan membungkukkan badannya.
Selama diperjalanan aku ditemani oleh sekertarisku yang berada dibelakangku sejak aku memasuki mall ini.
"Apa agendaku hari ini kiba ? tanyaku pada sekertarisku disela aku berjalan.
"Hari ini anda akan ada rapat untuk menentukan tema musim panas kali ini" jawab kiba disampingku sambil membuka buku agendanya.
"Apa aku harus hadir ?" tanyaku saat aku berada di depan lift.
"Tentu saja, pendapat anda sangat di perlukan" jawab Kiba
Ting
Suara lift saat terbuka, dan aku langsung masuk kedalamnya.
"Setelah itu apa lagi"
"Anda harus menyelesaikan berkas-berkas satu minggu kedepan" ucap kiba yang pandangannya masih tertuju pada agendanya.
"Seperti biasa" ucapku datar (di sini aku hanya masuk bekerja satu minggu sekali, tugas-tugas di mall lain juga dioperkan ke tempat ini untuk aku periksa).
Ting
Pintu lift terbuka saat sudah menunjuk keangka 11, aku berjalan keluar diikuti Kiba untuk menuju ruanganku.
Aku berjalan menuju pintu ruanganku, membukanya, berjalan kekursiku dan mengerjakan semua tugas-tugas yang sudah ditumpuk bagaikan gunung didepanku.
.
.
.
.
.
"Ini yang terakhir" ucapku meletakkan salah satu berkas ke tumpukkan berkas yang telah aku selesaikan terlebih dahulu.
Aku langsung melihat jam tangan di tangan kananku, jarum pendek menunjuk angka 6 dan jarum panjang menunjuk kearah 3.
'Sudah hampir larut' Aku langsung keluar dan menemui Kiba yang sedang duduk di tempat kerjanya.
"Presdir ada apa ?" tanya kiba.
"Aku sudah menyelesaikan semuanya, hari ini aku pulang dulu" ucapku yang langsung meninggalkan Kiba di sana.
Aku berjalan menuju lift yang tadi aku naikki, menekan tombol bawah dan mulai menunggu.
Ting
Suara bunyi lift yang terbuka menandakan aku untuk masuk.
Aku masuk kedalam dan menekan tombol 1 menandakan lantai satu.
Menunggu menunggu menunggu
Ting
Pintu lift pun terbuka, aku langsung keluar menuju ke mobilku.
Belok kanan, belok kiri, tancap gas itulah kegiatanku saat ini, mengemudi.
Setelah beberapa menit mengemudi, akupun merasakkan perutku keroncongan, aku langsung melambatkan mobilku dan mencari cafe atau apapun yang menjual makanan berkelas.
Binggo, aku menemukan cafe yang sepertinya menjual makanan. Aku memarkirkan mobilku dan turun dari sana.
Aku melihat kesekelilingku, disini sepertinya kawasan yang cukup ramai, karena aku melihat memang banyak orang yang berjalan di trotoar. Disini juga berjejer toko-toko yang menjajakan barang-barang dagangannya seperti asesoris, baju, sendal sepatu, dan sebagainya.
Tapi aku tidak butuh barang-barang itu, yang kubutuhkan sekarang adalah makan, jadi aku menuju kesebuah cafe yang bertuliskan cafe cute.
'Apa-apaan nama itu' kuputuskan masuk ke dalam.
Disini aku melihat dekorasi yang seperti biasa yang ada di cafe-cafe lainnya.
'Apanya yang cute' aku langsung berjalan menuju tempat yang kosong di dekat jendela. Aku langsung membuka menu yang ada disana. Tidak enak tidak enak tidak enak, lalu aku putuskan memesan satu-satunya makanan yang ku pikir lumayan.
"Permisi" ucapku sambil mengangkat tanganku. Aku langsung melihat seorang pelayan mendatangiku.
Gadis berambut pink dan berpakaian layaknya maid berwarna putih dilengannya dan sisanya hitam, ditambah renda-renda putih dipinggir roknya.
"Mau pesan apa ?" ucapnya dengan nada menggoda yang dibuat-buat.
"Sandwich" ucapku datar.
"Minumnya ?" tanyanya dengan nada sama.
"Jus tomat" ucapku dengan nada sama juga.
Pelayan itupun pergi meninggalkanku setelah mencatat pesananku.
Disini menurutku cukup ramai, tapi kebanyakan adalah sepasang kekasih.
Meski yang wanita sudah memiliki kekasih disampingnya, tapi aku merasakkan kalau aku sedang ditatap mereka, 'Dasar tak setia'.
Aku melihat pelayan tadi datang kemari dengan membawa nampan yang isinya adalah pesananku tadi.
"Silahkan tuan" ucapnya dengan suara anehnya.
Aku tidak memperdulikannya dan mulai meminum jus tomatku dengan sedotan, mengambil sandwichku dan juga rasannya.
PRANG
Aku mendengar suara barang-barang pecah belah terjatuh, aku langsung memiringkan tubuhku untuk melihat apa yang terjadi. Kemudian pandanganku tertuju pada sosok gadis pelayan yang sedang berjongkok untuk membersihkan piring-piring yang di jatuhkannya.
"Maaf, maaf" ucapnya kepada para pengunjung yang ada disini.
Saat melewatiku pun dia mengucap maaf.
Setelah menghabiskan makananku, akupun langsung mengambil tisyu yang berada di depanku untuk mengelap mulut dan tanganku.
Dert dert dert
Getar ponsel di saku celanaku menggangguku, akupun langsung mengambilnya dan membaca isi smsnya. Dari Itachi "Mau apa dia"
'Yo Sasuke, ayokita makan malam'
Akupun langsung membalas sms itu.
'Aku sudah makan, kau saja sendiri' lalu aku memasukannya kedalam sakuku.
Saat aku menunduk untuk memasukan ponselku ke dalam celana, tiba-tiba saja aku terkaget saat melihat sedikit darah menempel di lantai.
"Darah ?" pikirku bingung.
"Apa gadis tadi ?" tanyaku ragu.
Ah tidak penting, akupun langsung pergi kekasir untuk membayar.
"Berapa ?" tanyaku datar
"Semuanya 2000 yen" ucap kasir wanita itu yang memiliki pandangan centil.
"Hn" ucapku datar yang langsung membuka dompet dan menaruh uang 10000 yen.
Kasir itu mengambil uang itu dan mencoba memberi kembalian, tapi...Lama 1, lama 2, lama 3. Aku yang tak sabar akhirnya angkat bicara.
"Apa masih lama ?" tanyaku taksabar.
"Maaf, sepertinya tidak ada uang kembalian, aku akan mengambil uang di dalam dulu" ucapnya sambil membungkuk dan meninggalkanku.
Lama aku menungu tapi belum juga kasir wanita itu muncul, dan akhirnya aku putuskan untuk masuk kedalam ruangan khusus pegawai itu.
"Oei siapapun namamu kau boleh menyimpan kembaliannya" teriakku ke penjuru ruangan, tapi hasilnya nihil.
Aku berjalan dilorong tempat itu, disana ada beberapa pintu yang membuatku ingin membukanya.
"Halo ada orang" ucapku saat membuka salah satu pintu.
Kulihat disini terdapat beberapa loker ganti.
Melihat ini loker ganti, maka aku langsung berrencana untuk meninggalkan tempat ini.
Tapi aku mendengar suara rintihan seorang wanita.
"Ih" seperti itulah yang ku dengar.
Aku langsung mencari sumber suara. Aku melihat satu loker yang terbuka penuh menunjukkan isi didalamnya.
Aku melihat foto ditempel di pintu dalamnya, dan barang-barang tak berguna lainnnya.
Kulihat kesekeliling loker itu dan aku mendapati setetes darah ada di bagian bawah loker itu.
"Ih"
Aku mendengar suara itu lagi, kuputuskan aku untuk berjalan lagi mencari asal suara itu.
Setelah mencapai ujung loker, aku membelokkan badanku untuk menuju bagian belakang loker-loker itu.
Tepat dugaan ku, aku melihat seorang gadis sedang menahan sakit sambil menekan luka di telapak tangannya dengan selembar kain.
Aku langsung mendekati gadis itu dan mulai bersuara.
"Kau kenapa ?" tanyaku pada gadis itu yang sedang terduduk.
Dia yang melihatku langsung berdiri dan menyembunyikan tangan kirinya yang terluka.
"M-maaf anda siapa d-dan mau apa a-anda kesini ?" tanyanya yang menunduk saat dia bicara.
Aku tidak memperdulikan pertanyaan itu dan langsung meraih tangan kirinya yang disembunyikan dibelakang tubuhnya.
"Lihat kau terluka" ucapku pada gadis itu.
"B-bukan urusanmu" ucapnya sambil menarik tangannya.
"Kau ini" ucapku kesal yang langsung menariknya keluar.
"Hei kau mau apa ?" protesnya saat aku menariknya keluar.
"Aku mau membawamu ke rumah sakit" ucapku saat sudah mencapai ruangan cafe itu.
"Tuan kau mau membawanya kemana ?" tanya kasir tadi saat melihatku membawa salah satu pelayannya.
Pengunjung disana pun memperhatikanku dengan tampang penasaran.
Aku tidak memperdulikan tatapan dan pertanyaan itu dan langsung keluar dari tempat itu.
"L-lepaskan aku" perintahnya saat kami sudah ada diluar cafe.
Akupun sudah tak bisa mempertahankannya dan melepaskan tangannya karena dia meronta terus.
"Kau ini" kataku saat melepas tangannya.
"Kau ini siapa, aku bahkan tidak mengenalmu" ucapnya tegas dihadapanku.
"Kita memang tidak saling kenal, tapi aku tidak bisa melihat seorang gadis terluka dihadapanku dan aku membiarkannya" ucapku sambil meraih tangan kanannya lagi.
"Ayo ke rumah sakit" ucapku sambil menariknya masuk kemobilku.
Aku langsung memacu mobilku menuju rumah sakit yang sering kukunjungi jika aku sakit.
.
.
.
Sesampainya disana, aku langsung membuka pintu mobilku dan menuju sisi pintu satunya untuk membukakan pintu satunya untuknya.
"Turunlah" ucapku saat membuka pintu mobil.
Dia tidak menjawab dan langsung turun dari mobilku.
Aku langsung berjalan terlebih dahulu membiarkannya dibelakang. Tapi saat aku menoleh kebelakang, dia masih diam saja di sana.
'Dasar gadis ini' akupun langsung kembali menghampiri dirinya yang masih berdiri disamping mobilku.
"Hei kau ini" ucapku yang sudah ada di depannya.
Aku langsung menarik tangan kanannya menuju lobi rumah sakit.
"Apa dokter Tsunade ada ditempatnya ?" tanyaku pada resepsionis yang ada di depan lobi rumah sakit.
Resepsionis itu pun mengecek daftar hadir di buku resepsionisnya.
"Iya tuan, dokter Tsunade ada di tempatnya" ucap resepsionis itu.
"Hn" Ucapku meninggalkan resepsionis itu sambil menggandeng gadis itu disebelahku.
"Kenapa kau sembunyi saat terluka seperti ini ?" tanyaku saat berjalan menuju ruangan dokter Tsunade.
"I-itu karena jika aku ketahuan terluka, a-aku akan diberhentikan karena cafe mengeluarkan biaya tambahan seperti pengobatan"
"Hah, cuma rugi sedikit saja kau diberhentikan" ucapku tak percaya.
"I-itu karena aku disana hanya bekerja paruh waktu" jelas gadis itu.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami sampai di depan ruangan dokter Tsunade.
Cklek
Aku langsung membuka ruangan itu dan masuk kedalamnya.
Seorang wanita berambut pirang dengan baju dokternya sedang duduk menghadap ke mejanya.
"Oh kau Sasuke, sedang apa" tanya dokter itu.
"Ini aku membawa pasien untukmu" Ucapku mendekati dokter Tsunade itu.
"Baiklah" Tsunade pun langsung menyuruh gadis itu duduk di ranjang pasien dan memeriksa telapak tangan kirinya yang terluka.
"Ini cukup dalam, terkena apa ini ?" ucap Tsunade sambil mengobati lukanya.
"I-itu saat aku terjatuh dengan piring, pecahannya terlindas telapak tanganku" ucap gadis itu.
"Bersiaplah aku akan menjahitnya" ucap Tsunade disaat memegang jarum jahitnya.
Aku yang melihatnya mulai memalingkan wajahku kesamping untuk menghindari menatap gadis itu yang kesakitan.
.
.
.
"Baik sudah selesai" Aku mendengar suara Tsunade menandakan pekerjaannya selesai.
Ku palingkan wajahku kegadis itu dan mendapati telapak tangannya sudah diperban dengan rapi.
"Ayo pergi" ucapku menarik tangan kanan gadis itu. Gadis itu pun berdiri "Terima kasih" ucapnya sambil membungkukkan badannya pada Tsunade.
Tsunade hanya membalas dengan senyuman.
Aku langsung menariknya menuju pintu keluar.
.
.
.
"Hei kau mau kemana" ucapku yang melihatnya menjauhiku saat keluar dari rumah sakit.
Aku langsung berlari menuju arahnya dan meraih tangannya.
"Hei kau ini" ucapku saat membalikkan badannya.
"Mobilku ada disana" lanjutku.
"Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri" ucapnya menolak.
"Kau ini" aku langsung menarik tangannya menuju mobilku.
"Lepaskan aku, aku tidak perlu kau antar" ucapnya meronta.
"Diamlah, seperti aku mau mengapa-apakanmu saja" ucapku membentaknya sedikit.
"Masuk" perintahku saat membikakan pintu mobil untuknya.
Dia pun akhirnya menyerah dan memutuskan untuk masuk.
Aku lansung memasuki mobilku dan memacunya.
.
.
"Dimana rumahmu ?" tanyaku saat sedang menyetir.
"Lurus saja dulu, nanti aku tunjuk arah berikutnya" ucapnya yang masih memandangi jendela mobilku.
.
.
Meski selama diperjalanan aku tidak bersuara dan hanya mendengar petunjuk jalan darinya, akhirnya kami sampai di depan apartemant kumuh yang sepertinya tidak layak untuk ditinggali (menurutku).
"Disini ?" tanyaku pada gadis disebelahku.
Dia tidak menjawab pertanyaanku tapi langsung keluar dari mobilku.
"Gadis ini memang..." ucapku geram.
Aku memandangnya berjalan menuju apartemantnya. Tiba-tiba dia berbalik kearahku dan membungkuk sebentar lalu masuk ke apartemannya.
Setelah melihat hal itu, aku langsung meninggalkan tempat itu menuju rumahku.
.
.
.
Sesampainya dirumah, aku langsung memarkirkan mobilku ke garasi. Disana aku melihat mobil kakakku sudah ada disana, menandakan kalau dia sudah pulang duluan.
Tidak butuh waktu lama aku sampai didepan pintu rumahku. Aku langsung membuka pintu rumah dan mengucap salam "Aku pulang" ucapku membahana di dalam rumah.
"Selamat datang Sasuke" ucap ibuku yang mendatangiku.
"Hn" ucapku singkat.
"Kau sudah makan ?" ucap ibuku yang sudah menghampiriku.
"Sudah bu" jawab ibuku smbil berjalan meninggalkan ibuku.
Ibuku dengan cepat langsung menarik tanganku menuju ruang makan.
"Ayo kita makan dulu, lihat dirimu kurus sekali" ucap ibuku.
"Ibu ini tubuh ideal" ucapku memberontak.
"Lihat saja pipimu itu, tidak se imut dulu" ucap ibuku yang sudah berhasil menarikku ke ruang makan.
"bu aku ini sudah 26 tahun bukan anak 5 tahun, mana mungkin pipiku ini imut seperti dulu" ucapku tak terima.
"Sasuke jahat" ucap ibuku yang kemudian memalingkan wajahnya karena ngambek.
Aku hanya bisa memijit pelipisku karena menghadapinya.
"Oke-oke aku makan" ucapku langsung mendudukkan diri dikursi meja makan.
Ibuku yang mendengar
itu langsung tersenyum dan mengambilkan aku makanan yang porsinya bikin merinding.
"Aku makan" ucapku saat menyendok makananku, sedang ibuku berada di depanku menopangkan dagunya ketangannya dan tersenyum melihatku.
.
.
.
.
Setelah meninggalkan ruang makan itu, aku langsung menaiki tangga menuju kamarku.
Saat aku melewati kamar Kakakku, aku putuskan untuk masuk kedalam.
"Aku masuk" ucapku saat memasuki kamarnya.
Aku melihat dia sedang terpaku pada laptopnya di meja kerjanya yang berada di samping ranjangnya.
"Mau apa ?" tanyanya padaku tanpa menoleh.
"Tidak ada" ucapku yang langsung berjalan kearah ranjangnya dan menidurkan tubuhku.
"Apa ada hal yang menarik ?" tanya Itachi lagi.
"Mungkin" ucapku singkat.
"Apa ?" tanyanya lagi.
"Kau pernah menemui seorang gadis yang sulit sekali kau kendalikan ?" tanyaku balik.
"Tidak, semua gadis akan bertekuk lutut padaku saat dia melihat wajahku atau kekayaanku" jawabnya datar.
"Sama juga denganku, tapi ada satu gadis yang bahkan melihat wajahku saja tidak tertarik" ucapku sambil melihat langit-langit kamar.
"Emang siapa dia ?" tanya Itachi yang mulai tertarik akan pembicaraan ini.
Aku melihat Itachi sedang menatapku dengan tatapan penuh tanya.
"Aku bahkan tidak tau namanya" ucapku sambil berdiri meninggalkan Itachi dikamarnya sendiri.
.
.
.
.
END of chapter 1
Yo ini dia fic baruku, meskipun fic yang dulu belum habis, tapi aku mau buat fic lain.
Tenang saja untuk Fic yang satunya masih aku kerjain kok, aku usahain langsung publis dua sekaligus.
Untuk fic ini tolong reviewnya...!
