Ciaattt!!!!!! –kedatangan super heboh-
Akhirnya Kazuka bisa juga bikin yang multichap!!! MultiChap pertama kazu......
Senangnyaaaa!!!!!!!! –dikemplang krn super ribut-
Silahkan baca..... ^^............ –speechless, bingung apalagi yang mau diomongin
Disclaimer :: Bleach © Tite Kubo
Author's note : Kalo ada yang ngerasa sama intinya........... Terserah aja, tapi ini emang ide ASLI saya...... ^^
****Love for Against Tears****
Chapter I
Angin malam mulai meresap di kulit anak-anak, atau tepatnya para remaja yang sedang duduk di depan kemah mereka. Dan keadaan ini mesti membuat mereka menyalakan api untuk mengembalikan suhu tubuh mereka ke dalam batas normal. Ada yang merapatkan diri dengan yang berada disampingnya. Ada yang menggosokkan kedua tangannya, memberikan efek hangat sebagai pengganti dingin yang menelisik sampai ke tulang ini.
Hinamori menghela nafas, panjang, diikuti desahan yang sangat menggambarkan kekesalan, atau tepatnya mungkin rasa irinya pada sepasang sahabatnya dihadapan dirinya dan Hitsugaya.
Hinamori mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Hitsugaya yang dingin. Menautkan jemarinya dengan lembut.
Hitsugaya tetap dengan ekspresi dinginnya. Pandangannya yang lurus dan kosong tetap tak bisa dialihkan kepada Hinamori disampingnya, yang hanya memelihara keheningan dimulutnya.
Tapi sejurus kemudian, Hitsugaya menepiskan genggaman lembut Hinamori. Hinamori hanya tersentak bingung. Tapi hanya menuruti saja, dan kembali diam. Ia merasakan aura yang berbeda sejak minggu lalu dari Hitsugaya, apabila berada didekatnya. Entah apa yang terjadi, dia juga tidak mengerti, mengajukan pertanyaan pun hanya akan dijawab dengan diam dan sikap dingin yang makin bertambah. Sekarang orang ini lebih banyak mengatupkan mulutnya daripada bicara. Meskipun itu memang kebiasaannya untuk tidak mau membuang-buang suaranya untuk sesuatu yang tidak perlu, tapi Hinamori sadar ada sesuatu yang memang disembunyikannya.
Hinamori menatap pada dua sahabatnya, sepasang kekasih yang membuatnya iri.
Rukia yang memejamkan mata, bersandar pada bahu Ichigo. Bibirnya tampak mengukir sebingkai senyum kecil. Pejaman matanya begitu damai, tenang, dan menikmati setiap bulir kasih sayang yang mengalir lewat jemari Ichigo yang menyentuh lembut setiap helaian rambut hitamnya.
Hinamori menghela nafas lagi. Kemudian berdiri dan beranjak menuju kemah, yang ditempatinya berempat, yaitu dirinya, Rukia, Orihime, dan Tatsuki.
"Momo, kemana?" tanya Hitsugaya yang menyadari sosok Hinamori telah menjauh dari tempat duduk semula.
"Mau tidur. Capek." jawabnya pelan, sembari membuka mulutnya lebar-lebar, mencari oksigen yang cukup untuk otaknya yang sudah kelelahan.
Hitsugaya berpaling lagi.
"Selamat tidur." katanya datar, tanpa mempedulikan tatapan Hinamori.
"Ya, Shiro...." jawab Hinamori pelan, kemudian masuk ke dalam kemahnya.
Disitu, Hinamori merebahkan dirinya. Menaruh kepalanya dalam posisi berbaring ini diatas satu lengannya. Kemudian tanpa sengaja, mata hazel beningnya terarah ke jari manis kanannya yang lentik. Dia sadar, sebentar lagi akan ada selingkar cincin yang menaut manis disitu. Mungkin tidak sampai seminggu lagi, acara pertunangannya dengan Hitsugaya akan dilaksanakan, tepat dua minggu setelah kelulusan SMA mereka. Dan sekarang, mereka berdelapan sedang merayakan kelulusan bersama di daerah pegunungan ini, berkemah yang sudah memasuki malam ketiga. Besok mereka akan kembali ke rumah masing-masing.
Sudahlah, pikir Hinamori. Ia jadi keterusan memikirkan perubahan sikap Hitsugaya, yang terjadi di hari-hari menjelang pertunangan mereka. Matanya yang tertutup mulai melarutkan Hinamori dalam sebuah pertunjukan mimpi.
Hinamori menatap riak air yang memantul pelan pada tepian kolam kecil dihadapannya. Beberapa bunga di pohon yang menegak disekelilingnya mulai menampakkan efek musim semi.
Pertanyaan-pertanyaan itu belum habis dipikirkannya. Pertanyaan akan perubahan sikap calon tunangannya masih berputar ratusan kali diotaknya untuk mencari secercah jawaban yang bisa memuaskan.
Bagaimana kalau ternyata Hitsugaya tidak lagi menyukainya? Atau bosan? Mengingat mereka sudah hidup di rumah yang sama dalam waktu kurang lebih 11 tahun? Bagaimana kalau acara pertunangan itu dibatalkan? Padahal Hinamori sudah tidak sabar untuk mengenakan cincin pertunangan dijari manisnya.
"Argghh!!!" katanya marah. Pelan, tapi menggambarkan kekhawatiran.
"Hinamori-chan, ayo kita pulang!!!" suara Orihime sampai ke telinga Hinamori dari kejauhan, tampak oleh Hinamori Orihime sedang berdiri disamping mobil mereka, dan tampaknya hanya Hinamori sendiri yang tertinggal.
"Ya!!" Hinamori berdiri, mengibaskan celana jeans-nya yang kotor oleh rumput dan berlari ke arah mobil, memasukinya, dan duduk tepat disamping Hitsugaya.
Sepanjang jalan, mereka berdua cuma tenggelam dalam diam. Hitsugaya tak peduli, matanya tak lepas melihat ke arah luar mobil yang melaju. Hinamori menunduk. Sementara yang lain, seperti Ishida yang kena giliran mengemudi, bercanda dengan Orihime. Tatsuki yang berada disamping Hinamori, tampak mengobrol asyik dengan Renji yang ada dibelakang. Dan Ichigo bersama Rukia tak lepas saling menggenggam tangan.
"Kita ini kekasih apa bukan?" ingin sekali Hinamori menumpahkan kata-kata itu ke telinga Hitsugaya. Mengungkap arti dibalik semua perubahan sikapnya.
Hinamori tahu, Hitsugaya adalah orang yang dingin dan tak suka bicara berlebihan, tapi selama empat tahun mereka menjadi sepasang kekasih, baru kali ini Hitsugaya sedingin ini, bahkan pada kekasihnya sendiri.
Dering ponsel di saku celana Hitsugaya, mengejutkan Hinamori yang tengah melamun memandang si rambut salju ini. Mata Hinamori mengerling tajam, melirik ke layar ponsel itu, sekedar memuaskan rasa penasarannya akan siapa yang menghubungi.
Sekilas Hinamori melihat mata teal Hitsugaya yang membulat, memandang nama yang berhasil Hinamori lihat di layarnya. Aizen-san. Ekspresi benci terukir di wajahnya, kemudian mengangkat teleponnya.
"Ya, ada apa Aizen-san?"
Hinamori cuma mengisyaratkan teman-temannya untuk sedikit memelankan suara mereka, supaya tidak mengganggu pembicaraan.
"Baiklah. Besok Aizen-san sudah bisa bekerja. Datanglah jam sembilan ke ruanganku. Ada yang ingin kubicarakan." kata Hitsugaya sambil menutup teleponnya.
"Siapa, Shiro?"
"Aizen-san." jawabnya singkat.
"Siapa dia?"
"Pamanku. Ah, bukan, dia bukan paman yang baik. Aku tidak perlu bersikap sopan padanya."
Dahi Hinamori sedikit mengerut. Tidak mengerti apa maksudnya.
"Sudahlah. Ceritanya panjang. Nanti saja kuceritakan. Oh, iya, sekarang tanggal berapa?" Hitsugaya menoleh kebelakang, bertanya pada Renji.
Renji melirik jam tangannya.
"Tanggal 9." jawabnya tanpa menoleh pada si penanya, dan melanjutkan pembicarannya bersama Tatsuki, yang nampaknya sangat serius.
"Berarti tinggal empat hari lagi. Kau sudah menyiapkan semuanya untuk hari itu, Momo?"
Momo baru ingat. Acara pertunangan mereka tinggal empat hari lagi. Persiapan belum ada dilakukannya, mengingat beberapa hari ini dia sibuk mengurus kekhawatirannya akan pembatalan acara itu. Yah, karena dia pikir acara itu akan dibatalkan, karena Hitsugaya seperti mendingin padanya.
"Oh, memang jadi dilaksanakan ya?"
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Sudah pasti jadi kan?"
"Kupikir tidak. Soalnya, kukira Shiro akan membatalkannya...."
"Buat apa aku membatalkannya? Tidak ada alasan untuk melakukannya, Momo."
"Habisnya, Shiro akhir-akhir ini... Ah, sudahlah, jangan dipikirkan." Hinamori menggelayut merebahkan kepalanya dibahu Hitsugaya.
Hitsugaya cuma tersenyum kecil ke arahnya. Memandang dalam penuh arti, merasuk ke dalam bola kecoklatan yang mewarnai mata bening Hinamori. Hinamori cuma membalas tatapan itu dengan derai tawa senang.
To Be Continued
Itulah tadi chapter 1-nya....
bagaimana?
gaje gak? Kalo gaje, biar ndak usak diterusin aja..... hahaha.....
Owya, Kazuka mau bilang makasih ma Cho-senpai, yang udah ngasi koreksi ke fic saia yg sebelumnya. Udah Kazu perbaikin kok..... makasih, ya.....
Juga krn ngeliat fic punya senpai, saia ikut-ikutan belajar pake gaya bahasa, walau gak sebagus punya senpai..... jadi saia belajar dari senpai....*maaf nih senpai, saya jadi ikut-ikutan, gpp kan? Makasih nih... ^^*
truz nama Hitsugaya saia bikin panggilannya Shiro, biar beda aja, soalnya bingung.... mau pake Hitsugaya tapi udah tinggal lama, kan harusnya lebih akrab begitu...
kazuka bingungnya disana, kalo ada yang ada ngasih saran tentang nama panggilan Shiro-chan,, kasi tau saia yahhh....!
So, balik ke niatan asal, yaitu :: REVIEW-nya, ya !!! –puppy eyes-
