Haikyuu © Haruichi Furudate. No profit gained from this fanwork. #MakkiMarvelousDay.


TELINGA


"Issei, bolehkah aku menggigit telingamu?"

Pertanyaan itu terdengar seperti rayuan kekasih yang mengajak bergumul ria di atas ranjang; lengkap dengan segenap desah dan keringat. Tetapi bukan itu yang diinginkan Takahiro, terlebih dengan sepasang mata menyala-nyala seperti kobaran api yang melahap habis akal itu. Dia memang menginginkan sebuah telinga untuk digigit.

Issei tidak menjawab, tidak pula mengangguk mengiyakan. Issei diam saja. Berdiri mematung di ambang pintu, memandangi Takahiro yang sudah bermandikan—apa yang merah-merah itu? Agak ngeri kalau menyebutnya darah. Karena baunya tidak amis. Baunya manis. Takahiro, di atas ranjang, duduk dengan kedua tangan terlentang, meminta pelukan selamat datang. Issei masih mematung sampai ada sosok lain di belakang tubuhnya. Menggerayangi. Menelanjangi. Menelan buah zakarnya. Itu masih Takahiro. Ada berapa Takahiro di dalam rumah ini?

"Dia mendapatkan penismu, setidaknya biarkan aku mendapatkan telingamu."

Muka Issei sudah memerah.

"Aku tidak bisa berjalan."

Matanya terpejam rapat-rapat. Merasakan sensasi.

"Kau lihat kakiku. Aku menggigitnya."

Napas memburu.

"Aku menggigit kakiku sampai habis."

"A-ah."

"Sekarang, biarkan aku menggigit telingamu."

Issei keluar.

Issei melihat kupu-kupu memakan kupu-kupu, lalu kupu-kupu hinggap di bibir Takahiro. Takahiro memakannya. Sensasi semacam ini—apa namanya? Liar. Banal. Sulit didefinisikan, tapi begitulah kira-kira; liar dan banal.

"Sampai habis."

Jadi, dia benar-benar akan menggigit telingaku sampai habis seperti yang dia lakukan pada kakinya sendiri?

Issei agak linglung setelah ejakulasi. Tapi dia tidak keberatan bermandikan yang merah-merah itu.[]


11:44 pm – January 22, 2019