AJARI AKU MATEMATIKA

.

.

"Kau ini. Apa saja kerjaanmu selama ini, hah? Bahkan soal segampang ini pun kau tak bisa!" bentakan dari sang guru menggelegar ke seluruh penjuru kelas membuat semua murid di kelas itu terdiam takut. Memandang ke arah anak yang menjadi sasaran kekesalan sang guru dengan perasaan iba.

"M-maaf," murid itu berujar takut sambil menunduk dalam, tak berani memandang wajah murka sang guru yang ia yakin pasti akan sangat mengerikan.

"Ish! Sudahlah," sang guru berdesis kesal, "Keluar dari kelasku. Aku tidak mau melihat kau tertidur di kelasku lagi!"

"N-ne," ujar sang murid itu lesu sambil meninggalkan kelas, selaput bening terlihat di matanya. Murid ini terlihat hampir menangis.

Klek.

Pintu kelas pun tertutup pelan, samar-samar murid itu bisa mendengar gurunya yang memulai kembali pelajaran yang tertunda gara-gara ulahnya.

"Buka halaman 79!"

Ajari aku Matematika! –

ENJOY!

Di sebuah rumah…

"HUWAAAAAA!" suara tangisan menggelegar ke semua penjuru, semua orang yang mendengar teriakan itu pasti langsung meninggalkan aktifitas mereka, tergesa-gesa menghampiri sumber suara dengan khawatir karena menyangka – mungkin paling tidak – sebuah gempa bumi? Namun sepertinya bukan itu…

"Astaga!"

Seruan bernada tak percaya itu muncul dari seseorang yang baru saja muncul dari arah tangga, berasal dari lantai atas. Raut khawatir terpeta jelas di wajahnya yang tanpa cela namun – sedikit – berkeriput saat melihat pemandangan di depannya, cepat-cepat ia menghampiri namja yang merupakan sumber dari bunyi bising dan kekacauan ini.

"HUEEEEEEEE, Hyuuung!"

Tangisan itu semakin keras saat namja yang menangis itu melihat pria yang turun dari tangga dan tengah menghampirinya – yang ternyata merupakan hyungnya.

"Ada apa ini, Donghae?" tanya hyungnya itu khawatir, sambil membantu adiknya yang terduduk di lantai dengan keadaan yang sangat mengenaskan – seragam amurawut dan rambut berantakan. Tangannya membantu namja yang bernama Donghae itu untuk berdiri dan mendudukkannya di sofa.

"Hiks..."

Donghae menangis hebat sambil tertunduk. Sementara hyungnya bingung setengah mati dengan sikap adiknya – yang pulang-pulang langsung seperti ini.

"Ada apa, Hae-ah?" tanya hyungnya yang diketahui bernama Leeteuk itu dengan nada lembut pdahal sebenarnya ia khawatir, sangat khawatir malah. Tangannya mengusap punggung Donghae dengan penuh kasih sayang, mencoba menenangkan tangisan namja itu meski hanya sedikit.

Sebenarnya kau kenapa, Hae-ah?

Itu adalah yang ingin Leeteuk tanyakan sedari tadi, ia ingin meminta penjelasan. Tapi, melihat keadaan adiknya yang masih terisak membuatnya urung menanyakannya. Lebih baik ia membuat Donghae tenang dulu, baru meminta penjelasan. Ya, itu adalah keputusan yang paling bijak.

Beberapa belas menit berlalu dengan Donghae yang masih terisak dengan Leeteuk yang menenangkannya – mengusap punggungnya, tak ada satu pun dari mereka yang berbicara sedari tadi. Dan sepertinya, sekarang Donghae sudah agak tenang melihat isakannya yang memelan. Sepertinya suasana hening memang baik untuk meredakan kesedihan.

Tapi…

"KAMI PULAAAAAAAAAAAANG!"

JDDEEEEERR!

Sebuah teriakan tiba-tiba muncul dari arah pintu – mengacaukan semua suasana tenang yang sedari tadi coba Leeteuk bangun. Bersamaan dengan itu, masuklah dua orang namja ganteng yang terlihat baru pulang dari sekolah, meski pakaian mereka sedikit kotor.

"Kyu, jangan teriak-teriak," ujar salah satu namja kepada namja lain – yang dipanggil Kyu itu, meski dengan nada datar. OH! Rupanya suara teriakan berisik tadi berasal dari namja yang dipanggil Kyu. Awas kau, Kyu, batin Leeteuk. Sementara Kyu yang mendengar ucapan namja itu hanya meleletkan lidahnya dengan tampang tak bersalah, "Biarin," katanya sambil menyeringai.

Ini rumahnya, bukan? Suka-suka dia dooong.

Namja lain – yang memakai kacamata hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya yang jail itu. Sebuah senyum maklum terlukis di wajahnya sesaat, sebelum ia melewati sofa dan melihat dua orang namja – yang duadalah kakaknya terduduk di sana, di mana salah satunya tengah terisak.

Whoaaaaa.

"Ada apa ini?" ucapnya reflek sambil menghampiri kedua orang itu. Kyuhyun, yang tadinya berniat langsung naik ke kamarnya pun mengikuti hyungnya karena penasaran.

Ia terkaget, "Kenapa Hae-hyung nangis?" tanyanya.

"Kibum, bisa tolong ambilkan air," suara Leeteuk terdengar. Namja berkacamata yang ternyata bernama Kibum itu mengangguk lalu beranjak ke dapur.

Sementara itu, Leeteuk masih sibuk menenangkan Donghae sehingga tanpa sadar – atau mungkin sangat sadar mengacuhkan pertanyaan Kyuhyun. Gapapa, kan? Lagian Leeteuk juga tak tahu apa yang harus ia jawab, bukan?

Kyuhyun yang diabaikan merasa sebal, tentu saja. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa lainnya – yang hanya untuk satu orang sambil cemberut.

"Ini, hyung," Kibum yang telah kembali dari dapur menyodorkan gelas berisi air itu ke Leeteuk yang langsung menyuruh Donghae meminumnya.

Kibum pun duduk di samping sebelah lain Donghae.

Donghae meminum airnya tanpa protes, sejujurnya dia emang haus. 'Kenapa gak dari tadi coba?'

"Kau sudah tenang, Hae-ah?" suara lembut Leeteuk terdengar lagi. Donghae mengangguk kecil, menyerahkan gelas yang benar-benar telah kosong itu ke Leeteuk. Ia sudah berhenti menangis sekarang. "Gomawo, hyung," ujarnya dengan suaranya yang jadi serak karena terlalu lama menangis.

Leeteuk tersenyum.

"Sebenarnya ada apa ini, Hae-hyung?" Kibum bertanya, "Kenapa hyung nangis?"

Donghae menarik nafasnya pelan sebelum menjawab, "A-aku di marahi guru di sekolah," ujarnya pelan.

Haaaaaaaaaaaaaaaaah?

Ketiga pasang mata itu saling bertatapan heran. Whoaaa.

"Dimarahi kenapa emangnya, hyung?" ini Kyuhyun yang nanya. Rupanya bocah ini penasaran juga, bukannya tadi dia lagi kesel ya?

Semua tatapan tertuju pada Donghae sekarang. Menant sebuah jawaban atas sebuah pertanyaan. Ceileh.

Donghae semakin menunduk, "A-aku tertidur saat pelajaran Matematika," ujarnya. "Aku disuruh ke depan untuk mengerjakan soal. T-tapi aku tak bisa – " nadanya terdengar seperti dia akan menangis lagi.

"L-lalu –"

"– Kau pasti dimarahi ya, hyung," potong Kyuhyun asal ceplos, namun sukses membuat ia mendapatkan double deathglare mematikan dari dua hyungnya. Mau tak mau membuat sang magnae ini bungkam juga. Kyuhyun melayangkan senyum menyesal dan pandangan yang seakan berkata, 'Maafin Kyu, deh' dengan dua jari terangkat membentuk huruf V.

'Hehe,'

"Haaaaaah," Leeteuk membuang napas sambil menutup matanya, kepalanya pening – mengurus tiga adik itu ternyata sama sekali tidak gampang. Pandangannya beralih lagi ke Donghae yang kini terdiam, "Lalu apa, Hae-ah?" tanyanya, sungguh ia penasaran – Kibum dan Kyuhyun juga.

Donghae menunduk semakin dalam, "L – lalu, Guru itu m-membentakku! HUWAAAAAAAAA!"

Dan benar saja, Donghae langsung memeluk Leeteuk dan menangis keras – lagi. Hasssstaaaga.

Haaaaaaaah. Ketiga namja ini hanya bisa menghela napas pasrah melihat Donghae yang memang kelewat cengeng ini seperti itu – menangis keras tanpa merasa malu dengan mereka bertiga, ini; Sudah biasa.

"Sudah... Sudah..."

Leeteuk melayangkan senyum kikuk yang seakan berkata 'Bagaimana ini?' pada Kyuhyun dan Kibum yang hanya membalas dengan hal yang sama-sama membuat Leeteuk ingin memakan mereka;

Sebuah gelengan dan pandangan heran dengan bahu terangkat.

'Kami juga gak tahu, Hyung.'

Oke, sebenarnya siapa magnae yang sesungguhnya di sini?

.

.

Klek.

Pintu kamar Donghae pun tertutup. Setelah acara rengek-merengek tadi sepertinya Donghae lelah dan butuh Istirahat, maka dari itu Leeteuk membawanya ke kamarnya, menyuruhnya berbaring dantidur. Dan Donghae tengah tertidur sekarang – akhirnya.

Pria itu – Leeteuk – merasa sangat khawatir tentu saja, apalagi melihat mata adiknya yang begitu merah dan bengkak tadi. Tapi, Ia juga tak bisa menyalahkan guru yang telah membentak Donghae. Bagaimana pun adiknya itu tertidur saat pelajaran dan itu – tentu saja – salah. Mungkin yang seharusnya disalahkan di sini adalah tingkat kecengengan adiknya yang parah, sudah parah banget sih kalo liat kejadian tadi. Fyuh.

Yaa, bagaimana juga, Donghae tetap adiknya. Dan dia menyayanginya – akan sedih jika ia melihatnya bersedih.

"Ish," Leeteuk merasa kepalanya pusing dia sudah sangat ingin tidur ke ranjangnya. Tapi dia tahu kalo dia belum bisa istirahat sekarang. Ia harus bicara pada Kibum dan Kyuhyun dulu sekarang.

Tap.

Tap.

Tap.

Leeteuk melangkah pelan menuju pintu kamar kedua adiknya yang lain. Tak jauh dari situ sih, hanya perlu beberapa langkah karena memang hanya terhalang satu ruangan – yang tak lain dan tak bukan adalah kamarnya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk, gak dikunci kook!"

Ah, itu suara Kyuhyun. Dasaaaaaaaaar. Anak itu memang selalu saja teriak-teriak. Tidak sopan!

Leeteuk pun masuk tanpa ragu, "Kalian belum tidur?" tanyanya saat melihat keduanya yang memang belum tidur. Kyuhyun sedang main PS, sementara Kibum sedang membaca bukunya – bener deh mereka berdua, ini udah hampir pukul sebel –

–"Hyung sendiri kenapa belum tidur? Ini udah malem hyung, gak baik buat kesehatan, nanti hyung sakit. Hyung kan udah tua jadi pasti gampang sakit, kalo udah sakit kan bikin repot,"

Toeeeng!

Urat-urat muncul di dahi Leeteuk saat mendengar ucapan Kyuhyun yang tengah sibuk bermain PS menceramahinya dengan polos, belum lagi dia juga melihat Kibum menahan tawanya di balik bukunya mendengar ucapan adiknya yang polos-polos tapi nyesekin.

Ish!

Bukannya yang seharusnya bicara begitu itu dia ya? Dan apa katanya tadi, Tua? Kurang ajar…

"Ada apa, hyung?" Kibum membuyarkan lamunan Leeteuk, "Gimana kondisi, Hae-hyung?" tanyanya lagi. Dia sudah menutup bukunya.

"Dia sudah tidur, mungkin kecapekan –"

"Yaiyah capek, orang nangisnya aja kayak gitu, kayak cewek yang lagi di perkosa aj –"

Puk! "Aww!"

Sebuah bantal sukses menimpuk Kyuhyun yang masih sibuk dengan PSPnya tanpa aba-ba. Dan coba tebak siapa pelakunya? Pelakunya adalah... Kibum! Yeay!

"Hyung apa-apa sih! Sakit tauk!"

"Makanya diem,"

"Tapikan ga usah lempar-lempar bantal juga!"

"Salah sendiri,"

"Ish, hyung jelek!"

"Kamu yang jelek,"

Tuing!

Lagi-lagi urat-urat Leeteuk muncul. Kenapa jadi gini? batinnya heran. Sungguh dia merasa 'krik-krik' karena dikacangin.

Kacang-kacang... Ada yang mau beli kacang?

Leeteuk menghela napasnya melihat kedua adiknya adu mulut –

"Masalah hyung, apasih?"

"Gaada,"

"Hyung cari gara-gara mulu sama aku,"

"Geer,"

"– Hei…"

"Serius ya hyung, Kyu ga suka sama sikap hyung ini!"

"Terserah,"

Hei, hei, sudahlah berhenti, Leeteuk memohon dalam hati, masih memandangi kedua adiknya. "Kalian sebenarnya kenapa? Udah doong,"

"DIA DULUAN!"

Leeteuk terkaget karena kedua adiknya itu membentaknya.

"Sudah jelas-jelas kau yang mulai,"

"Hyung yang nimpuk aku duluan!"

"Soalnya kamu rempong!"

"Hyung yang REMPONG!"

"Lihat, sekarang kau bahkan ngikutin kata-kata aku,"

"Siapa bilang? Aku gak ngikutin!"

"DIAAAAAAAAAAAAAMMMMM!" Leeteuk berteriak tiba-tiba. Membuat kedua adiknya itu diam sambil memandangnya…

Kriikk.

Kriikk.

Kriikk.

"Denger… Hyung kesini cuma mau bilang satu hal; Mulai besok kalian harus ajari Donghae matematika," Leeteuk membuka suara, memecah keheningan.

Hening lagi...

"Gaada pertanyaan? Bagus. Malam,"

Blam!

Dan Leeteuk pun pergi sambil membanting pintu, meninggalkan kedua adiknya yang masih dalam mode; krik-krik.

"Kyu..."

"...Hmm?"

"Kamu tau gak... tadi suara jangkrik darimana..."

.

.

.

.

Sinar-sinar matahari yang mulai meninggi menyintip dari balik celah-celah tirai yang masih menutupi jendela kamar itu meski ini sudah hampir pukul sepuluh. Menggeliat pelan, sosok di balik selimut itu perlahan mulai terjaga – meski hanya separuh jiwa. Masih mengantuk, itulah yang ia rasakan saat ini, memilih kembali menutup mata dan memeluk gulingnya.

... seandainya saja dia bisa.

"Ish, sebenarnya dia ini tidur apa mati sih," suara desisan kesal terdengar dari arah samping kanannya, pria itu kembali menggeliat karena merasa terganggu.

"Kalo ngomong tuh jangan sembarang," nada berbeda kali ini terdengar membuka suara.

"Habisnya... tidurnya lama banget,"

"Itu karena capek,"

"Capek apa tumor?"

Hening sebentar.

"…tumor deh kayaknya," jawab suara lain itu akhirnya dengan tak yakin menjawab pertanyaan itu. "Ssst udahlah, diem," perintahnya.

"Aku kaan boooosaaaan,"

"Kyu, dieeeem. Kau mau dia bangun?"

"Lha? Bukannya emang tujuan kita kesini buat itu ya, hyung?"

Ah, adiknya itu benar juga, "Oiya ya, trus kenapa dari tadi kita cuma bisik-bisik?"

Kyuhyun mengangkat bahu, tangannya melayang menunjuk Hyung berkacamanya itu, "Kan Kibum-hyung bilang jangan berisik, gimana sih," Kyuhyun berujar kesal, membuat Kibum berfikir…

Loading…

"Oiya? Yaudah deh gausah dibahas." ujar Kibum tenang padahal dalam hati dia malu setengah mati.

Donghae yang sedari tadi emang udah bangun tentu saja mendengar ucapan ke dua adiknya itu. Dia hanya bisa ber-sweatdroped ria.

Tooeeeeng!

"Sebenarnya apa yang sedari tadi kalian lakukan?" tanyanya heran, ia bangkit dari tidurnya dan duduk menyender, matanya menatap aneh ke arah kedua adiknya. Pria itu ternyata adalah Lee Donghae – si pria yang nangis sambil jerit-jerit kemarin. Haha.

"H-hyung udah bangun?" tanya mereka kaget, masalahnya kan sedari tadi ngomongin hyungnya itu.

"Ne, aku bangun karena dengar kalian berisik –" katanya kesal, "– dan karena aku bukan seorang tumor,"

Uh-oh! ternyata dia dengar.

"M-mianhae, hyung," keduanya menunduk minta maaf karena ketahuan. Bagaimanapun menjelekkan sang kakak di hadapannya itu gak baik, kan?

Donghae hanya tersenyum melihat kedua adiknya; Kibum dan Kyuhyun yang begitu lucu dan menggemaskan.

"Hooaaam," pria ini kembali menguap. Ia masih mengantuk rupanya. Perlahan ia kembali berbaring.

"Hyung kenapa tidur lagi, ayo bangun lalu mandi,"

Donghae bisa mendengar samar-samar ucapan adiknya, Kibum kala itu. Tapi, lima menit lagi oke? Dia akan tidur. Zzzzz.

"Katanya gak tumor... gimana sih,"

"...aku bisa dengar itu, kyu,"

Ups, Kyuhyun langsung menutup mulut,

"...sebenarnya kalian itu mau apa? ini kan hari Minggu... hmm..." masih Zzzzz

Kibum dan Kyuhyun berpandangan. Isi pikiran mereka sepertinya sama; Hae-hyung aneh, bisa bicara sambil tidur."Kami di suruh Leeteuk-hyung, untuk mengajari Hae-hyung Matematika,"

Hening lama...

"...Oh..." Donghae menjawab sambil mengingau,

1 menit...

10 menit...

30 menit...

Now, Loading...

Loading...

Load-

"– APAAAAAAA!" Serunya tiba-tiba sambil bangkit dari tidurnya, dia memandang horor ke arah ke dua adiknya yang memandangnya heran.

CTTTTTAAAAAAR!

Bagai di sambar petir terus gosong. Dia, Donghae yang notaben anak SMA kelas dua akan di ajari oleh adiknya, Kyuhyun dan Kibum? …Sebenernya ga apa-apa sih, toh adik-adiknya itu memang pintar-pintar.

Tapikan tetap saja –

MEREKA ITU ANAK KELAS LIMA SD!

JDDDDDDDEEEEEEER!

... Dimana beresnya itu?

To be Continued..

.

Author's Note:

Wkakakaka /ketawa setan/
Puasnya disini ngebantai si abang ikan wkwkwkw /ketawa setan/

Yap. Ini masih berlanjut, karena ini twoshot. Chap depan akan menceritakan masa-masa Donghae diajari oleh adiknya yang kelas lima SD. Diusahakan update cepat, paling sekitar dua minggu haha /ditabok/

Penasaran?

REVIEW PLEASE :)