Discalaimer: Bukan punya saya, hanya plotnya saja
Warning: AU, OOC, typo(s), No Bashin Chara, Just For Fun
.
.
Low Remember
.
.
oOo
"Sabaku Gaara?"
Ngga ada sahutan yang berarti. Semua pada diam dan itu lebih sehat ketimbang harus ngadepin guru yang selalu berbusah mulutnya kalau nama itu tersebut. Ayannya suka kambuh karena lelah batin dan fisik.
'Sabar. Dua bulan lagi,' ngga usah dijelasin ini batin siapa, 'kan?
Sudah jadi rahasia umum kalau Sabaku yang ditakdirkan muncul terakhir tapi menjadi yang paling imut kayak pantat bayi itu selalu mangkir di pelajaran kedua pada hari Rabu, di minggu kedua. Perlukah saya sebutkan jam, menit, detiknya?
Pelajaran renang, itu singkatnya.
Berdalih kalau kain yang melekat di tubuhnya saat pelajaran tersebut sesak dan Gaara-less banget, ngga modislah. Tapi, mama Gaara mengakalinya dengan membeli pakaian renang kualitas terbaik dengan iklan yang membuat mama terpikat.
Barang rusak, kami ganti. Pelanggan senang, gaji naik. Ayee!
Mama selalu senang buat orang lain bahagia. Sayang, anaknya engga. Benda itu ditolak sebelum dilihat. Lihat bungkusnya saja Gaara udah menjerit-jerit dalam kalbu. Cielah.
'Apa itu? Apa Temari aja ngga cukup?'
Maksud batin Gaara itu… Oke saya jelaskan. Uhuk!
Mengacuh pada Temari berarti kakaknya -yang paling tua, 'kan? Tapi masih ada Kankuro. Lantas, ini bukan sesuatu untuk yang lebih tua, 'kan, karena masih ada Kankuro. Nah, jadi misteri yang berhasil saya ungkapkan adalah mengarah pada jenis saaat mereka pipis. Gaara dan kankuro berdiri. Temari jongkok. Jelas, 'kan?
Oh, ayolah! Temari itu cewek dan Gaara itu COWOK TULEN!
"Ngga!"
"Ayolah, Gaara-kun. Mama sudah belikan yang berbahan sutera nomor satu. Lihat, ada pita di pungggung- Lho?"
Gaara sudah berhibernasi ke kutub saat mama asik dengan pakaian renangnya. Poor Mom.
oOo
Yah, begitu deh nasibnya. Bukan karena pakaian renang – tapi itu salah satunya- Gaara ngga ikut pelajaran itu. Alesannya cuma satu, kram. Ia selalu ngga bisa berkutik, kayak batu yang nyemplung ke air –langsung tenggelam.
Jadi Gaara pasrah saja akan nilainya. Hal itu bisa tertutupi koq dengan prestasinya dipelajaran lain. Ngga usah khawatir, jalan selalu ada untuk orang yang terdzolimi. Dia masih punya nilai religius, 'kan? Haha.
oOo
Tanpa arah melintang, Gaara positif mengacuhkan pintu dengan papan di atasnya bertuliskan kolam renang yang seakan mengejek dan meremehkannya karena ngga berani masuk. Bukan takut, cuma ngeri. Sabodo amatlah.
Melewati lorong yang sepi, kini Gaara melangkah tenang. Tangannya bersembunyi di saku celana dengan nyaman. Blazer sudah nangkring di bahu kanan, bahkan dua kancing kemejanya terbuka. Kalau dasi mah, jangan ditanya lagi.
Fokus mata Gaara sedikit teralih kesalah satu ruangan dan pikiran nakal terlintas. Menyeringai sedikit aja dan ia tepat di hadapan ruangan itu.
Ruang ganti cewek. Ada lambang lingkaran dan segitiga yang disatukan, warna pink lagi. Jelas dia mau apakan? Mau apa kek, itu urusan dia. Dosa tanggung sendiri, mamen!
oOo
Biasanya kalau kayak beginian, yang paling berisik itu Naruto dan kemungkinan gagalnya misi itu besar. Nah, karena Gaara sendiri, kemungkinan gagal itu kecil dong. Bener ngga?
Cowok ganteng ditambah pendiem dikali rasa ingin tahu remaja tentang 'sesuatu' sama dengan mission complete. Gaara udah semangat banget nih!
Ada syukur. Ngga ada, mungkin belum waktunya untuk tahu. Gaara fine aja sih dengan resikonya nanti, yang penting sekarang.
Entah bagaimana, di saat seperti ini wajah Gaara tetaplah datarrr kayak triplek. Padahal, di dada sebelah kanan –agak turun dikit- sedang bergenderang saat kenop pintu disentuh.
Apakah… Apakah ia sedang jatuh cinta? Pada pintu? Hell! Ngga nyambung tuh.
Balik lagi sama Gaara. Ia sudah membungkuk sedikit. Perlahan tangannya yang aktif itu menggeser pintu sampai matanya dapat mengakses. Yah, Gaara dapat melihat itu. Loker-loker sudah terliahat. Um… kelihatannya kosong, inner-nya. Terus telinganya mendengar pintu yang di dalam bergeser. Matanya bergerak liar di sela pintu untuk mengetahui siapa iu. Seketika pupilnya melebar melihat sebuah kulit pucat yang membungkus tulang sangat kencang itu mendekat, tepat di…
BUGH!
… matanya….
"HENTAII!"
Ups!
oOo
Gaara ngga abis pikir kalau hari ini akan tiba juga. Hari dimana semua menatapnya dengan berbeda. Apa aku begitu keren?
"Ngga!" serempak para siswi yang berpredikat kouhai itu menjawab. Gaara hampir aja pundung dipojokan karena pikirannya salah, namun ngga jadi karena pemimpin dari siswi-siswi itu berkata, "Ngga mungkin Gaara-senpai begitu. Dia itu keren dan tampan!" ngga nyambung tapi semua senang, terkecuali cewek yang menganggap dirinya korban Gaara dan minoritas lainnya yang ngga terkait.
Sialnya Gaara hari ini karena harus kepergok secara ngga langsung sama para kouhai. Ia sih santai dengan wajahnya yang emotionless itu dan berkata, "I'm fine." Efeknya cukup hebat, sampai-sampai para kouhainya yang cewek berteriak histeris menyebut namanya. Lupa deh sama maksud mereka kumpul. Oh, mungkin ini rencananya.
"Hyuuga-san, kau kenapa?"
Huh! Kenapa harus ada yang ingetin sih?
Cewek itu cuma nunduk saat mendapat tatapan menuntut dari semuanya . Tangannya bersilang si depan dada. Great, Gaara ngerasa sempurna hari ini. Apa lagi itu? Air mata? Ah, buaya, pikirnya.
"Di-dia-"
Glek!
"Mengintipku."
Sepertinya malaikat sudah pada siap ngejumlah dosa-dosa Gaara deh, soalnya Hiashi sudah siapa kapan pun dengan katananya.
Poor Gaara.
Tbc!
Fic baru saya yang multichap. Semoga menghibur.
RNR?
Jaa
