Assassination Classroom (c) Matsui Yūsei
Warning: Slice of Life. Keju. Drama.
The Perfect View
.
by Ratu Obeng (id: 1658345)
.
.
.
Suasana di ruang OSIS hampir selalu membuatnya sulit bernapas, setidaknya bagi Isogai.
Remaja berhiaskan antena di pucuk kepalanya itu tidak tahu kalau sebuah nama menjadi topik yang sangat sensitif bagi Asano junior—lebih sensitif daripada kerusuhan NASA di tahun yang sama mengenai lenyapnya sebagian besar permukaan bulan.
"Bisa kau berargumen dengan kalimat lebih menyenangkan? Tanpa menyebut nama ayahku, misalnya?!"
Isogai merengut, "Bagaimana caranya? Namamu kan nama ayahmu juga!"
Asano gigit bibir. Pandangannya semakin menusuk terutama pada ketua kelas E yang sedang duduk berhadapan di atas sofa tebal yang seharusnya sangat nyaman.
"Kalau begitu jangan pernah memanggil namaku. Mendengarnya saja aku muak..."
"Kau sangat membencinya, ya..." Isogai tertunduk, berpura-pura fokus pada berkas-berkas di atas meja—hal yang sedari tadi mereka kerjakan dan sekarang terbengkalai, "...tentang ayahmu."
"Daripada dibilang benci, lebih tepatnya aku jijik."
Nada sang ikemen tersirat amarah, "Tolong jangan bicara seperti itu! Bagaimanapun dia ayahmu. Kurasa... itu tidak pantas..."
"Karenanya jangan buang-buang waktu lagi dan bereskan laporan sialan ini karena aku ingin akhir pekan yang lebih tenang."
"Lalu bagaimana aku harus memanggilmu? Rasanya tidak nyaman sedari tadi hanya menegurmu dengan 'Hei,' atau 'Oi,'!"
Asano terhenyak sesaat. Isogai masih melanjutkan.
"Aku bisa saja memanggilmu langsung dengan nama... tapi, err..." jeda singkat, "Atau mungkin nama keluarga ibumu—"
"Ibuku sudah tidak ada."
Keduanya ragu kalau jam di ruang OSIS masih berfungsi baik, karena saat ini suasana benar-benar senyap seperti ada yang menekan tombol mute. Selanjutnya hanya tangan mereka yang bekerja, menyelesaikan tugas-tugas yang ada sampai salah satunya merasa lega karena berhasil meraih kenop kebebasan.
"Aku juga sudah tidak punya ayah." Isogai berhenti sejenak di depan pintu, "Kurasa kau sangat beruntung karena kulihat beliau masih sayang padamu."
Penggunaan kata ayah dan sayang di saat bersamaan membuat Asano risih.
Segera, portal yang baru saja rapat mendadak terbuka lagi—menampilkan sosok ketua kelas A yang sudah berdiri tepat di depan yang berambut gelap dengan jarak tidak lebih dari dua langkah.
"Hei," singkatnya, "Mau coba bertukar selama tiga hari?"
"Apa?"
"Aku akan berada di rumahmu tiga hari dan sebaliknya. Kita lihat apa kau masih bersikeras pada pendirianmu soal ayahku."
"Tidak bisa begitu! Ibuku sedang sakit, aku harus—"
"Dengar, Isogai Yuuma! Hanya tiga hari, dan setelah itu persetan dengan nama panggilan yang akan kau berikan! Kau bahkan boleh meneriakkan namaku sepuasnya seperti para fangirl kalap."
Menekan rahang sambil menimbang cepat sebuah keputusan ternyata hal yang cukup melelahkan, keringat dingin pihak resesif mulai mengucur deras.
"...b-baiklah."
"Bagus. Berikan alamat dan kunci rumahmu..."
Isogai menelan ludah saat terpaksa memberikan sepotong besi tipis dengan gantungan manis dari dalam tas sekolahnya.
"—sampai bertemu lagi senin minggu depan."
To be continued...
.
.
.
A/N:
AKHIRNYAAA! PROMPT YANG TEPAT BUAT PAIR ASAISO (versi junior) #OHOK #IYKWIM
Cuma 3shot sih. Buat chapter selanjutnya enakan fokus di Asano apa Isogai duluan, ya?
R&R maybe? C:
