Misunderstanding

Naruto Masashi Kishimoto

Story little pinky mouse

Warning: Lemon/Lime, typo, alur kecepetan, AU. OOC.

Main pair: NaruSakuSasu

Pair: SasuSaku

Kesalahpahaman membuatku buta akan kenyataan

Kesalahpahaman juga yang membuatku

Buta akan tulusnya cinta

Mereka padaku

"Shhh,,, ahhh,,, akhh,"

"Ahhhhkkhhh,,,"

Disebuah kamar bernuansa biru dongker terdengar suara desahan saling bersahutan menandakan selesainya kegiatan percintaan sepasang anak manusia.

"Kau sungguh hebat, Sasuke-kun,"

Pemuda yang dipanggil Sasuke itu hanya menyeringai mendengar pujian dari keka- kekasih gelapnya, atau lebih tepatnya dialah kekasih gelap gadis itu.

"Kau juga selalu nikmat, Cherry," wanita yang dipanggil Cherry itu hanya merona mendengar pujian kekasih gelapnya itu, ditambah pemuda itu mengucapkannya dengan tatapan nakal dan menggoda.

"Bagaimana? Sudah lebih baik?" tanya Sasuke.

"Ya, lumayan. Aku berpikir, apa dia juga melalukan hal ini dengan selingkuhannya itu?"

"Mungkin, kau sudah pernah melihatnya keluar dari hotel dengan wanitanya itu kan?"

"Ya, kau benar, dia juga melakukan hal ini. Atau,,, mungkin dia lebih parah? Aku merasa sangat bodoh percaya dengan kata-kata manisnya itu,"

"Ya, dia lebih parah," Sasuke berkata sambil menyeringai kejam, yang tentu saja wanita yang dipanggil Cherry itu tidak dapat melihatnya karena dia sudah tertidur lelap.

Cahaya matahari pagi menggangu tidur seorang wanita berambut pink.

"Ughh,,," lengguhnya merusaha sadar dari alam mimpi. Dia mengerjapkan matanya guna menyesuaikannya dengan dengan cahaya disekitarnya.

"Jam berapa ini?" gumamnya.

"Ini sudah pukul enam pagi, Cherry. Sebaiknya kau bangun dan bersiap-siap kalau tidak ingin terlambat.

"Benarkah? kupikir aku sudah terlambat. Kau sudah selesai mandi, Sasuke-kun? Biasanya selalu susah bangun," tanya wanita itu dengan nada jail.

"Aku sudah bangun dari pukul lima tadi, Nona Haruno Sakura. Aku bangun karena kau yang selalu membuatku bergairah. Aku takut tidak bisa mengontrol napsuku akhirnya memutuskan untuk berendam air dingin. Karena kalau aku menyerangmu lagi, kau pasti tidak bisa berjalan. Aku tahu, kau ada rapat penting denganya pagi ini," wanita yang dipanggil Sakura itu merona mendengar kata-kata vulgar dari kekasih gelapnya itu.

"Baiklah Tuan tampan," Sakura bangkit dan berjalan menuju kamar mandi tanpa menggunakan selimut dan membuat pria dihadapannya melotot melihat tubuh polosnya.

"Jangan menggodaku, Sakura!"

"Ahahaha,,," Sakura akhirnya berlari menuju kamar mandi sambil tertawa puas, setelah melihat tatapan lapar Sasuke. Sedangkan sasuke hanya mengumpat kesal, "shit,".

"Kau berangkat sendiri, Cherry?" wanita yang dipanggil Cherry itu hanya mengangguk, dia kemudian menyudahi sarapannya.

"Seperti biasa, Sasuke-kun. Aku tidak mau dia mengetahuinya,"

"Cih, bagaimanapun dia pasti akan mengetahuinya. Jangan kau pikir dia bodoh, Cherry," sinis Sasuke.

"Itulah yang aku ingin, Sasuke-kun. Kalau kita perlihatkan hubungan kita terang-terangan, itu tidak seru. Aku ingin seperti dia, berusaha sebisa mungkin menyembunyikan hubungan gelapnya dengan wanita itu. Sampai aku tahu dengan sendirinya. Rasaya sakit, Sasuke-kun. Dan aku juga ingin dia merasakan apa yang kurasakan," Sakura menyeringai sadis mengingat awal mula hubungan gelapnya dengan Sasuke.

Ya, semua ini karena tunangan brengseknya itu. Tunangan sekaligus bossnya itu bersekingkuh dengan sekretasis barunya, yang pada awalnya Sakuralah sekretarisnya. Tapi, kemudian Sakura dinaikan jabatannya menjadi direktur keuangan. Dengan alasan 'agar kita bisa lebih konsentrasi bekerja, kalau bersama, kita tidak akan bekerja. Nanti kita hanya akan bermesraan'. Kenyataannya sekarang tunangannya itulah yang bermesraan dengan sekretaris barunya.

"Kau benar, Cherry. Dia harus merasakan apa yang kau rasakan. Tapi sampai kapan hubungan kita seperti ini, Cherry? aku lelah menunggu,"

"Bersabarlah, Sasuke-kun. Aku janji, setelah dia mengetahui hubungan ini. Saat itu juga aku akan langsung memutuskan pertunangan itu," ujar Sakura sembari mengelus pipi Sasuke dengan lembut.

"Aku pegang janjimu,"

Sakura berjalan dengan santai memasuki gedung bertingkat yang menjadi tempat kerjanya. Sepanjang perjalan menuju ruang kerjanya, banyak karyawan yang menyapanya dan dia hanya tersenyum membalasnya. Saat sampai di lift Sakura bertemu dengan dia, tunangannya yang sedang bersama sekretaris barunya. Sakura mencoba untuk tidak memperdulikannya.

"Sakura-chan, kenapa tadi malam teleponku tidak diangkat?" tanpa diduga pria itu menghampirinya dan langsung bertanya mengenai semalam. Ya, sakura tahu pria ini menghubunginya berkali-kali. Karena itulah sakura memutuskan untuk bercinta gila-gilaan dengan Sasuke.

"Hn, aku sudah tidur," jawab Sakura datar.

"Apa kau kelelahan, Sakura-chan? Kalau begitu kau istirahat saja," pria itu berkata dengan nada khawatir,"agar kau bisa leluasa bermesraan dengan sekretarismu itu, heh? Atau mungkin, ber-seks ria dia ruanganmu," batin Sakura sinis.

"Tidak perlu, aku tidak merasa sakit," tolak Sakura dengan dingin. Tanpa Sakura sadari, pria itu menatapnya dengan ekspresi kecewa dan sendu.

"Baiklah kalau begitu, semangat ya, Sakura-chan," ujarnya semangat, pria itu berusaha mengacuhkan sikap dingin tunangannya, "mungkin dia sedang datang bulan," pikirnya.

"Aku duluan," Sakura langsung masuk kedalan lift, sebelum masuk Sakura sempat memandang sinis wanita berambut ungu yang menjadi sekretaris baru tunanganya itu. Wanita itu juga membalas tatapan sinis Sakura dengan seringai yang tidak kalah sinisnya.

Sesampainya Sakura diruang kerjanya, Sakura langsung menjatuhkan tubuhnya dikursi. Dia memijat pelipisnya, sungguh dia lelah dengan semua ini. Kenapa tunangannya itu masih mempertahankan hubungan mereka yang hanya sebuah perjodohan bodoh. Padahal kalau hubungan mereka berakhir, tidak akan mempengaruhi apapun. Apalagi sepertinya wanita berambut ungu itu sudah semakin menjadi-jadi.

"Brengsek!" umpat Sakura.

Sakura memandang sebuah map berwarna hijau, itu adalah laporan keuangan yang harus diserahkanya kepada tunangannya itu sekarang. Karena akan dipakai untuk materi rapat siang ini.

Sakura berdiri dan menghembuskan napas pelan. Kemudian dia membawa map itu dan berjalan keluar ruangannya menuju ruangan tunangannya. Walau dia sebenarnya sangat malas pergi kesana.

Sesampainya Sakura dilantai sepuluh gedung ini, yang merupakan lantai khusus direktur. Sakura memandang bingung lantai yang terlihat kosong. Biasanya sekretaris itu ada dimejanya, "kemana mereka?" tanya Sakura dalam hati. Akhirnya sakura memutuskan untuk langsung saja menuju ruangan direktur, toh itu tunangannya.

"Shhh,,, ahhh, yahhh,,,, lebih cepattt ahhh,, ya, begituh sayanghh,, lebih cepatt lagii!" Sakura melotot kaget mendengar suara desahan perempuan dari dalam ruangan tunangannya itu, "brengsek! Ini masih pagi, apa mereka sudah tidak bisa menahan napsunya? hingga begitu tiba langsung bermain seks?" maki Sakura tidak percaya dalam hatinya.

Sebenarnya Sakura sudah ingin mendobrak pintu itu dan memaki manusia didalamnya. Tapi akal sehatnya membantahnya dan memerintahkanya untuk tidak melakukan itu karena bukan hanya akan membuat keributan, tapi juga akan mempermalukan dirinya sendiri.

Akhirnya dengan emosi tertahan sakura berbalik dan memasuki lift untuk kembali keruangannya. Tepat saat Sakura masuk kedalan lift. Lift disampingnya terbuka, dan keluarlah sosok yang dicarinya tadi bersama dengan beberapa orang.

"Bukankah itu tadi, sakura?" pikir sosok itu.

Terkadang sesuatu yang terdengar akan berbeda artinya

Jika, harga diri tidak mengusai logika

Sakura POV

Bruukk

Aku langsung menghempaskan tubuhku di sofa ruang kerjaku, aku mengerang frustasi dengan kelakuan pria brengsek itu. Belum sampai satu jam lalu dia menyapaku, sekarang dia sudah langsung melakukan hal menjijikan dikantornya itu?

Arrrgghh erangku lagi. Aku butuh pelampiasan. Ya, aku butuh Sasuke-kun sekarang. Ku ambil handphoneku dan kutekan nomor Sasuke-kun.

"Halo, Sasuke-kun, bisakah kita ke apartemenmu sekarang? Ku mohon, aku membutuhkanmu,"

"Baik, aku akan kesana secepatnya. Aku sudah tidak tahan,"

Setelah berjanji dengan Sasuke-kun, aku segera mengemas barang-barangku dan melangkah keluar untuk ketempat Sasuke-kun. Tapi sebelumnya aku harus menitipkan laporan sialan ini pada wakilku. Karena laporan ini moodku yang sudah hancur bertambah hancur.

Sesampainya didepan gedung aku lasung memasuki taksi yang sudah dipesan oleh satpam perusahaan. Aku memandang sinis lantai yang menjadi lantai direktur perusahaan yang tidak lain merupakan tempat tunangan brengsekku itu berada.

"Aku juga kan melakukan seperti yang kau lakukan, sayang," batinku sinis.

End Sakura POV

"Umhhh,,, ahhh,,, yahhh,,,,mmhhhbb,,, shhhh" Sakura terus mendesah saat Sasuke menghisap puncak dadanya seperti bayi kehausan. Sakura meremas rambut pria itu karena tidak tahan dengan rangsangannya.

"Kau suka, Cherry?" Tanya Sasuke saat melihat Sakura yang sudah lemas sesaat setelah melepaskan kulumannya pada dada wanita itu.

"Ya, Sasuke, itu sangat nikmat," ujar Sakura tersenyum nakal.

"Kau ingin kita lanjutkan atau kita hentikan?" Tanya Sasuke dengan seringai nakalnya.

"Tentu lanjut sayang,"

Setelah Sakura berkata seperti itu, Sasuke langsung melahap dadanya. Sedangkan tanganya meremas dada wanita itu dengan cukup keras hingga membuat desahan wanita itu semakin keras.

"Akkhhh,,, ahhh,,, ahhh,,," Sakura menjerit keras saat merasakan puncak dadanya digigit dengan gemas oleh Sasuke.

Sasuke yang sudah tidak tahan lagi langsung membuka seluruh pakaiannya dan pakaian Sakura, sehingga keduanya polos tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh mereka.

Sasuke langsung memposissikan dirinya didepan Sakura, dan mulai memasukan miliknya kedalam Sakura untuk menuju surga dunia. Desahan kedua anak manusia itu saling bersahut-sahutan seakan menambah panas adegan yang sudah panas itu.

"Ahhhkkk,,, ohhhh,,," sampailah mereka pada puncak kenikmatan. Keduanya masih dalam posisi saling memeluk dengan napas terengah-engah. Perlahan sasuke mengangkat tubuhnya dan merebahkannya disamping sakura.

"Puas?" Tanya Sasuke yang masih dalam keadaan menomalkan detak jantungnya.

"Seperti biasa," jawab Sakura lemas.

"Kenapa tiba-tiba kau menyuruhku kemari dan langsung menyerangku, hem? Apa kau rindu pelukanku?"

"Bukan, aku butuh pelampiasan, Sasuke-kun. Si brengsek itu ber-seks- ria begitu sampai dikantor dengan selingkuhannya, padahal ini masih pagi?" ujar Sakura penuh dendam.

"Apa bedanya dengan kita, Cherry? Mungkin bedanya, kau mengetahui perbuatan mereka dan mereka tidak mengetahui perbuatanmu. Sama saja Cherry, tidak ada gunanya. Kau melakukan perbuatan yang sia-sia,"

"Apa maksudmu sia-sia, Sasuke-kun?"

"Sia-sia, karena si brengsek itu tidak tahu bahwa kau sudah berselingkuh. Yang dia tahu, kau adalah tunangannya yang paling setia. Jadi, dia tidak akan mencurigaimu. Karena selama ini kau tidak pernah menunjukan keanehan apapun padanya, jadi dia kan selalu percaya padamu. Itu sia-sia, Cherry. Yang ada hanya kau yang tersakiti, sedangkan dia tidak,"

Sakura tertegun mendengar penjelasan sasuke, benar, tunangannya yang brengsek itu sangat mempercayainya. Jadi dia tidak mungkin curiga. Dia harus mulai menunjukan hubungannya dengan Sasuke. Kalau tidak, selamanya dia yang akan tersakiti.

"Kau benar, sasuke-kun. Jadi, apa yang harus aku lakukan?" Tanya sakura.

"Buat dia melihatmu memiliki hubungan denganku. Maka saat itu, dia akan mulai mencari tahu tentang kita berdua. Setelah dia tahu, putuskan dia, dan bongkar semua skandalnya itu. Dengan begitu, dia akan merasakan sakit yang kau rasakan, Cherry," jawab Sasuke dengan seringai liciknya.

"Ahh, aku ingat. Apa kau diundang pada pesta Senju Corporation?"

"Ya, kenapa?"

"Dia tidak mengajakku sebagai pasanganya pada acara itu, bagaimana kalau kita pergi bersama?"

"Ide bagus, Cherry. Dengan begitu, dia akan mulai mencurigai kita. Kau benar, ayo, mulai menunjukan hubungan kita,"

"Tapi, apa tidak apa-apa, Sasuke-kun? Maksudku, apa nanti yang akan orang lain pikirkan tentangku? Berselingkuh disaat aku sudah bertunangan dengan pria lain,"

"Kenapa kau takut? Orang lain juga pasti akan memihakmu, kau berselingkuh karena tunanganmu juga berselingkuh. Apalagi dia berselingkuh dengan sekretarisnya, yang pada dasarnya kau kenal. Orang lain akan menyalahkan mereka berdua. Mereka pasti berpikir itulah alasan kau dipindahkan, agar mereka berdua bisa leluasa berselingkuh. Apalagi yang kau takutkan? Atau jangan-jangan kau ingin meninggalkanku, hem?" Tanya Sasuke tajam begitu pemikiran kalau Sakura berniat meninggalkannya terlintas di benaknya.

"Tentu tidak, Sasuke-kun. Mana mungkin aku mau meninggalkanmu," jawab Sakura cepat. Dia tidak mungkin meninggalkan pria yang sangat mencintai sekaligus melingdunginya ini.

"ya, kau tidak boleh meninggalkanku. Kalau pun kau meninggalkanku, aku pasti mengejarmu walau harus ke ujung neraka sekalipun," ujar Sasuke penuh penekanan dan dingin, yang membuat Sakura bergidik ngeri.

"Tidak, aku tidak akan pernah meninggalkanmu," tegas Sakura.

"Kalau begitu buktikan,"

"Caranya?"

"Begini," kemudian Sasuke langsung mencium ganas sakura, tangannya langsung bergeriliya ditubuh Sakura.

"Ahh,,, sshh,,, ohhh,,," sakura hanay pasrah dengan kelakuan sasuke hingga mereka mengulangi percintaan itu sampai terlelap.

Kesalahpahaman juga akibat dari timbulnya dendam

Dan merupakan awal dari sebuah bencana

Tok tok tok

Sakura menghentikan pekerjaannya ketika mendengar suara ketukan dari pintu ruangannya. Pintu itu kemudian terbuka sebelum sakura sempat menjawab 'masuk'.

Dan munculah seorang pria dengan senyum sehangat mentari yang Sakura akui sebagai tunangan berengseknya.

"Ada apa, Naruto?" Tanya Sakura datar.

Pria yang diapanggil 'Naruto' itu sesaat terkejut dan kecewa mendengar panggilan dari tungangannya itu. Tapi, buru-buru dia menghilangkan ekspresi kecewanya, "mungkin dia marah," pikirnya positif.

"Ayo, kita makan siang bersama, Sakura-chan," ajak naruto sambil menghampiri tunangannya itu. Sakura langsung menoleh kearah jam, "ternyata sudah jam makan siang," batinnya. Tapi, dia belum menjawab ajakan tunangannya ini. Dia masih menimbang-nimbang, antara menerima dan tidak. Kalau terima, nanti dia bisa merasakan sakit hati menolak, dia bisa melanjutkan pekerjaanya yang menumpuk. Tapi tidak mungkin dia menolaknya. Pria ini pasti akan menggunakan status mereka untuk memaksanya makan siang bersama. Akhirnya dengan berat hati dia menganggukan kepalanya, dan pria itu langsung menyeretnya keluar ruangan.

Dan disinilah dia berada, disebuah restoran mewah yang tidak jauh dari kantor. Duduk berhadapan dengan tunangan brengseknya itu. Dari tadi dia hanya bergumam untuk menjawab segala ocehan pria itu. Dia sungguh malas meladeni pria ini, dia sudah muak.

"Jadi, apakah kau akan datang ke acara yang diaadakn Senju Corporation nanti, Sakura-chan?" Tanya Naruto.

"Datang," jawab Sakura seperti biasa, datar.

"Dengan siapa?" Tanya Naruto penasaran.

"Rahasia," jawab Sakura dengan seringai misterius. Namun tidak disadari Naruto.

"Maaf, aku tidak bisa menjadi pasanganmu. Disana nanti aku harus meeting, jadi aku harus bersama dengan sekretarisku. Maafkan aku, ya, Sakura-chan," ujar naruto dengan rasa bersalah.

"Cih, alasan," maki sakura dalam hati. Yang ada, "Tidak apa-apa, aku bisa sendiri. Lagipula meeting itu penting," Sakura berkata sebari tersenyum, dia menyeringai sambil berkata dalam hatinya, "bersenang-senanglah. Selagi kau bisa bersenang-senang dengan pelacur itu, brengsek! Selagi kau bersenang-senang, aku juga akan bersenang-senang,".

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata onyx yang telah memperhatikan mereka sedari tadi. Mata itu menatap mereka tajam dan penuh amarah.

"Ya, sudah. Ayo kita kembali, Sakura-chan. Jam makan siang telah usai," ajak Naruto pada Sakura. Mereka kemudian bangkit berdiri dan berjalan keluar setelah sebelumnya menaruh beberap uang di meja.

"Sepertinya aku harus mempercepat rencanaku menyingkirkanmu," seringai kejam menghiasi wajah tampanya saat memperhatikan pasangan itu meninggalkan restoran.

Sakura turun dari mobil mewah bersama Sasuke. Mereka memasuki sebuah gedung mewah yang menjadi tempat perayaan perusahaan Senju Corcopation. Mereka bergandengan tangan saat masuk.

Sakura mulai mencari keberadaan tunangannya, Sakura bisa melihat tunangannya sedang berbincang dengan kolega-kolega bisnisnya. Tapi, yang membuat Sakura muak adalah tunangannya itu tampak begitu mesra dengan selingkuhannya.

Sasuke mengikuti arah pandangan Sakura, dia menyeringai dan mengisyaratkan Sakura mengikutinya menuju tempat tunangannya itu.

"Selamat malam, Uzumaki-san," sapa Sasuke. Terlihat Naruto yang terkejut melihat tunangannya datang bersama saingan bisnisnya itu, apalagi mereka terlihat begitu mesra.

"Selamat malam, Uciha-san. Selamat malan, Sakura-chan," sapa Naruto ragu. Sakura hanya tersenyum. Sedangkan Sasuke menyeringai melihat ekspresi Naruto yang kelihatan sangat penasaran.

"Ada apa, Uzumaki-san? Kau kelihatan aneh," Tanya Sasuke.

"Bagaimana kalian bisa saling mengenal?"

"Ahh, kami teman semasa SMA. Benar kan, Sakura,"

"Hu'um," Sakura hanya mengangguk dan tersenyum manis sebagai jawaban.

"Bukankah kamu tunangan Uzumaki-san, Sakura-san?" Tanya seorang pria tua yang dikenal Sakura sebagai kolega bisnis tunanganya.

"Ya, anda benar,"

"Kenapa tidak datang bersama?" Tanya pria tua itu, membuat suasana menjadi semakin tegang. Tapi tidak untuk dua orang disana. Sakura tersenyum dalam hati. Sedangkan perempuan yang menjadi sekretaris tunangannya hanya diam menunduk,dia puas dengan keadaan ini, tunangan brengseknya itu pasti malu, karena tidak datang bersamanya.

"Ya, karena kata Naruto-kun dia harus bersama sekretasrisnya. Dia berkata kalau sehabis pesta akan ada rapat, jadi dia membutukan sekretarisnya. Sedangkan aku, karena aku tidak tahu mau pergi dengan siapa. kebetulan Sasuke-kun juga di undang, jadilah kami pergi bersama. Apa ada yang salah, Tuan?" Tanya Sakura.

"Ah, biasanya pasangan itu selalu bersama. Kenapa kalian pergi sendiri-sendiri?"

"Mau bagaimana lagi, aku ingin pergi dengan Naruto-kun. Tapi dia malah ingin pergi dengan sekretarisnya, jadi aku putuskan untuk pergi dengan sahabatku saja,"

"Iya juga ya, hahaha,,,," pria tua itu hanaya tertawa hambar, ia baru sadar keadaan disini cukup aneh. Akhirnya dia memutuskan pergi dari sana. Lama mereka berempat terdiam, sampai akhirnya Naruto membuka suara.

"Sakura-chan, bisakah kita berbicara,"

"Tentu, bicaralah,"

"Maksudku kita berdua,"

Sakura melirik sasuke sekilas dan dibalas Sasuke dengan anggukan singkat. Tanpa berkata apapun Sakura melangkah menuju balkon, Naruto mengikuti sakura dengan pandangan sendu. Naruto sadar ada yang tidak beres dengan kelakuan tunangannya ini, tapi Naruto sendiri tidak tahu apa itu.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya sakura datar.

"Kenapa kau bisa datang bersama, uchiha-san?"

"Bukankah tadi sudah kujelaskan? Dia adalah sahabatku semasa SMA," jawab sakura ketus.

"Aku tidak tahu kau berteman dengannya,"

"Apa yang kau ketahui tentangku? Aku ragu kau tahu apa makanan kesukaanku," sindir sakura.

"Aku sadar aku salah, tapi bukan seperti ini, Sakura-chan. Banyak yang berpikir aneh tentang hubungan kita, kita sudah bertunangan tapi pergi bersama orang lain. Menurutmu apa yang ada dalam pikiran mereka?" Tanya Naruto berusaha menenangkan dirinya yang terbawa emosi.

"Lantas aku harus bagaimana? Datang sendiri, sementara tunanganku datang dengan wanita lain. Dan menikmati ditatap dengan pandangan kasihan oleh mereka semua? Tidak, terima kasih. Sebelum kau berkata seperti itu, pelajari dulu kelakuanmu!" ujar Sakura sinis, kemudian pergi meninggalkan naruto yang masih terpaku ditempatnya. Sakura menyeringai senang melihat naruto yang mulai waspada, "Setelah ini dia pasti akan mulai bergerak, dan aku akan langsung memutuskanya," batin sakura.

Naruto hanya bisa menatap punggung tunangannya dengan sendu. Dia sadar dirinya salah. Naruto kemudian mengambil telepon genggamnya dan menghubungi seseorang.

"Halo, Hidate. Aku ingin kau mencari tahu apa yang dilakukan tunanganku, Sakura. selidiki kagiatannya seminggu belakangan ini. Ya, langsung kirim laporannya padaku besok,"

"Aku tidak akan membiarkan dia merebutmu dariku, Sakura-chan. Aku tidak mau kehilanganmu sama seperti aku kehilangannya,"

Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Naruto memutuskan kembali kedalam. Tanpa naruto sadari ada sesorang yang mengawasi dan mendengar pembicaraannya tadi.

Orang itu langsung mengambil Handphone di dalam jasnya dan menghubungi seseorang.

"Bagaimana? dia sudah datang? Bagus. Permudah orang itu mencari informasi, setelah mereka mendapatkannya, segera habisi!" pria itu menyeringai kejam, "Saatnya menguasaimu, Cherry,"

Dan ketika dendam itu berkembang,

Iblislah yang menjadi penguasa hati

Naruto sedang sibuk mempelajari dokumen ditangannya, sampai terdengar suara ketukan pintu menghentikan kegiatannya, "masuk," perintahnya tanpa mengalihkan matanya dari dokumen ditanganya.

"Naruto-kun," panggil suara yang sangat dikenalnya. Suara pujaan hatinya. Naruto mendongakan kepalanya guna memastikan pendengarannya. Dan benar, berdirilah seorang gadis berambut pink yang tengah tersenyum manis. Naruto langsung bangkit dan memeluk erat sosok gadis berambut pink itu.

"Aku merindukanmu," ujar Naruto lirih.

Sasuke sedang duduk di ruang kerjanya dengan segelas wine ditangannya. Dia menyeringai melihat foto gadis berambut soft pink yang tersenyum manis dalam foto itu.

"Sebentar lagi, Cherry. Sebentar lagi kita kan bersatu, tidak ada lagi yang bisa melarang hubungan kita. Tidak kau, tidak juga dia," ujarnya sambil mengusap lembut foto itu.

Kringg kringg kringg

Sasuke menghentikan usapannya dan melihat telepon didepannya. Setelah mengumpat sekilas, karena merasa kegiatannya terganggu. Sasuke akhirnya memutuskan mengangkat telepon yang terus berdering itu.

"Halo," wajah sasuke langsung berbinar begitu mendengar informasi dari orang yang meneleponnya.

"Bagus, jalankan rencana itu malam ini. Buat sebersih mungkin, jangan sampai polisi tahu," Sasuke kembali menyeringai. Impiannya bersama pujaan hatinya akan tercapai, meskipun harus dengan cara kotor.

Tok tok tok

Suara pintu yang diketuk membuat sasuke langsung mematikan sambungan telepon itu, kemudian dia memerintahkan orang tersebut masuk. Sasuke langsung tersenyum begitu melihat orang yang masuk itu adalah gadisnya.

"Ada apa, Sasuke-kun? Kenapa tiba-tiba memanggilku?" Tanya gadis itu, sakura.

"Tidak ada apa-apa, hanya merindukanmu," jawab Sasuke sambil membimbing Sakura menuju sofa merah disudut ruang kerjanya.

"Padahal kita baru menghabiskan waktu bersama semalaman, dan sekarang kau sudah merindukanku. Apa kau sebegitu mencintaiku, ya?" Tanya sakura menggoda.

"Ya, aku sangat mencintaimu. Sampai-sampai aku bingung kalau tidak ada kau, Cherry," ujar Sasuke sambil memeluk erat Sakura.

"Hihihi,,, Sasuke-kun gombal," kikik Sakura.

"Cherry, malam ini menginaplah ditempatku,"

"Tapi,,,"

"Ayolah, aku merindukanmu," paksa Sasuke. Akhirnya Sakura hanya bisa mengangguk, dia merasa Sasuke sedikit aneh.

"Ayo!" ajak Sasuke sembari menarik tangan Sakura. mereka berjalan keluar gedung dan menuju tempat mobil Sasuke diparkir.

"Sasuke-kun, apa tidak apa-apa kau pulang cepat? Ini belum jam pulang kantor. Lagipula aku harus kembali," tiba-tiba Sakura teringat bahwa pekerjaanya belum selesai, dan dia bingung kenapa pria ini membawanya pulang.

"Tidak apa-apa. Aku memang berniat pulang, karena pekerjaanku sudah selesai. Tidak ada rapat yang harus kuhadiri. Tentang pekerjaanmu, kau tidak usah khawatir," jelas Sasuke sambil tetap menarik tangan Sakura menuju mobilnya.

"Tapi, hari ini ada rapat penting. Aku belum menyelesaikan laporanku," cemas Sakura teringat hari ini aka nada rapat dewan direksi perusahaan, dan laporan keuangan untuk bulan ini belum diselesaikannya.

"Tidak aka nada rapat apapun hari ini, Cherry. Tunanganmu itu akan sangat sibuk hari ini, atau mungkin seterusnya," ujar Sasuke misterius.

"Maksudmu?" Tanya Sakura bingung. Tapi Sasuke hanya tersenyum misterius, dia membukakan pintu penumpang dan memerintahkan Sakura untuk masuk. Sakura hanya bisa menurut. Kemudian Sasuke masuk dan menyalakan mobilnya.

"Maksudmu apa , sasuke-kun? Kenapa kau yakin tidak akan ada rapat hari ini di kantorku?" Tanya sakura lagi.

"Karena tunanganmu itu sedang sibuk dengan kekasihnya, cherry," jawab sasuke santai.

"Kekasihnya? Kekasihnya yang mana? Setahuku, walau dia ingin melakukan seks. Dia akan tetap mengedepankan perusahaanya,"

"Bukan sekretaris itu, tapi kekasihnya," tekan sasuke. Dan sakura hanya bisa terdiam. Bingung dengan perkataan pria ini, "Kekasihnya yang mana lagi? Ah, sudahlah. Besok juga aku pasti tahu," pikir sakura acuh.

Sesampainya mereka di apartmen Sasuke, Sasuke langsung menyerang Sakura. mereka bercinta lebih dari empat jam lamanya, hingga Sakura lemas dan tertidur lelap.

Sasuke duduk termenung diruang kerjanya, di apartmen miliknya, dia sedang menunggu informasi dari seseorang. Informasi yang akan mewujudkan mimpinya bersama dengan kekasih tercintanya.

Sasuke ingat awal mula hubungan ini. Dia memang sudah mencintai gadis itu sejak masa SMA dulu. Entah keberuntungan apa yang menghampirinya, dia bertemu kembali dengan gadisnya. Tapi, sasuke murka begitu mengetahui gadisnya sudah memiliki tunangan. Kemudian ia mulai mencari informasi mengenai tunangan gadisnya itu, dan informasi yang Sasuke dapatkan semakin membuatnya murka. Pria brengsek itu ternyata hanya mempermainkan perasaan gadisnya. Bukan, bukan sekretarisnya itu gadis yang dicintai pria brengsek itu. Melainkan sosok dari masa lalu pria itu, dan kini sosok itu telah kembali. Dia yakin, pria brengsek akan mencari cara apapun untuk memutuskan pertunangan mereka dan menyakiti hati gadisnya. Maka dari itu, sebelum mereka menyakiti hati gadisnya, ia sendiri yang akan menghancurkan mereka. Ya, mereka harus hancur.

Kringg kringg kringg

Suara telepon berdring menyentakan sasuke dari lamunanya. Dia langsung mengangkat telepon itu.

"Halo. Ya, benarkah? bagus, uangmu akan kutransfer malam ini. Tapi tidak ada saksi mata kan? Aku tidak mau kejadian ini sampai diketahui polisi," ujar sasuke pada orang diseberang sana.

Sasuke menutup teleponya dengan seringai kejam.

"Ughh,,," Sakura mengeliat merenggangkan badanya. Dia mengerjapkan matanya dan menoleh kekanan untuk melihat apakah Sasuke sudah bangun.

"Sudah bangun ternyata," gumamnya.

"Aww,,," Sakura menjerit lirih merasakan perih di daerah kewanitaanya. Dia mengerucutkan bibirnya kesal karena tidak bisa bangkit dari atas tempat tidur.

"Kau kenapa, Cherry?"

Sakura menoleh ke arah suara yang memanggilnya dan melotot kearah pemuda yang telah menyebabkan dirinya akan susah berjalan.

"Ini semua karenamu, Sasuke-kun," rajuknya.

"Maaf, tapi itu juga salahmu,"

"Maksudmu?"

"Itu karena kau terlalu menggoda," ujar sasuke dengan seringai seksinya.

Blusshhh

Wajah Sakura merona mendengar godaan pemuda itu, akhirnya dia berusaha bangkit dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang terasa lengket. Sakura berjalan tertatih karena ngilu di kewanitaanya.

"Jangan lama-lama, sarapan sudah siap," bisik Sasuke saat Sakura melewatinya.

"Baik," ujar Sakura dan berlari kedalam kamar mandi karena menggoda Sasuke dengan mengecup bibirnya, dan sukses membuat Sasuke ingin menangkapnya.

"Kau nakal, Cherry," kekeh Sasuke dan menuju ruang makan.

Sakura berjalan pelan berusaha menutupi cara berjalanya yang agak pincang, dia memandang bingung depan kantor perusahaanya dari seberang jalan yang dipenuhi karangan bunga. Dia menyipitkan matanya membaca karangan bunga itu.

Tubuh Sakura menegang membaca nama yang tertera dikarangan bunga itu, namanya dan nama tunangannya tertera disana.

"Bagaimana bisa?" gumamnya lirih.

"Pasti ada yang salah disini, jelas-jelas aku masih hidup," Sakura buru-buru menyetop taksi dan menuju rumahnya. Saat sampai didepan rumahnya, terlihat rumahnya sepi. Tapi banyak terdapat karangan bunga juga, akhirnya diputuskanya untuk kerumah tunanganya.

Sakura terduduk lemas di dalam taksi, air matanya mengalir deras. Dia melihat ibunya menangis keras didepan fotonya.

"Pasti ada yang salah," ujarnya terisak sambil mengelengkan kepalanya. Tiba-tiba Sakura teringat Sasuke.

"Ya, Sasuke-kun pasti tahu sesuatu," Sakura mengambil ponselnya dan menekan nomor pemuda itu.

"Sasuke-kun, kau tahu apa yang terjadi?" suara Sakura bergetar saat berbicara.

Selanjutnya tubuh Sakura semakin bergetar hebat, matanya membulat syok dan jantungan berdetak tidak karuan. Perkataan kekasih gelapnya sungguh mengguncang jiwanya. Dia tidak menyangka bahwa pemuda itu gila, ya, pemuda itu pshyco.

Masih terngiang-ngiang perkataan santai pemuda itu ditelinganya, seolah-olah apa yang dikatakannya hanya sebuah obrolan ringan.

"Tentu saja, Cherry. Bagaimana? kau suka? Aku telah membuatnya merasakan kesakitan yang teramat dalam. Ah, tidak. Tapi aku membuatnya tidak bisa merasakan apapun. Dengan kematiannya, tidak ada lagi yang bisa menghalangi hubungan kita, Cherry. Dia dan wanitanya itu akan membusuk dineraka, dan kita berdua akan bahagia selamaya,"

"Brengsek! Aku tidak mau lagi bersamanya, dia gila," maki Sakura.

"Tapi, dia pasti melakukan berbagai cara untuk mendapatkanku. Kalau dia bisa membunuh Naruto, bukan tidak mungkin dia kan membunuh siapa saja yang menghalanginya, termasuk kaa-san dan tou-san," tiba-tiba Sakura teringat kemungkinan terburuk kalau dia menolak pemuda sakit jiwa itu. Sekarang dia bingung harus bagaimana. Pilihanya hanya dua, membunuh atau kahilangan lagi.

Kalau dia tidak membunuh pemuda itu, dia akan kehilangan kedua orang tuanya. karena peraturan perjodohan itu adalah, Sakura harus menikah dengan satu dari dua Uzumaki, Naruto atau Menma. Sekarang, Naruto sudah tidak ada, maka dipastikan dia akan menikah dengan Menma.

"Lebih baik aku menikah dengan Menma dari pemuda pshyco itu," geram sakura. Dia menyuruh supir taksi menuju apartemen sasuke, dia akan menjalankan rencanya sekarang.

Tapi, ada satu hal yang kau lupakan sakura. Bukankah kau juga dianggap meninggal, eh?

TBC

Halo, zanah kembali dengan fanfiction baru \^0^/

Tapi ini gak bakal lama updetnya, sebenernya oneshoot

Cuman kepanjangan, makanya dibagi jadi dua :D

Kalau gak ada halangan

Lusa bakal zanah updet chapter duanya

Ini SAD ENDING, kalau kuat lanjut, kalau enggak jangan ngamuk ya

Akhir kata REVIEW NE ;)

Kalau bisa concritnya jangan lupa

Soal diksinya masih belum bagus, masih belajar soalnya

Bye-bye