Swapped

Disclaimer: All characters belongs to Matsui Yusei, cover belongs to nagisaprotectionsquad (tumblr) I only own this story

A/n futari belom. Pengganti belom. Mtamp juga belom. Tapi udah bikin cerita baru. Eh –he tenang ini two shoot doang ko

.

.

Duo jagoan dalam kelas E, yang sekarang sedang mempertaruhkan nyawa mereka dalam permainan survival mereka, untuk melawan seorang monster di depan mereka ini. Nyawa menjadi pertaruhannya bung. Nyawa!

Mereka berdua saling bertukar pandang. Mengisyaratkan kata-kata terakhir. Segala usaha mereka sudah tidak ada lagi gunanya sekarang. Monster itu telah menyudutkan mereka berdua! Bersiap untuk segala kemungkinan yang ada–

"Karma. Rio. Ini sudah keberapa kalinya kalian tidak mengerjakan tugas yang kuberikan."

–dari amukan Bitch-sensei

Kedua surai warna primer merah-kuning malah menunjukan sikap apatis pada guru mereka. Hoo ada yang menantang rupanya.

"Hoi! Kalian itu mendengarkanku tidak sih?"

"Maaf tidak sensei" balas mereka kompak dan datar.

Dahi guru bahasa inggris kelas E berkedut. Hawa-hawa negative –tunggu, kita ganti katanya menjadi hawa tidak menyenangkan mulai menguar mengelilingi seluruh kelas. Penghuni kelas E pada ketakutan, kecuali Okajima yang terpaku ke dada besar Bitch-sensei –yang kebetulan menggenakan pakaian yang lebih terbuka dari hari yang lain. Tobatlah bu, kiamat makin dekat.

Bitch-sensei menarik nafas panjang. Hawa yang tidak enak itu perlahan memudar. Perlahan.

"Untuk kalian berdua. Buat tulisan dengan bahasa inggris sepanjang sepuluh lembar." Dia memberi jeda, namun disalah sangka Rio sebagai 'selesai'. Maka dengan seenak jidatnya ia melayangkan pertanyaan.

"Temanya apa–"

Bitch-sensei memberikan 'senyuman' pada Rio. Gadis itu bergidik ngeri. "Ah, tadinya sih bebas. Tapi karena kau menyela ucapanku, maka temanya adalah; perang dunia II. Lagi pula jika tema sudah ditentukan akan lebih mudah untuk membuatnya 'kan?"

Memang lebih mudah! Tapi nggak begitu juga keleus. Begitulah jeritan murid kelas E. Kecuali mereka berdua yang memasang watados. Wajah tanpa dosa.

Lah. Siapa yang dihukum siapa yang jejeritan

"Baik sensei. akan kami kerjakan." Karma dan Rio hendak berbalik badan dan menuju kursi masing-masing. Namun suara Professor Bitch itu memanggil.

"Siapa bilang kalian mengerjakannya di dalam kelas? Kerjakan di luar. Sekarang." Ujarnya dengan senyuman yang –yah sekarang terlihat creepy. Dengan penekanan di kalimat; 'kerjakan di luar. Sekarang' sekali lagi sukses membuat semua murid E Kunugigaoka sulit menelan saliva mereka.

Lah. Siapa yang dihukum siapa yang jejeritan (2)

Duo prodigy kelas itu mengangguk, dan meninggalkan kelas lapuk mereka.

"Oh iya satu lagi!" Bitch-sensei melipat kedua tangannya dan melempar pandangan kepada punggung Karma-Rio. Mereka menoleh kebelakang.

"Mencari informasi seputar PD II dari internet tidak diperbolehkan. Satu kata-pun."

.

.

.

"YOI KARMA. IDE KITA BERHASIL! KITA BERHASIL MAS!"

"IYA DEK! KITA BERHASIL! BERHASIL! HORE!"

"WE DID IT"

"BERHASIL!"

Terlihat di hutan belakang sekolah, dua orang tadi yang diberi hukuman mat –mengerjakan tugas tambahan dari guru bahasa inggris mereka, kegirangan. Dibuktikan dengan jejeritan nista dan tepukan antar tangan –tos.

"Yaah, akhirnya bisa juga lolos dari Bitch-sensei ya," Karma berujuar dan merebahkan tubuhnya di rerumputan berhias daun-daun yang menguning.

Oh, rupanya mereka berdua berusaha lolos dari pelajaran Bitch-sensei. Walaupun mereka berada diluar kelas –padahal jam pelajaran masih berlangsung, ini bukan dihitung bolos loh. Jadi mereka aman kan?

"Ah iya. Idemu bagus, Karma." Rio berucap dan mengikuti Karma dengan rebahan di sisi pohon yang lain. Jadi kepala mereka hanya dihalangi oleh batang pohon maple besar. "Huwaa aku baru sadar kalau sekarang sudah memasuki bulan kedua musim gugur! Daun yang berjatuhan banyak juga ya,"

Karma memejamkan matanya. "Orang aho memang tak peka pada hal-hal kecil. Mereka baru merasakannya setelah terjadi bencana yang besar. Kau lah tipe yang seperti itu."

Rio bangun dan berteriak. "Hoi! Enak saja!" ia melepas jaket rajutnya dan menggulungnya menjadi bola. Lalu dilemparkannya secara kuat ke arah Karma yang sedang tiduran.

"Aduh," Karma mengambil jaket rajut Nakamura. "Yang kau lemparkan jaket. Tapi kenapa rasanya sedikit sa.. kit." Pemuda itu menemukan sebuah batu berukuran lumayan yang digulung di dalamnya. Karma speechless sesaat. Ia menoleh ke arah belakang untuk melihat Rio. Rupanya gadis itu sedang tiduran. Ia menyiritkan dahinya.

"Oi. Kau tak memakai jaketmu? Tidak kedinginan? Dan –hebat juga perempuan bisa tahan menggenakan jaket rajut setipis ini."

"Hah?" Rio bangkit. "Itu sudah lumayan tebal tau!"

"Geez." Karma melepaskan jaket dan menggulungnya. Ia terdiam sesaat, dan memasang wajah usil. "Yasudah nih, kukembalikan jaketmu."

"Oke terimaKASIH SAKIT." Sekarang malah Rio yang mengelus kepalanya. Dan mendapati gulungan jaket hitam Karma yang berisikan batu. "Lah, mana jaketku?"

Pemuda bersurai merah itu berbalik dan menghadap Rio.

"Ta- da, lihat. Ternyata jaket ini melar juga ya. Nih, muat kupakai."

Gadis beriris biru itu berusaha menahan tawanya. Karma terlihat lucu memakai jaket rajutnya.

"Pfft, tidak buruk juga Karma. Oke kalau begitu, jaketmu kupakai ya," Rio mengambil jaket Karma yang teronggok di rumput. "Waaa Karma jaketmu lebih hangat. Apa karena warna hitam ya? Warna hitam kan menyerap panas."

"Sepertinya bukan begitu juga," ucap Karma. "Itu karena milik murid pandai se-Kunugigaoka."

"Karma sejak kapan kau mulai narsis begitu sih" tanya Rio tidak niat. "Oh iya, kita belum mengerjakan tugasnya Bitch-sensei loh."

"Ah tugas ya." Karma kembali merebahkan badannya. "Nanti saja kita kerjakan."

"Ya terus apa yang akan kita lakukan?"

"Cari saja topik yang menarik,"

"Heeh," Rio mengerucutkan bibirnya seraya menatap langit yang sekarang berwarna sedikit jingga. "Nee, Karma. Lihat deh warna langitnya. Jingga begitu. Jadi ingat Asano-kun ya."

Karma menatap langit. Tak lama ia memejamkan matanya. "jangan ucapkan namanya. Nanti dia datang. Lagi pula, kenapa dengan melihat langit kau malah ingat Asano? Kangen?"

"HIIIH. Ya nggak lah, Kar," ujarnya. "Lagipula memangnya Asano-kun hantu bisa datang kapan saja?"

"Aku menganggap ia hantu."

"Lupakan. Kita cari topik lain." Rio mengalah. "Ngomong, ngomong, tadi Bitch-sensei sangat menyeramkan ya. Tadi aku sedikit takut sih, melihatnya. Tapi untung sekali bisa kututupi dengan akting-ku. Hohoho."

"Masih cemen ah. Ngomong-ngomong akting, Suda Masaki[1] paling keren."

"Suda Masaki? Suda Masa –OH SUDA! Aku tahu. Keren juga sih. Menurutku, kau mirip dengan Suda Masaki loh, Karma!" ujar Rio girang.

Karma nyengir. "Tentu saja," ia menepuk-nepukan dadanya. "Dia kakak-ku."

"Cih," lawan bicarannya mendecih. "Kalau kakak, Taketomi Seika[2], itu kakak-ku,"

"Oh! Taketomi Seika! Aku juga mengenalnya. Aksen untuk bahasa inggrisnya bagus ya, seperti bukan orang Jepang."

Rio menepuk dadanya bangga. "Tentu, dia 'kan kakakku."

Karma dan Rio tertawa kecil. "Akhir-akhir ini, kita terlalu banyak mengkhayal ya,"

"Hah? Oh ya? Akhir-akhir ini kita hanya menirukan gaya membunuh titan, bermain basket dengan meteor jam, ignite pass kai, berpura-pura berada di dalam virtual game, dan ber-kamehameha kok. Itu tidak banyak Karma."

Karma bangun dan tersenyum miris. Ia menyentil dahi Rio.

"Iya kau benar. Khayalan kita minggu ini masih sedikit,"

Ah tau ah

1 of 2 end!

.

.

[1] dan [2] mereka pemeran Akabane Karma dan Nakamura Rio di live action. Rio-nya cakep beud. Tapi, kalo nyanee suruh milih diantara Karma/Nagisa, nyanee pilih Nagi deh. Aktornya Nagi ngga nahan.

Pft. Gaada kerjaan jadinya nulis random dah. Boleh diminta reviewnya?