Hope you like this fiction :)
"Menulis lagi?" Tanya Baekhyun.
"Hm." Yang dibalas gumaman singkat oleh Sehun.
"Cerpen? Novel?" Tanya Baekhyun lagi. Kali ini sambil membereskan barang-barangnya yang ada di meja.
"Essai."
Baekhyun menghentikan aktifitasnya. "Tidak biasanya kamu menulis sesuatu yang kelihatannya pintar begitu." Baekhyun bahkan tidak mencoba menyembunyikan muka bingungnya.
"Ini salah satu syarat agar aku di terima di kantor penerbit itu." Sehun menjawab malas. Dia ikut membereskan barang-barangnya yang berserakan di meja. Bisa diteruskan besok, pikirnya.
Mereka berjalan bersisian keluar dari perpustakaan. "Untuk magang saja sampai sebegininya, kamu benar-benar ingin jadi penulis ya?"
Sehun menghela nafas. "Tidak harus jadi penulis sebenarnya, aku hanya ingin jadi bagian dalam pembuatan suatu buku."
Baekhyun menahan tawa, "Kalau begitu kamu cukup menemani penulisnya saja, menyediakan makanan untuknya dan memastikan dia menulis. Nah secara tidak langsung kamu sudah menjadi bagian terbentuknya suatu buku kan?"
"Terserah." Jawab Sehun malas. "Aku mau membeli makan malam dulu. Kamu duluan saja."
"See you when I see you, Sehun." Baekhyun berkata lalu berjalan ke arah yang berlawanan dengan Sehun.
Sehun mahasiswa jurusan sastra semester 6, saat ini sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk magang di kantor penerbit yang sangat diimpikannya. Kenapa Sehun ingin sekali bekerja di kantor penerbitan? Sehun suka sekali menulis, dulu dia selalu memenangkan lomba yang diikutinya. Tapi itu semua sebelum ibunya meninggal lima tahun lalu. Setelah ibunya meninggal, Sehun seperti kehilangan inspirasi utamanya untuk menulis. Dia sudah tidak pernah memenangkan lomba apa pun lagi setelah itu, jadi juara harapan pun tidak. Tapi Sehun tidak ingin menyerah pada mimpinya, makanya dia masuk jurusan sastra. Setidaknya kalau tidak bisa menulis novel atau cerpen seperti dulu, Sehun bisa menulis sesuatu yang lebih pintar seperti kata Baekhyun, essai atau jurnal mungkin, yang penting kan menulis.
Sehun bukan orang yang pandai mengungkapkan apa yang dirasakannya dan Ibu Sehun paham sekali akan hal itu. Jadi biasanya Ibu Sehun akan memberikan Sehun secarik kertas dan alat tulis seperti pulpen atau pensil. "Kalau sulit diucapkan, tulis saja semuanya di kertas lalu baca ulang. Kadang kamu tidak tahu apa yang kamu rasakan sampai kamu menulisnya lalu memahaminya dengan membaca." Makanya Sehun selalu menulis. Dulu melalui menulis Sehun mengungkapkan bagaimana rasa sayangnya terhadap Ibunya, sampai rasa sedihnya saat ibunya meninggal. Setelah itu Sehun sudah tidak bisa menulis cerita fiksi lagi.
"Oh Sehun!" Panggil Baekhyun.
Sehun menengok ke arah suara dan melambaikan tangannya sementara Baekhyun berlari menghampiri Sehun. "Aku sudah dengar beritanya." Kata Baekhyun semangat. Tapi Sehun tidak memberikan respon yang berarti, jadi Baekhyun memeluk Sehun singkat, "Selamat ya! Akhirnya kamu diterima magang disana."
Sehun mengangguk paham, "Well, kan ini juga berkat kamu yang mau menemaniku mencari bahan di perpustakaan." Mereka meneruskan jalan menuju halte dekat kampus untuk pulang ke rumah masing-masing. Well, rumah untuk Baekhyun dan flat untuk Sehun. Karena Sehun memutuskan untuk tinggal sendiri sejak masuk kuliah.
"Jadi kapan kamu mulai magang?" Mereka masih menunggu bis yang akan mereka naiki.
"Kita baru selesai UAS minggu depan, jadi sepertinya dua minggu lagi aku baru mulai, lagi pula aku harus mengurus surat dari fakultas dan izin dari dosen pembimbingku dulu."
Baekhyun mengangguk paham, "Bisku sudah datang, aku duluan ya Sehun. Jangan lupa kabari aku bagaimana rasanya magang disana. Bye Sehun!"
Sehun pun membalas lambaian tangan Baekhyun. Sehun selalu heran bagaimana Baekhyun bisa selalu terlihat ceria seperti itu, bukannya kuliah di jurusan ilmu pasti lebih besar ya tekanannya?
Sampai flatnya Sehun tidak langsung belajar untuk ujian besok dan malah membaca series favoritnya, The Bad Beginning yang ditulis oleh Lemony Snicket. Sehun selalu membacanya jika dia sedang ingin menghibur dirinya sendiri, buat Sehun daripada pergi keluar dan menghabiskan uang dengan belanja atau makan makanan mahal, Sehun lebih memilih untuk duduk di tempat tidurnya sambil membaca buku atau series favoritnya, ditambah cokelat hangat kalau cuaca sedang dingin dan air lemon dingin kalau cuaca sedang panas. Bahagia itu sederhana.
Jadi kenapa Sehun butuh menghibur dirinya sendiri? Sehun cemas sebenarnya tentang kegiatan magang yang akan dijalaninya. Dia takut mengecewakan orang yang sudah menerimanya, Sehun takut bekerjanya nanti tidak benar disana atau dianggap orang tidak menyenangkan karena tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
Sehun itu suka sekali mengkhawatirkan hal-hal yang akan terjadi. Ini menjadi sifat jeleknya dari kecil. Dulu ibunya selalu bilang kalau semuanya akan baik-baik saja dan Sehun percaya itu. Tapi sekarang dia butuh meyakinkan dirinya sendiri kalau semuanya baik-baik saja kan?
Kantor penerbit itu hanya 15 menit dengan jalan kaki dari flatnya. Jadi Sehun berangkat 30 menit lebih awal dari jam masuknya. Hari ini Sehun memakai kemeja biru muda terbaiknya yang dipadukan dengan sweater tanpa lengan berwarna abu-abu. Sehun memotong rambutnya kemarin untuk memastikan rambutnya lebih rapih dan mukanya lebih terlihat.
Sehun sampai di kantor penerbitan lima menit sebelum jam masuknya. Sehun sengaja berjalan pelan agar tidak berkeringat dan merusak tatanan rambutnya. Sehun langsung bertanya pada resepsionis yang entah dapat kekuatan dari mana untuk tersenyum selebar itu di pagi hari begini. Resepsionis tersebut langsung menyuruh Sehun ke lantai 4, bagian percetakan, bagian Sehun akan menghabiskan 3 bulannya ke depan. Sehun langsung menaiki lift yang membawanya ke lantai 4.
"Tahan pintunya!" Kata laki-laki dengan kaos putih yang membuat Sehun reflek menahan pintu lift dengan tangannya, padahal dia bisa saja memencet tombol di samping pintu lift kan?
Lelaki itu memasuki lift sambil mengatur nafasnya, "Terima kasih ya." Katanya setelah berhasil mengatur nafasnya dan berdiri tegak, "Sepertinya aku baru melihatmu, anak baru?"
Sehun menggelengkan kepalanya, " Saya Oh Sehun, anak magang di bagian percetakan, baru masuk hari ini." Sehun berkata gugup.
"Santai saja lah. Aku Suho." Katanya sambil mengulurkan tangannya yang langsung dijabat Sehun. "Aku kepala editor disini. Aku bekerja juga di lantai 4. Sama seperti bagian percetakan."
Sehun hanya mengangguk bingung, "Bagaimana kalau kamu magang didivisiku saja? Sepertinya tidak banyak yang bisa dilakukan di bagian percetakan untuk mahasiswa sepertimu." Sehun bingung harus menjawab apa, "Biar aku yang bantu bicara dengan Jongdae nanti. Tenang saja."
Sehun hanya mengangguk pasrah saat dia ditarik Suho keluar lift untuk memasuki ruangan yang lebih besar di sebelah kanan pintu lift.
"Jongdae!" Panggil Suho pada seseorang yang baru saja akan meminum kopinya.
"Apa?!" Bentaknya sebal.
"Woaah easy buddy, aku bawa anak magang nih." Kata Suho, "Sehun ini Jongdae, dan Jongdae ini Sehun." Jongdae menjabat tangan Sehun tanpa senyum sedikit pun.
"Apa maumu sebenarnya? Membawa anak magang dan mengenalkanku padanya bukan kamu sekali." Kata Jongdae terdengar jengah.
"Nah itu, boleh tidak kalau dia pindah ke divisiku saja? Kamu tahu kan divisiku sedang sibuk-sibuknya?"
Jongdae terlihat berpikir, "Yasudah bawa saja, tapi aku akan memintanya kembali kalau divisiku sibuk ya." Kata Jongdae tajam.
"Yaah kan divisimu sibuknya setelah divisiku selesai, jadi semangat saja untuk Sehun."
"Hmm Jongin bagaimana?" Tanya Jongdae lagi.
"Nah itu, sebenarnya aku ingin menggunakan bantuan anak magang ini, siapa tahu Jongin bisa keluar dari sarangnya kalau yang datang bukan Chanyeol."
Jongdae terlihat mengangguk, "Sudah sana! Suruh Jongin cepat selesaikan naskahnya!"
Dengan itu Suho menarik Sehun keluar ruangan itu dan masuk ke ruangan yang tidak kalah besar yang ada di sebelah kiri pintu lift. Berbeda dengan ruangan sebelumnya, ruangan ini terlihat lebih apa ya rasanya? Ehm suram mungkin, pekerjanya terlihat mempunyai kantung mata yang tebal.
"Selamat pagi semuanya!" Kata Suho. Yang hanya dibalas dengan lirikan oleh pekerjanya. "Semangat dong! Masih pagi nih!" Kata Suho mencoba meningkatkan semangat pekerjanya.
"Kamu kan tidak begadang boss, jelas saja bisa semangat seperti itu." Kata seorang karyawannya yang baru kembali dari membuat kopi.
Suho hanya berdehem untuk menetralkan suaranya, "Kita kedatangan anak magang, namanya Oh Sehun. Kalian boleh minta tolong tapi tidak diperbudak. Ajari dia bagaimana jadi editor yang baik juga." Karena tidak ada yang menanggapi Suho jadi bingung sendiri, "Chanyeol!" Panggilnya.
"Ya boss?"
"Ke ruanganku." Kata Suho. "Sehun juga ikut ya." Sehun hanya mengangguk dan mengekor dibelakang Suho.
Begitu masuk keruangannya Suho langsung duduk di kursinya lalu mempersilahkan Sehun dan orang yang dipanggil Chanyeol tadi untuk duduk bersebrangan dengan tempat duduknya.
"Jadi Sehun ini Chanyeol, dan Chanyeol ini Sehun. Seperti yang ku bilang tadi Sehun magang di perusahaan kita, dan Chanyeol ini salah satu editorku Sehun. Chanyeol ini editor untuk Kim Jongin."
Sehun mengangguk paham, Kim Jongin adalah salah satu penulis kisah detektif yang bukunya selalu Sehun beli karena, entahlah Sehun suka saja. Dia membaca semua jenis buku, tapi hanya sedikit buku kisah detektif yang dikoleksinya. Dia hanya punya buku Edgar Allan Poe dan Kim Jongin untuk kisah detektif.
"Jongin masih belum bisa menyelesaikan naskahnya?" Tanya Suho pada Chanyeol.
"Belum. Pengasuh Taeoh masih sakit, Ibu Jongin juga sedang membantu kakaknya yang baru saja melahirkan anak kedua. Jadi Jongin tidak bisa meninggalkan Taeoh."
"Kamu tidak coba.."
"Taeoh takut padaku." Chanyeol memotong omongan Suho.
"Yasudah coba ke sana lagi, ajak Sehun juga."
"Kenapa harus ajak Sehun?" Chanyeol kelihatannya sama bingungnya dengan Sehun.
"Siapa tahu Taeoh tidak takut pada Sehun kan?" Setelah Suho bicara begitu entah kenapa wajah Chanyeol jadi terlihat cerah.
"Nah ayo Sehun!" Chanyeol berkata dengan semangat.
Melihat Chanyeol yang bersemangat membuat Sehun jadi semangat juga, "Ayo hyung!" Sehun ikut berdiri, "Suho hyung aku pergi dulu." Kata Sehun lagi.
Sehun mengikuti Chanyeol yang berjalan dengan semangatnya, "Jongin itu punya anak berumur tiga tahun bernama Taeoh. Nah biasanya kalau Jongin sedang menulis Taeoh akan bersama pengasuhnya, tapi sudah tiga hari ini pengasuh Taeoh sakit, jadi lah Jongin yang harus mengurusi Taeoh."
"Kita tidak membawa apa-apa untuk mengunjungi mereka hyung?" Tanya Sehun.
"Tidak usahlah, Jongin kan sudah punya semuanya." Kata Chanyeol yang membuat Sehun tertawa pelan karena candaanya.
Mereka memasuki mobil Chanyeol dan Chanyeol mulai menyetir. "Kenapa kamu memilih untuk magang di kantor penerbit?" Tanya Chanyeol.
"Aku sangat ingin terlibat dalam proses terciptanya suatu buku hyung." Jawab Sehun semangat. Mungkin berada di dekat Chanyeol dapat memberikan pengaruh positif untuk Sehun.
"Bercita-cita jadi editor? Atau penulis mungkin?"
"Inginnya menulis, tapi aku masih mencari karakterku sendiri hyung. Aku juga ingin jadi editor, jadi editor juga susah kan kalau tidak sepaham dengan penulis?" Sehun sangat antusias karena bisa bertanya banyak pada Chanyeol.
"Yaah kalau penulisnya seperti Jongin yang susah diatur, suka melanggar deadline, moody, jadi editor itu bisa terasa susah." Terdengar nada bercanda di suaranya jadi Sehun tertawa.
"Oh iya, apa Jongin hyung tidak keberatan kalau hyung membawa orang asing ke rumahnya?" Sehun mulai mencemaskan apa yang belum terjadi.
"Bilang saja disuruh Suho hyung. Semoody-moodynya Jongin, dia tidak akan tega mengusir kita." Chanyeol membelokkan mobil ke sebuah gedung apartment dan memarkirkan mobilnya.
"Apartment Jongin ada di lantai paling atas." Kata Chanyeol. Sehun mengangguk dan kembali mengekor Chanyeol. "Tidak usah gugup begitu." Chanyeol sepertinya dapat merasakan kegugupan Sehun yang sedari tadi berusaha mengatur nafasnya.
Sehun hanya tersenyum kecil, sedangkan otaknya tidak bisa berhenti membayangkan kalau salah satu penulis favoritnya mengusirnya nanti.
Lift sampai di lantai paling tinggi, Sehun mengikuti Chanyeol yang berjalan ke pintu paling pojok yang berada di sebelah kanan gedung. Chanyeol sudah memencet belnya, pintu dibuka setelah Chanyeol dua kali memencet bel.
"Masuklah." Terlihat pria yang berada di awal umur 30-an sedang menggendong seorang anak laki-laki. Sepertinya mereka sedang bermain saat mereka datang.
Sampai tahap ini Sehun masih mengekor Chanyeol, sampai duduk pun Sehun tidak mau terlalu jauh dari Chanyeol. "Ini Sehun, anak magang di divisi kita, baru masuk hari ini." Chanyeol berkata.
Sehun terlihat membungkukan badannya sedikit.
"Taeoh benar-benar tidak bisa ditinggal." Kata Jongin singkat.
"Ayah ayo main lagi." Terdengar suara pelan dari gendongan Jongin.
"Sebentar ya sayang, ada teman Ayah dulu." Kata Jongin sabar.
"Hai." Sehun memberanikan dirinya berdiri dan duduk di samping Jongin. "Aku Sehun, teman ayahmu. Senang bisa bertemu denganmu." Sehun mengulurkan tangannya dan Taeoh dengan ragu meraih tangan Sehun. "Dan siapa namamu?"
Tapi Taeoh malah menyebunyikan wajahnya di leher Jongin, malu. Jadi Jongin yang menjawab. "Taeoh. Pengasuhnya sakit, jadi dia hanya bisa bermain denganku." Kata Jongin.
Sehun menggangguk mengerti. "Kalau bermain denganku saja mau tidak Taeoh? Aku ada beberapa game menarik di laptop. Jadi Ayah bisa bekerja dulu sebentar selama kamu main sama aku."
Jongin kagum pada Sehun, tidak banyak laki-laki yang tahan dengan anak kecil kan?
"Bagaimana Tae?" Tanya Jongin pelan, "Kamu bisa jadi anak baik dan bermain dengan Sehun kan? Ayah harus bekerja." Kata Jongin lagi.
Taeoh memainkan boneka beruangnya, terlihat seperti mempertimbangkan sesuatu. Dan Sehun belum menyerah, "Kamu suka main apa Taeoh?" Sehun sengaja menyebutkan nama Taeoh agar Taeoh menjawab. "Aku punya beberapa game balap, atau game balok yang bisa kamu mainkan dengan.."
"Angry birds?" Taeoh bertanya penuh harap. Muka Sehun pun ikut cerah karenanya.
"Aku punya Angry birds di ponselku." Kata Sehun, "Bisakah kamu tunjukan cara memainkannya padaku? Jadi nanti setelah Ayah selesai bekerja kita bisa mengajari Ayah, bagaimana?"
Taeoh mengangguk, sementara Jongin bernafas lega karena tidak sadar sedari tadi menahan nafasnya saat menunggu jawaban Taeoh. "Lovely!" Kata Sehun sangat antusias.
Taeoh berpindah ke gendongan Sehun, "Semua keperluan Taeoh ada di ruang bermainnya, kalian bisa bermain dengan nyaman disana." Kata Jongin.
"Yeaay ayo kita main Tae!" Sehun membuat Taeoh tertawa.
"Lumayan juga anak magang itu." Kata Jongin setelah Sehun dan Taeoh menghilang ke ruang bermain Taeoh.
"Nah tidak sia-sia aku membawanya kemari. Ayo kita selesaikan naskahmu." Kata Chanyeol.
"Oh tidak bisakah aku beristirahat sebentar? Tiga hari ini aku sudah mengurus Taeoh." Kata Jongin sambil menyandarkan badannya pada sofa dan memejamkan matanya.
"Coba saja kalau berani Kim! Kamu kan tidak tahu rasanya diteriaki Jongdae karena naskahmu belum selesai." Chanyeol berkata sebal.
Jongin mengerang, "Aku mengurus Taeoh disiang hari dan menulis dimalam hari, sekarang Taeoh sudah mau bermain dengan orang lain, tidak bisakah aku mendapat sedikit ketenangan?" Geramnya.
Mata Chanyeol langsung berbinar, "Jadi naskahnya sudah selesai?" Bisik Chanyeol, yaah walau pun tidak bisa menyembunyikan semangatnya. Jongin hanya mengangguk. "Boleh kuambil naskahnya?"
Masih dengan mata tertutup Jongin menjawab, "Ada di desktopku, belum ku print. Help yourself, yes? Laptopku ada di ruang kerja."
"Yes sir!" Dengan cepat Chanyeol langsung menuju ke ruang kerja Jongin.
Akhirnya Jongin bisa merasakan ketenangan. Rasanya sudah lama dia tidak merasakan nikmatnya terlelap. Sampai lagi-lagi Chanyeol mengganggunya.
"Jongin aku tahu kamu benar-benar lelah, tapi kita harus menyelesaikan ini selagi Taeoh bermain dengan Sehun." Yang lagi-lagi dibalas erangan oleh Jongin. "Cuma sedikit kok, sebentar saja." Kata Chanyeol lagi."
"Spit it out." Kata Jongin malas.
"Sebenarnya ini sudah menjadi masalah kita sejak lama. Aku tahu kemampuan mendeskripsikan baumu," Chanyeol memberi jeda. "agak berkurang." Jongin membuka matanya.
"Iya aku tahu. Tapi bagian itu sangat penting, bau menjadi salah satu petunjuk yang mengarah ke pelakunya." Kata Jongin.
"Jadi bisa tolong diperbaiki deskripsi tentang bau di chapter terakhir ini? Aku tidak akan menganggu akhir ceritanya karena ini sudah sangat baik sekali, terima kasih sudah meringankan pekerjaanku. Tapi hanya bagian baunya saja, bisa tolong diperbaiki?"
Jongin mengangguk, "Sebentar aku lihat Taeoh dulu. Ini sudah waktunya dia tidur siang."
Chanyeol hanya mengangguk senang, tidak biasanya Jongin jadi sepenurut ini kan?
Jongin berjalan menuju ruang bermain Taeoh. Di dalamnya Taeoh sedang duduk dengan nyaman di pangkuan Sehun. Keduanya memegang ponsel Sehun sambil menggerakan tangannya pada layar ponsel, mungkin melempar burung untuk menghancurkan babi berwarna hijau itu, bukan permainan yang akan Jongin sukai kalau bukan karena Taeoh. Sehun mengangkat tangannya dan bersorak senang, sepertinya tidak sadar kalau sedang diperhatikan, "Bagus sekali Tae! Top score!"
"Top score!" Kata Taeoh tidak kalah semangat sambil bertepuk tangan.
Setelah tiga hari tanpa tidur, melihat Taeoh senang seperti ini membuat Jongin merasa lega. Melihat bagaimana malaikat kecilnya diperlakukan dengan baik, dengan sangat hati-hati seperti Jongin memperlakukannya. Dari awal Jongin memutuskan untuk mempunyai Taeoh dengan istrinya dia tidak pernah menyesal. Ada kalanya Taeoh akan sangat rewel akan hal-hal yang kecil, tapi saat-saat begini Taeoh benar-benar menjadi obat stressnya.
"Waah kelihatannya Taeoh menjadi anak baik ya?" Akhirnya dia berkata karena menyadari tidak sopan memandangi orang diam-diam.
"Ayah!" Kata Taeoh senang, langsung berdiri dan lari ke pelukan Jongin.
Sehun kagum melihat Jongin bisa sangat berbeda saat berbicara dengan orang lain dengan saat berbicara dengan Taeoh.
"Apa pekerjaannya sudah selesai?" Sehun memberanikan diri bertanya.
Jongin menggeleng, "Belum. Tapi ini sudah waktunya untuk Taeoh tidur siang."
"Ayaaah, aku masih ingin bermain dengan Sehun." Rengek Taeoh.
"Tidak bisa, Sehun juga harus bekerja dan Taeoh harus tidur." Kata Jongin tegas namun lembut.
"Bagaimana kalau aku membacakan dongeng untumu Tae? Kamu menjadi anak baik dengan tidur siang sementara aku akan bekerja selama kamu tidur. Nanti kita bermain lagi saat kamu sudah bangun, bagaimana?" Tawar Sehun.
"Sehun tidak tidur siang juga?" Tanya Taeoh.
"Tidak, aku kan harus kerja." Sehun mengambil Taeoh dari gendongan Jongin. "Jadi Taeoh mau dibacakan dongeng apa?" Kata Sehun sambil membawa Taeoh ke kamarnya.
Jongin menghembuskan nafas lega dan kembali menemui Chanyeol.
"Mengenai bau parfume pelakunya, aku bingung, white musk, red musk, mungkin vanilla aku tidak bisa membedakannya Chan." Kata Jongin setelah duduk lagi.
"Ada contohnya tidak?" Tanya Chanyeol.
Jongin mengambil kertas kecil yang ada di laci meja ruang tamunya lalu menyerahkan pada Chanyeol. "Kamu membayangkan bau pelakunya dari sample parfume yang diberikan di mall?" Chanyeol terlihat tidak percaya sekaligus kesal.
"Idenya keluar begitu saja saat aku mencium baunya, tapi kan aku tidak bisa mendeskripsikannya dengan baik." Kata Jongin pelan, "Jadi ya kutulis begitu saja, baunya manis dan segar."
Chanyeol baru akan membalas perkataannya saat mereka melihat Sehun keluar dari kamar Taeoh. "Taeoh sudah tidur?" Tanya Jongin.
"Iya, dia minta diceritakan tentang beruang. Aku mengarang cerita sendiri tadi. Semoga tidak mempengaruhi mimpinya."
Jongin tertawa, membuat Chanyeol langsung mengalihkan perhatiaannya pada Jongin. Jarang sekali melihat Jongin tertawa kalau bukan bersama Taeoh.
"Yang dipikirannya hanya beruang dan angry birds, mungkin sekarang dia sedang bermimpi main angry birds dengan ibu beruang." Kata Jongin, membuat Sehun tertawa juga.
"Oh iya Sehun, bisa membantu kami?" Tanya Chanyeol, tidak ingin terhanyut dengan anehnya mood Jongin.
"Bantuan apa hyung?" Tanya Sehun sambil duduk bersebrangan dengan Chanyeol dan Jongin.
Chanyeol menyerahkan kertas yang diberikan Jongin tadi pada Sehun, "Tolong deksripsikan baunya."
Sehun mengambil kertas itu dan mencoba membauinya, "Ini hanya tinggal base notesnya saja, campuran antara vanilla dan sandalwood." Kata Sehun. "Sepertinya dia menggunakan berry untuk middle notesnya, karena manisnya bukan cuma manis vanilla saja."
"Waah kamu sangat paham mengenai parfume ya?" Kata Chanyeol.
"Dulu ibuku suka sekali membuat parfume, makanya aku paham sedikit mengenai parfume." Kata Sehun senang mengingat kembali tentang ibunya.
Ponsel Chanyeol berdering, "Waah Suho hyung menelpon, sebentar ya. Aku angkat telpon dulu." Chanyeol lalu berjalan ke balkon.
"Boleh aku tahu bagaimana kamu mendeskripsikan bau darah?" Tanya Jongin tiba-tiba.
Sehun bingung, darah bukan sesuatu yang biasa di bauinya, bukan berarti tidak pernah juga sih. "Darah ya? Bau besi yang segar jika itu darah baru dan akan menjadi amis seiring dengan lamanya darah itu terpapar oksigen."
"Kamu menyebut bau darah itu bau besi segar?" Jongin mendengus tidak percaya.
Sehun panik, dia salah ucap ya? "Jadi salah ya?" Tanya Sehun.
"Tidak." Kata Jongin singkat. "Aku tidak bisa mendeskripsikan bau sebaik kamu."
"Aku harus kembali ke kantor dan mengedit naskahmu." Kata Chanyeol saat kembali masuk ke ruangan. "Ayo Sehun kita kembali ke kantor." Ajak Chanyeol.
Sehun terlihat ragu, "Tapi aku janji bermain dengan Taeoh setelah dia terbangun nanti." Kata Sehun.
"Aku akan menjelaskan padanya nanti. Kamu bisa kembali ke kantor." Kata Jongin.
Sehun masih terlihat ragu walaupun akhirnya beranjak juga, "Terima kasih hyung sudah menerimaku disini." Kata Sehun sambil membungkukan badannya.
"Aku yang berterima kasih, tidak biasanya Taeoh sesenang tadi." Kata Jongin.
Sehun dan Chanyeol berjalan bersisian menuju lift. "Waah kalau ada kamu Jongin bisa tenang menyelesaikan naskahnya tanpa harus mengkhawatirkan Taeoh." Kata Chanyeol.
Entah kenapa Sehun juga merasa senang mendengarnya. Hari Sehun setelah itu berjalan dengan sangat baik sampai dia kembali ke flatnya. Sehun pun tertidur setelah menulis cerita tentang ibu beruang. Cerita pertamanya setelah sekian lama tidak menulis lagi.
How is it?
