Naruto © Masashi Kishimoto
.
Warning : AU, OOC, typo(s), etc.
.
T
Friendship – Hurt/Comfort
.
"Sang bidadari."
Naruto menggumam saat membaca tulisan yang tertera di kertas sketsa Sai. Sedetik kemudian tawanya lepas.
"Sai, kau tidak bercanda kan? Kukira kau bukan orang yang romantis."
Sai melirik tidak suka. Ia cepat-cepat menutup bukunya. "Ada masalah?"
Naruto tersenyum lebar. "Tidak, tidak, aku tidak bermaksud mengejekmu. Kau tidak pernah memberi judul pada gambarmu, ini aneh."
Sai tidak menjawabnya. Bahkan dirinya juga merasakan hal yang sama. Dari banyak hal yang sudah ia gambar, hanya satu objek yang selalu memiliki judul. Potret seorang gadis pirang dengan mata biru yang menawan.
Yamanaka Ino, namanya. Naruto yang memberitahu Sai, pemuda itu juga yang membeberkan banyak hal tentang gadis itu pada Sai. Sai mengenal Ino dari mulut Naruto. Termasuk siapa sebenarnya dia, seorang model ternama.
"Jadi, kau masih menyukai Ino-chan ini, Sai?"
Sai tidak bicara. Naruto tahu benar apa jawabannya.
"Kuberitahu, kisah cintamu itu tidak mungkin terwujud. Lihat siapa dirimu, hanya seorang pelukis jalanan yang buta warna. Aku tidak merendahkanmu, tapi ini kenyataannya. Ino-chan itu bintang yang tidak bisa kau gapai."
"Aku tahu. Makanya aku selalu memperhatikannya selama ini. Tapi..."
"Memandanginya tidak membuatmu puas. Benar, kan?"
Sai mengangguk. "Seandainya bintang itu jatuh suatu hari nanti, aku pasti akan jadi orang yang mengambilnya."
Naruto mengedikkan bahu. Ia menatap Sai horor. "Kau mengerikan Sai. Apa kau berharap pujaan hatimu bermasalah dalam pekerjaannya?"
"Bodoh. Bukan itu yang kumaksud," tepis Sai. "Kalau saja ada kesempatan aku bisa meraih bintang itu, tidak masalah meski aku tidak pantas, aku akan berusaha mendapatkannya."
Naruto mengangguk-angguk. "Aku paham. Tidak menyerah itu bagus, tapi sadar diri juga diperlukan."
Sai berdiri dari duduknya di anak tangga stasiun. Ia menepuk-nepuk belakang celananya untuk membersihkan debu yang mungkin saja melekat. Sai membenahi tas selempangnya yang lusuh.
"Katakan itu pada dirimu sendiri, Naruto. Aku tidak ingin dengar nasihat dari orang yang tidak berhenti mengejar kekasih orang lain. Dokter Sakura tidak mungkin melirik pengamen jalanan sepertimu, lagi pula dia sudah memiliki kekasih seorang pengusaha. Dia bahkan tidak menganggapmu sebagai seekor serangga."
"Oi, Sai! Kau keterlaluan, kau membalasku berkali-kali lipat lebih kejam!"
Naruto ikut berdiri. Ia berlari mengejar pemuda berkulit pucat tersebut. Ia memukul rusuk Sai main-main. Mereka tertawa bersama.
.
.
.
"Menyedihkan sekali."
Sai tidak menggubris apa yang dikatakan Naruto. Ia tidak akan terpengaruh.
"Hebat juga Ino-chan ini, bahkan sudah membintangi iklan. Aku tidak terkejut kalau sebentar lagi dia menjadi pemain film."
"Naruto, ayo pulang," ajak Sai.
"Ini baru jam sembilan malam. Kau tidak ingin menonton iklannya Ino-chan lagi?" tanya Naruto heran.
"Aku sudah menonton berkali-kali sebelum kau datang. Aku lapar, ayo pulang."
"Kalau begitu kita mampir ke Ichiraku Ramen, aku yang traktir."
Sai memandang Naruto heran. "Kau dapat uang banyak?"
Naruto nyengir lebar. Ia menepuk dadanya bangga. "Meski ini menyedihkan, aku bernyanyi untuk Dokter Sakura dan Sasuke saat mereka berkencan. Yah, ada pasangan lain juga di taman tadi."
Sai menyeringai kecil. "Untuk penderitaan cintamu, ayo kita makan bersama."
Naruto tertawa terbahak. "Dan untuk menyedihkannya perasaanmu, baru aku setuju."
.
.
.
Fin.
.
.
.
Mind to review?
