Seorang namja bergigi kelinci dengan kulit putih dan berambut hitam keluar dari kamarnya dengan seragam sekolah yang ia kenakan, walau terkesan tidak rapi-dengan rambut dibuat acak, dan dasi yang terpasang tidak tepat- juga terkesan anak nakal. Ia berjalan menuruni tangga dan berjalan melewati ruang makan. Walau di meja makan itu dihuni oleh tiga namja dan satu yeoja namun tak ada salah satu dari mereka yang berniat menyapa namja tadi. Bahkan salah satu namja yang menyandang status sebagai hyung-nya duduk di meja makan sambil menatapnya sendu namun canggung.

"Tae, nanti pulang sekolah temani eomma dan Hyunmin belanja ne." Ujar yeoja di meja makan sambil menatap namja yang dipanggil Tae -atau dikenal sebagai Taehyung- di depannya.

"untuk apa eomma?" tanya balik Taehyung balik.

"untuk membeli pakaian adikmu nanti, ada pesta ulang tahun di rumah temannya" jawab eomma dan menuai anggukan dari Taehyung.

Sedangkan namja yang tadi melewati meja makan hanya dapat tersenyum getir mendengar percakapan harmonis keluarga ini. Keluarga ini? Hey, ini juga keluargamu Jeon Jungkook. Ya, namja bergigi kelinci itu adalah Jeon Jungkook, anak kedua dari keluarga Jeon, keluarga yang terbilang kaya dengan perusahan elektronik yang cukup terkenal.

Memang dilihat di meja makan tadi menampakkan keluarga yang harmonis, namun siapa sangka keluarga itu juga menyembunyikan sebuah kekacauan di dalamnya mengenai salah satu anak mereka Jeon Jungkook. Entah mengapa mereka menjadi sebegitu dinginnya dengan anak mereka sendiri.

Jungkook-pun berjalan keluar pagar dan menuju halte bus. Dia berjalan dengan headshet dielinganya mengusir semua rasa sesak yang ia dapat dari keluarganya sendiri. Ya, ia akui bahwa ia memang anak yang cukup nakal di sekolahnya dan itu salah satu mengapa keluarganya membencinya, bahkan terkesan tak pernah menganggapnya. Tapi tak pernahkah mereka mecoba untuk memaafkannya dan memulai semua dari awal lagi?

JUNGKOOK POV

Aku duduk di halte bus dengan mendengarkan lagu. Seperti hari-hari sebelumnya, lagu memang mujarab untuk menghilangkan rasa sesak di dadaku. Heuhmm.. eomma, appa, hyung, Hyunmin.. tak bisakah kalian memaafkan aku? Tak bisakah kalian percaya padaku? Apa itu memang sudah terlalu fatal untuk dimaafkan? Bahkan kejadian itu terjadi saat aku masih anak-anak.

Ya, kejadian yang membuat keluargaku hampir bangkrut. Namun, saat itu umurku masih 10 tahun dan aku tak mengerti apa-pun. Saat itu seorang namja seumuran appa-ku mendatangi rumahku dan saat itu hanya ada aku dirumah dan ia membujukku untuk mengambil berkas di ruangan appa. Awalnya aku menolak, namun dia mulai mengancam akan menyakiti keluargaku jika aku tak mau menurutinya. Aku tak tahu sepenting apa berkas itu, jadi aku hanya menurutinya mengambil berkas bermap kuning dan menyerahkan kepadanya. Namun semua itu merupakan awal penyebab penderitaanku.

Keeoskan harinya appa mendapat telephon bahwa Appa kehilangan hampir 80% saham dari perusahaannya. Appa menjadi kalang kabut dan mencari berbagai cara untuk mengembalikkan sahamnya, dan untungnya ia bisa cepat menangani kasus ini. Setelah mencari tahu bagaimana bisa berkas itu berada ditangan perusahaan lain akhirnya appa mengetahui bahwa aku yan memberikannya, dan saat itu appa marah besar dan tidak ada lagi rasa percayanya terhadapku.

Sudahlah biarkan mereka berpikir apa yag menurut mereka benar walau akhirnya pemikiran mereka akan menuaikan penyesalan. Sudah terlalu sering ia merasakan sakit hati bahkan bisa dibilang sudah menjadi kebiasaan rutinnya. Oh, busku datang.

Akupun menaiki bus dan duduk dibarisan paling belakang dekat jendela. Selama perjalanan aku melihat keluar merasakan suasana musim gugur tahun ini. Aku rindu saat aku dan keluargaku bermain di taman, saat kami piknik dan lain-lainnya. Kapan ia aka merasakan hal itu lagi?

SKIP TIME~

Akhirnya aku sampai di sekolah. Aku mulai berjalan menuju kelasku, tak ada dari murid sini yang berani menyapaku karena reputasiku sebagai berandal sekolah. Tapi tak terlalu aku pikirkan toh mereka tak tahu siapa aku sebenarnya.

"Jeon Jungkook..."panggil seorang namja dan aku hafal suara ini, Mr. Songwoon, kepala sekolah. Terlampau sering aku berurusan dengannya, entah apa lagi yang aku lakukan kali ini.

"wae?" tanyaku dingin dan menghadapnya.

"ohh.. bahkan pada kepala sekolah sendiri kau tak ada sopan santunmu?" ucap Mr. Songwoon sakartis.

"apa yang kau inginkan? Aku sedang tidak ingin beradu mulut dengan siapapun hari ini" balasku.

"kau, apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau membuat anak dari sekolah lain babak belur sampai masuk rumah sakit? Kalau saja bukan karena appa-mu seorang donatur besar, kau sudah lama dikeluarkan dari sini. Kau selalu membuat reputasi sekolah jelek"

"dan kalau saja bukan karena Mommy, aku sudah keluar dari sekolah ini. Dan satu lagi itu semua bukan ulahku" ucapku lalu pergi dari hadapannya. Tidak bisakah mereka mencari tahu dulu sebelum menuduh seseorang? Sial.

"siapa lagi kalau bukan dia.. Cih" kesal Mr. Songwoon lalu berlaludengan raut amarah.

@Kelas

Dasar kepala sekolah mata duitan, menuduh orang seenak jidatnya. Kalian lihat bukan? Bahkan sudah tak ada lagi yang peduli padaku. Hidup memang tak adil, tapi mau apalagi. Juga aku masih bersyukur memiliki Mommy. Mommy yang kumaksud bukan yang melahirkanku, tetapi seorang wanita yang telah menyelamatkan hidupku. Dia seorang wanita yang aku kagumi, dia malakat penolongku. Jadi, tidak sabar bertemu dengannya.

"baiklah anak-anak kita mulai pelajaran hari ini" ucap Boa songsaenim di depan kelas.

Malas sekali mengikuti pelajaran ini, membosankan. Lagipula aku sudah mengerti semuanya, jangan salahkan otak encerku ini yang terlalu pintar. Akhirnya aku putuskan untuk tidur, dan tak akan ada yang menegurku termasuk songsaenim, sudah lelah mungkin.

Selang beberapa menit hp-ku bergetar tanda ada telephon. Di layar hp-ku tertera nama Dr. Kim dokter yang merawat mommy. Ada apa? Pikirku. Tanpa memikirkan ada guru, aku mengangkat telephonku.

"yeoboseyo?"

"Jungkook, tutup telephonmu dan perhatikan ke depan" tak kuhiraukan omongan dari Boa songsaenim.

"MWO? Aku akan segera kesana" ucapku menutup telephon dan berlari meninggalkan kelas dengan terburu.

"YAA!! JEON JUNGKOOK MAU KEMANA KAU?" teriak Boa songsaenim dan aku anggap angin lalu, samar-samar aku mendengarnya memakiku saat akan keluar gerbang.

Aku menghentikan supir taxi dan segera naik menuju rumah mommy. Sekarang aku sangat khawatir Dr. Kim bilang mommy mengalami kejang-kejang. Mommy aku mohon bertahanlah jangan tinggalkan Kookie sendiri.. lirihku

AUTHOR POV

Tanpa disadari seorang namja paruh baya dengan kaos dan celana panjang juga tas punggungnya menatap kepergian Kwangmin dengan seringainya dan penuh amarah. Jeon Jungkook~~ aku datang untuk mengambil apa yang kau ambil dari anakku... Ucap namja itu lirih..

TBC

Give your comment :)