Disclaimer : All characters belong to Hajime Isayama and picture credit to owner. Author tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita ini.
-o-
Hawa dingin yang menusuk tubuhnya tidak menghalanginya untuk terus berlari menuju tempat Ia bekerja. Seorang gadis dengan rambut caramel nekat menerobos derasnya hujan yang mengguyur Shingasina. Ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris di perusahaan minyak bumi terbesar di Shingasina. Awalnya, Petra berencana untuk tidur lebih cepat semalam agar Ia dapat bangun pagi dan bersiap-siap menunjukkan kesan yang baik di hari pertamanya bekerja. Namun, rencana Petra digagalkan oleh drama Korea yang baru tayang tadi malam sehingga Petra tidur terlalu larut dan bangun kesiangan. Penampilannya saat ini tidak bisa dikatakan baik. Rambut yang dikuncir asal-asalan, wajah yang hanya dipolesi dengan bedak, dan kemeja putih dan rok hitam yang sedikit basah akibat hujan. Petra bahkan lupa membawa mantelnya karena yang Ia pikirkan adalah sampai di kantor tepat waktu. Petra terus berlari tanpa mempedulikan orang-orang yang menatapnya aneh. Sampai akhirnya gedung tempatnya bekerja mulai kelihatan di matanya, ia mempercepat laju larinya dan memasuki gedung pencakar langit tersebut.
-o-
"Dia belum datang?"
"Mungkin sebentar lagi, wajar saja kan kalau huja—"
"Tch. Hujan tidak bisa dijadikan alasan terlambat"
Erd hanya bisa menutup mulutnya. Ia sangat tahu bahwa orang yang sedang bersamanya ini sangat menjunjung tinggi kedisiplinan. Bahkan atasannya ini tidak akan ragu-ragu untuk memecat jika ada yang tidak disiplin sesuai keinginannya. Ya, Levi Ackerman adalah seorang CEO di perusahaannya ini. Terkenal dengan bahasanya yang kasar dan hampir tidak pernah tersenyum membuatnya banyak ditakuti oleh orang-orang yang bekerja disini. Levi baru saja memecat sekretaris sebelumnya karena sekretaris sebelumnya itu tidak kompeten dalam bekerja. Sehingga ia membuka lowongan pekerjaan dan mendapatkan Petra Ral—gadis yang sedang ditunggunya sekarang.
Levi belum pernah bertemu dengan sekretaris barunya. Saat wawancara, seharusnya Levi yang melakukan tanya jawab dalam wawancara kerja. Namun, karena sang CEO harus menghadiri rapat mendadak akhirnya Erd Gin –managernya, bersedia menggantikan sang CEO.
"Kau yakin tidak memilih orang yang salah, Erd?"
"Aku yakin karena ketika wawancara, ia terlihat percaya diri. Lagipula, ia juga terlihat seperti pekerja keras"
"Ini hari pertamanya dan dia masih belum menampakkan batang hidungnya. Apa aku perlu membuka lowongan pekerjaan bar—"
BRAAAAAK
Pintu yang tiba-tiba terbuka dengan keras membuat kedua orang tersebut membelalakkan mata menatap seorang figur yang tengah meletakkan tangannya di lututnya dan mengatur nafasnya.
"Maaf saya terlambat. Saya Petra Ral dan saya sekretaris baru disini. Tolong maafkan saya atas keterlambatan saya"
Gadis itu membungkuk untuk menunjukkan rasa hormatnya sekaligus menunduk malu atas keterlambatannya itu. Kedua pria tersebut masih terkejut namun Erd segera tersenyum dan menjawab.
"Selamat datang, Petra Ral. Kau bisa memulai bekerja sekarang. Kami mengharapkan yang terbaik darimu."
Petra segera berdiri tegap dan memandang dua orang di depannya. Pria yang tersenyum padanya memiliki postur yang tinggi dan rambut yang dikuncir kebelakang. Erd Gin. Petra sudah mulai mengenalnya dan ia cukup ramah kepada semua orang. Lalu Petra memandang orang yang disebelahnya. Pria yang hanya lebih tinggi darinya 2 cm ini memberinya kesan dingin. Ketika Petra menatap matanya, Levi merasa familiar dengan gadis didepannya itu. Mata caramelnya itu, ia merasa pernah melihat mata seperti itu. Tidak, Levi yakin dia pernah melihat mata itu. Tapi dimana?. Gadis yang berada didepannya ini merasa tidak nyaman dengan tatapan Levi. Erd yang menyadari suasana yang canggung segera mencairkan suasana.
"Errm. Petra, ini atasanmu dan dia seorang CEO disini, Levi Ackerman. Kau akan bekerja padanya. Dan Levi, ini Petra Ral, sekretaris barumu" Erd memperkenalkan.
Petra mengulurkan tangannya dan tersenyum pada atasannya itu "Saya Petra. Dan saya akan bekerja sebaik mungkin. Pleasure to meet you, sir". Sang atasan memandang ke tangan gadis itu sebelum menjabat tangannya yang lembut. Levi segera kembali profesional.
"Levi Ackerman. Pleasure to meet you, too. Kuharap kau dapat bekerja dengan maksimal. Keterlambatanmu barusan akan kumaafkan. Tetapi sekali lagi kau terlambat, aku tidak akan segan untuk memecatmu, Petra".
"Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu. I'll devote myself to you, sir" tatapan matanya yang kuat dan penuh percaya diri membuat Levi sedikit terkejut. Belum pernah ia temui orang yang menatapnya seperti itu. Well, sepertinya Erd tidak salah memilih orang. Mereka masih bertatapan dan tidak menyadari tangan yang masih saling menggenggam. Erd sampai harus berdehem untuk menyadarkan mereka.
"Baiklah, mari kita mulai bekerja. Buat aku terkesan denganmu, Petra." kata Levi.
Petra mengangguk mantap. Ketika Petra hendak bertanya apa yang akan ia lakukan di hari pertamanya, Levi memotongnya, "Tapi, apa tidak sebaiknya kau merapikan penampilanmu dulu, Petra?"
Dan disitulah, Petra baru menyadari bahwa penampilannya sangat berantakan dan membuat pipinya merona.
-o-
Petra baru saja meletakkan sepatunya di rak dan memutar kunci apartemennya ketika handphonenya berbunyi. Petra mengangkat teleponnya sambil memasuki kediamannya. "Hallo?"
"Petra, kau sudah pulang? Bagaimana hari pertamamu?"
"Cukup melelahkan. Tapi aku senang. Aku bertemu banyak orang hebat disini. Bagaimana dengan ayah? Apa kedai ayah berjalan lancar?"
"Tidak terlalu sepi, tapi tidak terlalu ramai juga. Apa kau disana berteman dengan banyak orang?"
Petra sedang membuat teh untuk dirinya sambil berbicara dengan ayahnya. Lalu, ia kembali ke ruang tamu dan menyalakan televisi. Petra masih terus bercerita banyak mengenai hari pertamanya bekerja. Lebih spesifiknya mengenai bosnya itu. Dan Petra tidak sadar bahwa ia bercerita banyak mengenai laki-laki itu.
"Petra, apa kau jatuh cinta dengan atasanmu itu?" tanya ayahnya tiba-tiba.
Petra yang sedang meminum tehnya lansung tersedak mendengar pertanyaan itu.
"Apa? Tentu saja tidak. Dia laki-laki yang dingin, kasar, dan pendek. Aku tidak mungkin menyukai laki-laki seperti itu"
"Kau daritadi banyak membicarakannya. Kuharap kau cepat menemukan pasangan agar kau cepat menikah."
Pipi mulus Petra langsung merah padam. "M-Menikah? Aku masih terlalu muda untuk menikah, ayah"
"Yah, tapi ayah ingin segera menimang cucu. Jadi ayah harap kau—"
"Ayah!"
"Haha. Ayah bercanda, Petra. Tapi ayah memang berharap agar kau cepat menikah. Ayah ingin melihatmu bahagi
"Hmph. Bahkan tidak perlu menikah aku bisa bahagia, ayah"
"Dengar, Petra. Ayah tahu bahwa kau sangat keras kepala, tapi suatu saat kau membutuhkan seseorang untuk berada disisimu. Seseorang yang akan mencintaimu dan menjagamu ketika ayah sudah tidak ada."
Petra terdiam sejenak. Pembicaraan mengenai pernikahan memang sudah sering ia bicarakan dengan ayahnya. Biasanya, Petra hanya akan menghiraukan ayahnya. Namun, untuk kali ini, Petra tampak memikirkannya. Mungkin karena jarak yang memisahkan mereka dan Petra merasa harus mendengarkan ayahnya.
"Akan kupikirkan"
"Bagus. Kau memang harus memikirkannya, Petra. Ah, ada pelanggan datang. Ayah harus melayani mereka. Ayah akan meneleponmu lagi nanti, Petra"
"Baiklah. Jaga dirimu, ayah"
"Kau juga, Petra"
Dan telepon pun terputus. Petra memandang handphonenya untuk beberapa saat. Kemudian, dia mematikan televisi dan berjalan menuju kamarnya. Petra berbaring menatap langit-langit kamarnya sambil memikirkan pembicaraannya dengan ayahnya tadi.
Menikah?
Petra membayangkan dirinya berada dalam gaun putih panjang. Berjalan menuju altar dengan tangan yang memegang lengan ayahnya disebelahnya. Diiringi alunan piano yang indah, Petra berjalan menuju tempat dimana ia akan mengikrarkan janji sucinya dengan pria yang dengan setelan jas putih dan celana hitam. Pria yang merupakan atasannya dan akan menjadi suaminya. Levi Acker—tunggu sebentar.
Apa?
Kenapa ia malah membayangkan wajah Levi.
Petra menjadi salah tingkah sendiri. Dia menyalahkan ayahnya yang mengangkat topik pernikahan. Petra merasakan pipinya kembali memerah. Petra menggelengkan kepalanya dengan cepat. Kau harus membuang pikiran itu. Petra berbicara dalam hatinya. Fokus saja pada pekerjaanmu, Petra. Dan Petra mencoba untuk tidur. Berharap bahwa ia tidak akan bertemu dengan atasannya itu dalam mimpinya.
-o-
Hallo! Terima kasih kepada para pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita nggak jelas ini .-. Ini fanfic pertama author dalam Bahasa Indonesia karena sebelumnya author menulis dengan Bahasa Inggris. Author mengharapkan review untuk perkembangan author dalam menulis. Well, sekian kata-kata dari author yang masih newbie ini ._. Sampai jumpa di chapter 2, minna-san!
