Hanya satu kata:
Tolong maafkan dosaku tuhan.
Daddy's (pervert) son
Luhan tercengang.
Menatap anak 7 tahun yang sedang duduk dihadapannya sambil menyeruput bubble tea dengan tenang.
"Ia anakku?"
Tanyanya. Untuk yang keberapa kalinya.
Oh Hani memutar bola matanya sambil menghela napas.
"Demi tuhan Luhan,untuk yang keberapa kalinya,iya. Sehun, adalah anakmu. Anak kita.."
Luhan masih tercengang.
Bagaimana bisa?
Bagaimana bisa dirinya 7 tahun yang lalu,saat masih berumur 14 tahun, bisa menghamili Hani?
Ia tidak menyangkal bahwa dirinya pernah melakukan hubungan seks dengan Oh Hani ,teman sekelasnya di acara prom night. Waktu itu ia begitu penasaran seperti apa rasanya seks setelah ia menonton di video porno yang diberikan Yixing untuknya. Dan di Prom,dengan senang hati dan dengan alasan yang sama,Hani bersedia menjadi partnernya. Malam itu adalah seks pertama dan terakhirnya bersama wanita. Karena,well, setelah itu dia menyadari orientasinya sebagai 'Bottom' atau pihak yang 'dimasukki' dihubungan Gay.
Pertanyaan itu terpikir lagi olehnya.
Bagaimana bisa?
"Ba-bagaimana bisa diriku yang masih berumur 14 tahun dulu bisa menghamilimu?"
Hani,untuk yang kesekian kalinya mendesah.
"Luhan kau bodoh atau apa? Tentu saja aku bisa hamil karena dulu,kita tidak memakai pengaman apapun!"
Oh…
Luhan baru sadar hal itu. Tentu saja karena hormon bodohnya menghasilkan sel sperma dan dengan bodohnya ia menyemburkannya kedalam rahim Hani. Dan Lihatlah hasilnya Luhan! Kau mendapatkan anak berusia 7 tahun,bernama Oh Sehun.
Ia meneliti wajah anak itu. Alisnya tebal seperti Hani. Kulitnya putih,hidungnya bangir dan bibirnya kecil dan merah. Persis seperti Luhan.
Luhan, dengan presentasi sebesar 99,9% , ia adalah anakmu.
"La-lalu kenapa kau baru memberitahunya sekarang?" Tanya Luhan lagi.
"Karena kupikir aku bisa merawatnya tanpamu." Ujar Hani sambil melipat tangan didadanya, "Tapi kekasihku tiba-tiba mengajakku tinggal di paris dan dia tidak suka keberadaan Sehun.." Hani membisikkan kalimat terakhir. Tapi Luhan tahu,Sehun (anaknya) masih mendengar jelas kalimat itu.
Sehun berhenti menyedot bubble tea'nya lalu melamun sebentar,sebelum akhirnya ia melanjutkan kegiatannya lagi menyedot bola-bola diminumannya.
Luhan memandangnya dengan iba. Ia betul-betul merasa bersalah karena selama ini,ia hidup dengan bahagia,sementara anaknya hidup berdua dengan ibu yang bahkan tidak menginginkan keberadaan dirinya.
"Baiklah.." ucap Luhan pelan , "Aku yang akan mengurusnya.."
Luhan mengendarai mobilnya menuju apartemen bersama Sehun. Mereka masih tidak berbincang sekalipun. Luhan bingung apa yang harus ia bicarakan dengan anaknya karena ini pertama kalinya mereka bertemu. Sementara Sehun duduk dengan tenang dikursi penumpang,wajahnya yang manis tidak menampakkan ekspresi apapun.
"Uh Sehun.." panggil Luhan memulai pembicaraan, "Aku Luhan ,Appamu.."
"Ya. Aku tahu." Jawab Sehun singkat tanpa mengalihkan pandangannya yang lurus kejalanan.
"Kau sudah tahu kan? Sekarang kau akan tinggal bersamaku. Kau bisa memanggilku App-"
"Tidak." Ucap Sehun memotong kata-kata Luhan.
"Aku tahu aku akan tinggal denganmu. Tapi aku tidak akan memanggilmu Appa. Luhan."
Luhan meneguk salivanya.
Setelah sampai rumah ia harus menelepon Hani,memastikan apakah Sehun benar anaknya atau anak keturunan iblis.
Tapi Luhan tak perlu menelepon Hani,karena ia mengakui Sehun memang anaknya. Sifat Sehun memang dingin tapi ada sisi lain dalam dirinya yang mencerminkan sifat Luhan. Setelah beberapa minggu tinggal bersama,Luhan akhirnya tahu, bahwa anaknya ini begitu manja,persis seperti dirinya dulu. Sehun tidak mau tidur sendiri. Maka dari itu Luhan menemaninya hingga Sehun terlelap. Sehun juga pintar seperti dirinya. Prestasi Sehun disekolah barunya begitu gemilang,membuat Luhan bangga. Sehun juga cerdas,ia menangkap dengan cepat penjelasan Luhan tentang dirinya yang menyukai sesama jenis sambil mengenalkan kekasih prianya saat itu.
"Dan bagaimana dengan nenek dan kakek? Apa mereka menerimamu Luhan?"
Ya Sehun masih bersikeras tidak ingin memanggil Luhan dengan sebutan Appa.
"Tentu tidak.." ujar Luhan tersenyum pahit sambil memainkan rambut Sehun yang berada didekapannya.
"Mereka mengusirku,tentu saja. Tapi aku berhasil membuktikan pada mereka bahwa aku ini berharga. Bahwa aku ini masih bisa berhasil tanpa mereka.."
Mata Luhan berkaca-kaca. Ia selalu sedih jika membicarakan tentang orang tuanya. Walaupun ia sudah menjadi arsitek yang sukses, orang tuanya tetap saja tidak ingin menerimanya.
Lamunan Luhan buyar saat bibir kecil Sehun mengecup pipinya,dan menghapus air mata yang berada dipipinya.
"Luhan,Jangan menangis Please." Ucap Sehun sambil memohon, "Aku tidak ingin melihatmu menangis.."
Luhan tertawa kecil lalu mencium dahi anaknya.
"Aku tidak akan menangis jika sekarang kau memanggilku Appa.."
Sehun mengerutkan dahi,tak suka.
"Sekali saja!" rengek Luhan. Sehun menghela napas. Ia lalu memeluk Luhan lebih erat sambil menyembunyikan wajahnya di dada sang Ayah.
"Baiklah!" ucapnya, "Aku menyayangimu Luhan Appa!"
Luhan tertawa puas dan mengatakan,
"Aku menyayangimu juga anakku."
.
.
.
Hari berganti minggu,Minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun.
Luhan tidak menyangka Sehun anaknya sudah berusia 15 tahun sekarang. Ia begitu terharu saat anaknya sedang mencoba seragam SMAnya yang baru.
"Ahh Sehunkuu begitu tampan!" Ujar Luhan sambil memandang takjub anaknya.
Sehun mendecih.
"Aish hentikkan! Kau memekik layaknya gadis remaja! Menjijikkan.."
Luhan cemberut sambil bertolak pinggang.
"Oh Sehun! Beraninya kau berkata seperti itu pada ayahmu!" Luhan pura-pura menangis dan Sehun menghela napas.
Benarkah Luhan adalah ayahnya? Sepertinya ada yang salah,karena Luhan lebih pantas dianggap sebagai adiknya.
Luhan begitu kekanak-kanakkan,begitu manja membuat Sehun risih. Jika ia marah pada Sehun ia tidak akan membentaknya dengan tegas seperti seorang ayah yang ada di TV. Tapi Luhan akan cemberut,dan menolak untuk diajak bicara hingga Sehun meminta maaf padanya. Jika ayah-ayah di TV menenangkan anaknya yang merengek , Luhan malah merengek pada Sehun jika ia mengalami hari yang buruk di kantor. Luhan juga ceroboh,jika ia melakukan kesalahan ia akan merengut kesal,dan bahkan menangis. Maka dari itu Sehunlah yang akan menenangkannya dan memperbaiki kesalahan Luhan.
Jadi pantaskah ia disebut ayah?
Sehun menghampiri ayahnya yang sedang (pura-pura) menangis.
"Maafkan aku Appa.." ucap Sehun sambil memeluk Luhan, "Jangan Sedih lagi karena Sehun tidak suka melihatmu sedih."
Luhan tersenyum puas.
"Mmmm.. Kalau begitu poppo!" pinta Luhan riang sambil menunjuk pipinya.
Sehun tertawa,oh ini benar-benar konyol. Kalau ia masih berusia 10 tahun tentu ia akan mencium pipi ayahnya. Tapi please,sekarang hal itu betul-betul memalukkan untuknya yang sudah remaja.
"Oh Sehun! Apa kau ingin uang jajanmu dipotong karena tidak menurut pada ayahmu?!" ancam Luhan.
Sehun dengan cepat mencium pipi ayahnya.
"Aku menyayangimu Appa." Ucapnya cepat. Luhan tersenyum lalu mengusap kepala anaknya .
"Appa juga menyayangimu sayang.." Ucap Luhan sambil mengecup pipi Sehun.
Luhan cemberut. Menatap ponselnya yang tak kunjung berdering. Sudah 5 hari Kris,kekasihnya meninggalkannya pergi untuk business trip di Hongkong. Namun sang kekasih tidak kunjung menghubunginya. Luhan menghempaskan diri di kasur sambil mendesah pelan. Ia merindukan kekasihnya. Terlebih lagi sentuhan dari kekasihnya. Oh begitu rindunya ia kepada tangan besar yang menyentuh setiap inci dari tubuhnya.
Tangan lentik Luhan menjalar dari dada hingga perutnya,membayangkan tangan Kris yang melakukannya. Ia lalu mendesah,saat tangannya sendiri mengusap dan mencubit nipplesnya yang sudah haus akan sentuhan. Tangannya yang bebas hendak masuk kecelana trainingnya saat ia mendengar pintu apartemennya terbuka.
"Aku pulang!" Luhan segera beranjak menghampiri Sehun,mengacuhkan penisnya yang ingin dimanja.
Karena Sehun adalah nomor satu dari semua yang ada didunia ini. Bahkan dari kepuasan dirinya sendiri sekalipun.
"Sehunaa kau sudah pu- Astaga!" pekiknya saat melihat tangan kanan Sehun yang terlilit perban.
"Ada apa dengan tanganmu?" Tanya Luhan panik sambil menyentuh tangan Sehun.
"Ah!" ringis Sehun kesakitan, "Aku jatuh dari motorku dan mematahkan tanganku."
Luhan tercengang.
"Tadi aku pulang bersama Jongin." Ucap Sehun saat ia tidak mendengar respon apa-apa dari ayahnya.
"Kau tidak usah khawatir. Tanganku akan sembuh dalam beberapa bulan. Kau juga-"
Ucapan Sehun terhenti saat ia menoleh dan mendapati air mata sudah mengalir dipipi ayahnya yang masih terdiam.
"Luhan.."
"Bagaimana aku tidak khawatir?! Kau anakku bodoh! Kenapa kau tidak menghubungiku?!Bagaimana kalau hal yang lebih buruk terjadi padamu! Anak Bodoh! Sekalian saja pergi dari rumah ini dan jangan menganggapku sebagai ayahmu!" teriak Luhan sambil terisak. Ia lalu berlari meninggalkan Sehun menuju kamarnya.
Giliran Sehun yang tercengang.
.
.
Luhan tidak keluar dari kamarnya hingga larut malam. Meninggalkan Sehun sendirian diruang tamu. Sehun akhirnya memesan makanan karena ia yakin Luhan yang masih mengunci diri pasti merasa lapar. Dengan tangan kirinya ia membawa sepiring makanan menuju kamar ayahnya.
"Luhan,ayo makan. Aku sudah membelikkan makanan untukmu." panggilnya, namun Luhan tidak merespon.
Sehun berkali-kali memanggil namun hasilnya tetap nihil.
"Appa.." ucap Sehun. Mengeluarkan senjata terakhirnya jika Luhan marah kepadanya.
"Appa,maafkan aku. Maaf karena tidak menghubungimu. Aku takut kau khawatir dan panik." Jelas Sehun.
"Aku tahu dirimu. Kau pasti akan panik mendengarnya dan tanpa berpikir panjang akan menyusulku. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu. Maaf."
Sehun bisa mendengar isakkan dan langkah Luhan yang dengan sengaja ia hentakkan dengan keras. Luhan membuka kamarnya dan memperlihatkan wajah lucunya yang penuh dengan air mata. Bibirnya mengerucut dan matanya sembab. Sehun tersenyum,gemas melihatnya. Apakah benar ayahnya ini berusia lebih tua darinya?
"Kau! Jangan pernah membuatku khawatir lagi." Ucap Luhan sambil memeluk Sehun, "Apapun yang terjadi kataka padaku! Aku begitu khawatir hingga rasanya ingin mati."
Luhan terisak lagi.
"Aku merasa tidak berguna sebagai ayah.."
Sehun menaruh piring dinakas lalu memeluk ayahnya erat.
"Tidak. Kau ayah yang sangat berguna. Kau membuatku tumbuh sehat seperti ini. Kau ayah yang terbaik untukku.."
Luhan tersenyum.
"Kau juga anak yang terbaik untukku Sehun.."
.
.
Setelah makan malam, Sehun beranjak menuju kamar ,bersiap untuk mandi. Ia kesulitan membuka seragamnya karena tangannya yang patah.
"Sehun!" pekik Luhan saat ia masuk kekamar Sehun untuk mengantarkan handuk baru.
"Sini kubantu.."
Luhan lalu membantu Sehun melepas seragamnya. Luhan ikut meringis saat anaknya juga meringis kesakitan.
"Kau yakin mau mandi? Tanganmu belum sembuh benar.."
Sehun mengangguk, "Ya, tubuhku sudah lengket dan bau."
"Ya sudah aku bantu kau mandi oke!"
Sehun menolak tapi Luhan bersikeras dan lagi-lagi mengancam untuk memotong uang jajan Sehun jika ia tidak menurutinya.
Dan dengan tak berdaya Sehun menurut.
Didalam kamar mandi Luhan menyiapkan air panas di bath tub. Sementara Sehun dengan risih berdiri dibelakang Luhan dengan handuk yang melilit dipinggangnya.
"Nah sudah terisi penuh! Ayo Sehunie buka handukmu dan masuk kesini!" Ucap Luhan riang. Sehun membuka handuknya dengan malu-malu. Dia sudah besar! Tentu saja ia malu jika harus telanjang didepan orang tuanya!
Handukpun terjatuh dan Sehun bertelanjang bulat. Kulit sehun begitu pucat. Tubuhnya kurus dan ramping. Tapi saat Luhan melihat penis Sehun ia tercengang.
Penis Sehun bahkan lebih besar dari penisnya.
Sehun masuk ke bath tub dan berendam. Sementara Luhan menyabuninnya dari sisi bak. Luhan menggosok semua bagian tubuh Sehun. Dari punggung hingga perut. Bahkan ke ketiak Sehun.
"Ahhhh.." desah Sehun saat Luhan tidak sengaja menggosokkan showerpuff terlalu keras dipenis Sehun.
Luhan menyeringai jahil.
Ia sengaja berkali-kali menggosok dibagian yang sama dan Sehun mendesah.
"Ap-Apppa.. Yang aahhh bagian itu sudah bersih.. St-stop ugghh.."
Luhan tidak menggubris, ia melepaskan shower puff dari tangannya dan menggantinya dengan tangannya yang licin.
Ia menggenggam penis Sehun dan mengocoknya pelan.
"Bagaimana Sehunie~ apakah nikmat?" Tanya Luhan. Sehun tidak menjawab,ia sibuk menggigit bibir bawahnya,menahan desahan yang ingin keluar dari bibirnya.
Luhan berhenti mengocok penis Sehun membuat Sehun membuka matanya yang terpenjam.
"Ke-kenapa berhenti?" tanyanya sambil memaju mundurkan penisnya sendiri ditangan Luhan.
"Kau tidak menjawab pertanyaan ayahmu!" ucap Luhan sambil mengerucutkan bibirnya. Tangannya masih diam memegang penis Sehun.
Sehun mendesah frustasi, "Appaa! Iya sangat nikmat appa,tolong lakukan lagi please?"
Luhan tersenyum penuh kemenangan lalu mengocok penis anaknya lagi.
"Ahh!Ahhh App-Appa Ohhh!"
Sehun akhirnya klimaks,semennya melumuri tangan Luhan didalam air.
"Anak pintar. Sekarang ayo kita bersihkan tubuhmu!" Sehun tidak berkata apa-apa lagi. Ia begitu lelah setelah mendapat klimaks pertamanya.
Matanya yang setengah terpejam memperhatikkan Luhan yang sedang membersihkan tubuhnya.
Apa yang dilakukan appanya tadi adalah hal terbaik yang tidak pernah ia alami.
Untuk Luhan,kejadian malam itu bukan apa-apa. Ia hanya iseng mengocok penis anaknya. Memberikan pengalaman 'seru' terhadap anaknya yang bisa ia tebak tidak pernah melakukan masturbasi sebelumnya.
Tapi untuk Sehun kejadian malam itu begitu berarti untuknya. Setiap malam ia akan memikirkannya,membayangkan tangan halus appanya mengenggam dan mengocok penisnya. Bayangan itu sukses membuat penisnya tegak dan ia (terima kasih karena pelajaran yang Luhan beri) mengocok penisnya sendiri.
Hal itu tidak terjadi lagi dihari-hari sesudahnya saat Luhan membantu Sehun mandi. Dan setelahTangan Sehun sudah sembuh jadi Luhan tidak pernah memandikannya lagi. Kalau boleh jujur Sehun ingin melakukannya lagi. Ingin merasakan telapak tangan appanya melingkar disekitar penisnya.
Suatu malam Sehun memberanikan diri untuk meminta Luhan melakukannya lagi. Tapi saat ia membuka pintu kamar ayahnya yang tidak terkunci,ia melihat sang appa berada dibawah dekapan seorang pria. Appanya menungging, badannya bergerak maju mundur akibat pergerakkan pria dibelakangnya. Desahan Luhan menggema indah ditelinga Sehun,menjalar keseluruh tubuhnya hingga kepenisnya. Penisnya menegang mendengar suara parau sang appa memohon agar (jika Sehun tidak salah dengar) sang kekasih menumbuk anusnya di titik yang sama dengan lebih cepat. Entah kenapa Sehun merasa amarahnya memuncak,hatinya memanas. Walaupun ia juga terangsang tapi ia tidak suka. Ia tidak mau Appanya diklaim orang lain.
Karena Luhan Appa adalah miliknya.
Luhan tak henti-hentinya memandang Sehun yang berjalan disampingnya. Sehun sebenarnya risih diperhatikan dengan tatapan seperti itu oleh Luhan. Tapi ia tidak mengatakan apapun kepada appanya dan memilih untuk terus berjalan.
"Sehun! Berapa tinggimu sekarang?"
"184cm mungkin." Jawab Sehun sekenannya.
"Sial! Kau anakku! Kenapa kau lebih tinggi dariku?" umpat Luhan sambil mendorong kereta belanjaannya.
"Harusnya sebagai anak kau mengalah pada ayahmu! Bahkan soal tinggi sekalipun!" ucap Luhan. Sehun hanya tertawa mendengar omelan tidak masuk akal dari ayahnya.
"Dan juga seharusnya sebagai anak ,kau yang mendorong kereta belanja ini!"
Sehun berhenti lalu menatap Luhan.
"Wah sayang sekali ayah,kau sudah tidak bisa tumbuh tinggi lagi mengalahkanku.."
"Tapi tidak ada salahnya jika mencoba. Ah! Bagaimana kalau kau lanjutkan mendorong kereta belanja ini?Mungkin saja hal itu akan membuatmu bertambah tinggi!" ucap Sehun sambil berjalan didepan ayahnya,memilih-milih snack kesukaannya dirak.
"Anak kurang ajar!" umpat Luhan sambil mendorong kereta belanjaannya.
3 tahun sudah berlalu semenjak Sehun melihat ayahnya melakukan hubungan seks dengan seorang pria. Untung bagi Sehun karena ayahnya akhirnya putus dengan pria tersebut. Sehun tidak bisa memungkiri rasa senangnya saat sang Ayah tidak mempunyai kekasih selama ini.
Ia juga tidak bisa memungkiri kalau ia mencintai ayahnya. Dengan cara yang lain dari sebelumnya.
Cinta ini bukan cinta seorang anak kepada ayah yang dipenuhi dengan rasa hormat. Cinta yang dimilikki Sehun ini membuat dirinya ingin memiliki Luhan seutuhnya. Sehun ingin melindungi Luhan. Ingin mencium bibir merah Luhan yang menggoda. Ingin mengusap wajah luhan yang indah sambil membisikkan kata cinta. Ingin suara merdu Luhan mendesahkan namanya saat Sehun menyemburkan cairan cinta dilubang Luhan.
Tapi tidak mungkin bukan? Karena darah yang mengalir ditubuh Sehun dan Luhan saling mengait.
Well Mungkin saja,jika kau seorang Sehun.
Menurutnya menjalin sebuah hubungan cinta bahkan dengan pertalian darah sekalipun terdengar tidak mustahil.
Maka dari itu dimalam ulang tahunnya, ia sudah menyiapkan rencana untuk mengklaim Luhan sebagai miliknya.
"Oh Sehun! Katakan apa hadiah yang kau inginkan? Ini hari ulang tahunmu kau boleh meminta hadiah apapun,bahkan patung jumbo spiderman sekalipun!" Rengek Luhan disebelah Sehun.
"Aish Aku sudah 18 tahun! Aku tidak butuh hadiah kekanakkan seperti itu!" ucapnya masih sambil bermain PS dengan serius.
"Lagipula sebentar lagi aku akan mendapat hadiah sesuai dengan apa yang kuharapkan.."
Ucapnya santai.
Luhan menghela napas, "Terserah kalau begitu!" ucapnya sambil beranjak menuju dapur.
Sehun menyeringai.
"Huh? Kenapa kotak jus masih penuh? Kau belum meminumnya?" teriak Luhan dari dapur.
"Belum."
"Aneh,ini kan jus favoritmu.." ucap Luhan. Ia lalu menuangkan jus itu kedalam gelas lalu meneguknya sampai habis.
"Aku berada dikamar jika kau membutuhkan sesuatu." Ucap Luhan sebelum masuk kekamarnya.
Sehun menghentikkan permainannya dan menyeringai penuh kemenangan.
Oh kalau Sehun meminum jus itu, Luhan sayang, Sehun akan termakan oleh perangkapnya sendiri.
Siang hari saat ia masih disekolah ia bercerita pada Jongin kalau malam ini ia ingin melakukan seks pertamanya. Dan tentu Jongin tidak tahu siapa partner yang Sehun inginkan untuknya bercinta. Jongin,sebagai teman yang baik (dan berpengalaman), memberikannya beberapa saran dan beberapa 'alat' untuk dipakai di malam pertama sahabatnya melepas keperjakaannya tersebut.
"Bubuk ini,teman perjakaku Sehun, adalah sebuah perangsang. Bubuk ini,bisa meningkatkan libido pasanganmu. Dan kau akan mengalami malam terliar dan terindah disepanjang hidupmu! Percaya pada diriku kawan!"
Sehun menyeringai,oh membayangkan Luhan dengan ganas dibawahnya membuat Sehun semakin bergairah.
Sehun percaya pada Jongin. Dan ia mengambil bubuk itu dari tangan sahabatnya.
Dirumah,Sehun kehabisan akal . Ia bingung,mau ditaburkan dimana bubuk tersebut. Maka dari itu saat ia ingin meminum jus jeruk favoritnya tiba-tiba ide muncul diotaknya yang cemerlang. Ia menuangkan seluruh bubuk itu ke jus dan mengocok jus itu perlahan. Ia lalu menaruh kembali jus itu dikulkas,berharap dewi fortuna memihaknya dan mebuat Luhan meminum jus tersebut.
Dan ya dewi fortuna malam ini memang sedang memihaknya. Luhan baru saja meminum jus itu dan masuk menuju kamar.
Sehun menunggu 10 menit,mengira-ngira apakah bubuk itu sudah bekerja atau belum. Dan saat ia mendengar pekikkan dari kamar ayahnya ia yakin bubuk itu sudah bekerja.
"Appa?" panggilnya (sok) polos sambil membuka pintu kamar Appanya.
Sehun tercengang saat melihat sang Appa berbaring, mengangkat dan menekuk kakinya yang telanjang hingga dada. Jemari tangan kananya ia tusukkan kelubang anusnya,sementara tangan kanannya meremas penisnya yang menegak dan memerah.
"Se-sehun?" ucap Luhan sambil mengangkat kepalanya,menatap sang anak. Ia mengutuk dirinya sendiri karena ia lupa mengunci kamar. Kenapa ia selalu ceroboh? Salahkan gairahnya! Karena tiba-tiba tersulut dan berkobar keras.
"Ahhh!" Desahnya saat jemarinya menusuk-nusuk lubang anusnya.
"Apa yang kau lakukan appa?" Tanya Sehun sok polos. Ia mendekati Luhan dan berdiri didepan appanya yang sedang menggelinjang ditempat tidur.
"Ohh Sehhunie.. Ahhh.." air mata menetes kepipi Luhan. Karena jemarinya tidak bisa meraih sweet spot berharganya.
"Apa kau perlu bantuan?" ucap Sehun sambil menyeringai. Luhan ,tanpa disadarinya,mengangguk cepat lalu beranjak duduk. Ia lalu berbalik,mengangkat bokongnya hingga Sehun bisa melihat Lubang anus Luhan yang memerah.
Sehun meneguk salivanya. Pemandangan didepannya ini membuat sang Sehun junior terbangun dibalik celana seragamnya yang sempit.
"Kemari.." ucap Luhan sambil menarik Sehun mendekat hingga bagian depan celana Sehun menyentuh bokong Luhan.
"Ohhh .." Luhan mendesah sambil memaju mundurkan tubuhnya. Menggesek bokongnya dengan penis Sehun yang masih tertutup celana.
Sehun mengerang merasakan bokong ayahnya menyodok penisnya yang mulai mengeras dibalik celana itu. Sehun menyongsong pergerakkan Luhan dan menyodok bokong Luhan dengan keras.
"Fuuucckk! Sehuunn Ahhh~" Luhan yang sudah tidak tahan lagi membalikkan badan dan duduk,berhadapan dengan penis Sehun yang menyembul dibalik celananya yang basah.
"Anak nakal..." ucap Luhan sambil meraba penis Sehun, "Celanamu basah. Apa kau begitu bersemangat ingin menusuk lubang anus ayahmu ini hmm?"
"Ahhh.. Ya,Appa. Dan sebaiknya kau cepat mengeluarkan penis anakmu ini. Karena ia sudah tak sabar ingin mencicipi lubangmu.."
Luhan menyeringai. Otaknya sudah berkabut,dipenuhi gairahnya dan bayangannya tentang penis sang anak yang besar. 3 tahun lalu penis Sehun sudah terbilang besar,apalagi sekarang? Oh bayangan itu membuat Luhan bertambah gairah.
Dengan seduktif dan perlahan Luhan membuka celana anaknya. Ia menurunkan celana seragam serta dalaman sang anak secara bersamaan.
Dan Luhan menatap penis anaknya yang sudah tegak dan hampir menyentuh hidungnya dengan takjub.
Lubang anusnya berkedut,membayangkan penis besar itu melesak masuk kedalam lubangnya.
"Kenapa hanya dilihat saja?" Ucap Sehun sambil mengelus pipi Luhan, "lakukan sesuatu agar dia tidak mengkerut malas lagi."
Luhan mendongak menatap mata Sehun. Dengan erat ia menggenggam penis Sehun erat lalu memasukannya kedalam bibirnya yang memerah.
Sehun melenguh kenikmatan,merasakan lidah Luhan yang memanja kejantanannya. Menjilat setiap inci penisnya dengan tempo perlahan dan menggoda. Sehun yang terlampau bersemangat,menjambak rambut Luhan dan menggerakkan pinggulnya hingga penisnya keluar masuk dibibir Luhan.
Luhan hanya diam membiarkan sang anak menggenjot penis besar itu kedalam mulutnya.
"Aaahhh Bibirmu saja sudah senikmat ini Appa. Bagaimana dengan lubang anusmu hmm?"
"Kenapa kau tak menjawab Appa ahhhh... Ohh tentu saja kau tidak bisa menjawab karena penisku sedang memenuhi mulut hangatmu.." Luhan hanya menggumam. Saliva mengalir dari bibirnya yang penuh dengan penis Sehun.
Twins ball Sehun menampar dagunya keras seiring dengan genjotan Sehun yang semakin mengganas.
"Cukup.." ucap Luhan setelah penis Sehun keluar dari mulutnya setelah ia mendorong Sehun.
"Aku ingin penismu. Sekarang juga di lubang anusku."
Luhan berbaring dan melebarkan kakinya,mempertontonkan lubangnya yang berkerut untuk Sehun.
Sehun naik keranjang,berlutut diantara kaki Luhan yang melebar.
"My dad.. My beautiful dad.." ucap Sehun sambil mencium paha Luhan.
Ia lalu mencium junior Luhan yang tegak. Membuat Luhan mendesah pelan.
"Cepatlah Sehun!" Gerutu Luhan. Sehun tertawa.
"Apa kau sebegitu tidak sabarnya ingin penis anakmu ini mengisimu hmm?" Ucap Sehun sambil menekan-nekan lubang Luhan dengan jempolnya.
"Aahh Ya,Lubang Appamu ingin sekali merasakan penismu didalamnya..Ungghh Please Sehunn aahhh!"
Pekik Luhan saat Sehun dengan sekaligus dan tanpa persiapan apapun memasukkan penisnya didalam Lubang Luhan.
Sehun langsung bergerak,menggenjot lubang Luhan. Luhan yang mendesah,memekik tak berdaya hanya bisa menggaruk lengan Sehun dengan kuku jemarinya.
"Aaahhhhhh!" Luhan mendesah lebih keras saat Sehun berhasil menumbuk sweet spotnya.
"Slut!" ucap Sehun sambil menggenjot lebih keras, "Look betapa murahannya kau appa.. Bercinta dengan anakmu sendiri. Menyambut penis anakmu sendiri di lubang anusmu.. Benar-benar murahan.."
Luhan tidak merasa sakit hati dengn perkataan Sehun. Anehnya,ia makin merasa terangsang dan menggerakkan pinggulnya agar penis sang anak menumbuk lubangnya lebih keras..
"Oohhh Sehunn ahhh yes there Baby.. oohh my baby ngghhh ahh My-my Son.."
Luhan meracau dan menggelinjang nikmat saat tangan Sehun menggenggam penis Luhan yang hampir terlupakan.
"Fuck! Ugghhh Aku sebentar lagi akan mencapi klimaks ahhhhh ."
Luhan dengan sengaja menghimpit penis Sehun yang berada di lubangnya. Membuat sehun kehilangan kendalinya dan mengeluarkan benihnya dilubang Luhan.
"Ohhh Dasar bocah. Klimaks mendahului pasanganmu? Dasar amatir.." Sehun terpancing dengan perkataan Luhan dan membalikkan tubuh Luhan dengan paksa hingga Luhan menungging.
Ia lagi-lagi memasukkan penisnya dengan cepat sambil menggenggam penis Luhan dan menutup lubang kecil penis Luhan dengan jarinya.
"Kalau begitu ajarkan amatir ini untuk memuaskan pasangannya Appa.." bisiknya sambil menggigit kuping Luhan.
Luhan mendesah dan desahan Luhan membuat junior Sehun yang 'tidur' didalam lubangnya kembali tegak.
"Ooohhhh!" Pekik Luhan keras saat ia merasakkan penis Sehun makin tegak,makin membesar dilubangnya. "Se-Sehun pleaseee.." mohonnya saat penis Sehun yang sudah tegak sempurna menyentuh prostatnya.
"Please what daddy?" Tanya Sehun jahil.
"Please move. Bergeraklah,please fuck me. Please fuck your dad harder!"
"Baiklah daddy.." Sehun lalu menggenjot Luhan dari belakang membuat tempat tidur berdecit karena gerakkan Sehun yang liar.
Beberapa hentakkan dari Sehun dan Luhan mencapai klimaksnya. Tubuhnya yang lelah langsung ambruk dikasurnya.
"Ayah apa kau lelah?" Tanya Sehun sambil mengusap punggung ayahnya. Luhan mengangguk dengan wajah yang tenggelam didalam bantal.
"Oh sayang sekali tapi aku belum selesai."
Luhan meneguk salivanya.
Apa yang salah dari sel spermanya dulu?
Kenapa ia bisa menciptakan Sex beast seperti Sehun?
TBC or END?
LOL apa ini?! APA INI?!
Ini aku bikin ini 3jam yang lalu dan langsung dipost tanpa diedit wkwkw
Terlalu malu untuk ngebaca lagi
Jd maaf kl banyak typo dan kesalahan lainnya.
Apa?mau sequel?SEQUEL?hahahahha
