Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Mystery
Rated : T
The Cases are Not Over!
Chapter 1
"AAAAHHHH!"
Teriak seseorang memecah keheningan malam di Konoha. Naruto sedang berjalan menemui Kakashi, perjalannya pun terhenti mendengar teriakan itu. Tampaklah dua orang berjubah hitam keluar dari salah satu kedai ramen.
"Apa?! Itu, kan, kedai ramen Ichiraku? Siapa yang mau merampok gubuk seperti itu? HEY!" ucap Naruto lalu lari mengejar kedua orang tadi.
"Sebaiknya ayo kita pergi!" ucap salah seorang pria berjubah.
"Ah, sialan. Mereka kabur. Aku sudah tahu bahwa mereka akan takut pesonaku membuat mereka gila. Hahaha! Lagi pula, untuk apa aku mengejar mereka? Lebih baik aku mengejar cintanya Sakura saja. Hahahaha!" Naruto tertawa jahat. Tiba-tiba ia teringat. "Eh? Ichiraku!" Naruto memasuki kedai ramen tersebut. Ia mendapati sang penjual ramen terkapar di lantai dengan beberapa sayatan pisau di kulitnya yang cokelat.
"Oh, jika seperti ini kemana lagi aku harus membeli ramen yang enak?" Naruto lalu mengangkat Ichiraku ke sebuah sofa di sana. Ia bingung apa yang harus dilakukan.
"Eh? Bagaimana dengan janjiku dengan Kakashi-sensei? Ah, aku ada ide. Aku panggil saja Kakashi-sensei kemari." Naruto memperlihatkan senyum seringainya.
..
..
"Kemana Naruto? Sudah kutunggu tapi tak kunjung datang." belum sempat Kakashi menarik napasnya, tiba-tiba..
"Kakashi-sensei! Ayo ikut aku! Ada hal gawat." teriak Naruto.
"Huh, belum sempat aku bernapas. Ada apa?" tanya Kakashi.
"Ayo, cepatlah, kedai ramen Ichiraku dirampok."
"Apa?! Itu hanya kedai ramen biasa, untuk apa mereka merampok?"
"Kau ini bertele-tele sekali sensei. Cepatlah, Ichiraku terluka!"
"Oh, baiklah."
Mereka pun bergegas ke kedai ramen Ichiraku. Kakashi terkejut melihat kepala Ichiraku yang sudah terpenggal. Begitu pun Naruto yang benar-benar terbelalak melihatnya.
"Naruto, ia sudah tak bisa diselamatkan lagi." ucap Kakashi.
"Ta-tadi Ichiraku hanya terkena sayatan-sayatan pisau saja. Tidak seperti ini." jawab Naruto.
"Ini aneh."
"Kakashi-sensei, tolonglah, sambungkan kepalanya lagi. Kumohon.."
"Kau pikir hanya dengan menggunakan lem kepalanya bisa tersambung lagi? Jangan gila."
"Kepada siapa lagi aku harus membeli ramen jika tak ada Ichiraku? Kepada siapa lagi aku akan berkata 'tambah 10 mangkuk ramen lagi!'? Kepada siapa lagi aku bisa mendapat bonus ramen secara gratis? Kepada siapa aku akan berlari jika teman-teman mengacuhkanku? Kepada siapa lagi? Siapa? Tak ada pembuat ramen seenak dan seramah Ichiraku." Naruto mulai berlebihan hingga ia menangis tersedu-sedu.
"Berlebihan sekali kau ini. Seperti tak ada pembuat ramen yang lain." Kakashi mulai malas mendengar ocehannya.
..
..
Tak berselang lama setelah kematian Ichiraku, kejadian aneh sering terjadi. Semua warga Konoha resah. Satu per satu keluarganya menjadi korban. Naruto, Sakura, Sasuke, Ino, Shikamaru, Neji, Hinata, Rock Lee, dan Sai sedang di taman desa membicarakan hal yang telah terjadi itu.
"Aku mulai resah, masalahnya aku memiliki toko bunga. Jika mereka merampok tokoku, aku bisa dibunuh." ucap Ino.
"Ya, itu yang kukhawatirkan. Kau sering menjaga tokomu itu sendiri kan? Aku tak ingin sesuatu terjadi padamu." ujar Sai.
"Hey, ini bukan waktunya berkencan." Naruto memotong pembicaraan mereka.
"La-lalu apa yang harus kita perbuat? Mungkin mereka mengincar orang buta sepertiku." ucap Hinata.
"Jangan sembarang bicara. Aku juga buta, setidaknya kita memiliki kekuatan." ucap Neji.
"Kalian semua terlalu pasrah terhadap keadaan. Payah!" ucap Sasuke tiba-tiba.
"Diam kau, Sasuke. Jangan menyepelekan kami. Kalau kau kena baru tahu rasa!" Naruto mengarahkan tinjunya kepada Sasuke.
"Mungkin mereka mengincar baju super elastis dan menawan ini. Mereka pasti ingin sepertiku. Hanya saja mereka belum menemuiku." ucap Rock Lee sambil memamerkan baju terusan hijau yang selalu ia kenakan. Semua yang ada di sana tercengang.
"Hoam.. Aku malas membicarakan hal ini. Sampai jumpa." Shikamaru pergi meninggalkan mereka semua.
"Sekarang apa?" tanya Ino.
"Kita harus mengetahui siapa pelaku dibalik semua ini. Kasihan warga Konoha. Jika aku sudah menemukan mereka, akan kuhabisi mereka." ucap Sakura sambil menancapkan kunai ke pohon dekat mereka dengan penuh emosi.
"Sebelum kau menghabisi mereka, mereka sudah menghabisimu duluan, nona merah jambu yang banyak gaya." ejek Sasuke.
"Sudahlah, daripada bertengkar lebih baik ayo kita beli ramen Ichiraku!" Naruto sangat bersemangat dengan riang gembira, yang lainnya hanya merasa aneh. Tiba-tiba Naruto teringat sesuatu dan seketika wajahnya menjadi sedih.
"ICHIRAKU! Aku lupa ia sudah pergi. Aku sungguh tak bisa melupakan penjual ramen yang keriput, berkulit cokelat, bermata sipit dan bersenyum manis itu. Mengapa yang baik selalu pergi terlebih dahulu?! ICHIRAKUUUU!" Naruto menangis meronta-ronta hingga menenggelamkan kepalanya ke tanah dengan tangannya yang memukul-mukul.
"Na-ruto, sudahlah. Biarkan Ichiraku tenang. Tak perlu dipikirkan. Kau masih memiliki kami." ucap Hinata.
"Ah, berlebihan sekali." ucap Neji.
"Sudahlah, aku buatkan baju elastis saja untukmu. Sebagai pengganti Ichiraku. Kau pasti sangat menginginkannya." ucap Rock Lee.
"Ah, kalau begini aku pun menjadi malas membicarakan hal ini. Biarlah, apapun yang terjadi, terjadilah." ujar Sai.
..
..
Bunga-bunga di toko Ino sudah mulai layu. Ia menyayangkan jika bunga-bunga itu dibuang. Maka ia memutuskan untuk membuka tokonya 24 jam dan berharap akan ada orang yang membeli bunga-bunganya.
"Oh, bungaku, malang sekali kalian. Mungkin jika aku buka lebih lama akan ada yang membeli bunga-bungaku ini. Mungkin dengan jika terjual, mereka tidak akan layu di sini sehingga aku tak merasa kasihan melihat mereka. Sebaiknya kupasang tulisan diskon 50% saja agar ada yang datang." Ino mulai menulis tulisan itu dan menempelkannya di pintu masuk toko.
1 jam telah berlalu, 2 jam telah berlalu, 3 jam telah berlalu, hingga akhirnya sudah pukul 22.00. Pelanggan demi pelanggan telah ia layani walaupun tak semua bunga terjual. Ino mulai merasa lelah.
'Lelah sekali, apa sebaiknya aku menutup toko ini saja?' batinnya
Keadaan mulai sepi. Bahkan sangat sepi. Tiba-tiba lampu rumah Ino padam dan...
"Yamanaka Ino..." suara bisikan terdengar jelas dari belakang Ino. Saat Ino menoleh, tak ada siapapun di sana.
"Siapa di sana? Untuk apa kalian kemari?" Ino berjalan mundur perlahan dan ia menabrak sesuatu.
Bukk!
Ino terjatuh namun ia tak berani melihat apa yang telah ditabraknya tadi. Kilatan pedang terlihat dari sudut mata Ino. Dalam hatinya ia berharap agar ini semua hanya mimpi buruk. Ia sungguh bingung harus meminta pertolongan kepada siapa. Ia memutuskan untuk berteriak lalu berlari ke lantai atas dan mengunci pintu kamarnya.
"AAAAA! Seseorang tolong aku! Bagaimana kau bisa masuk ke sini sedangkan aku selalu memperhatikan orang yang masuk." Ino benar-benar panik dan lari sekuat tenaga.
Tak disangka, orang itu ikut berlari mengejar Ino. Akhirnya ia sampai di kamarnya yang masih dalam keadaan gelap. Belum sempat Ino bernapas lega, ada seseorang lagi di kamarnya.
"Si-siapa kalian sebenarnya? Jika kalian butuh uangku ambil saja asalkan pergi dan jangan ganggu aku." ucap Ino dengan sangat ketakutan.
"Kami tak ingin uangmu, kami ingin nyawamu!" jawab seseorang tersebut.
Kaki Ino melemas, sekujur tubuhnya gemetaran. Kakinya sudah tak mampu menopang tubuhnya lagi hingga ia terjatuh. Ia melihat orang misterius itu menghampiri dirinya namun semakin lama pandangannya menjadi samar. Ia sempat melihat pelindung kepala terikat di lehernya, namun ketika ia ingin mengetahui dari mana asal desa orang tersebut, pandangannya kabur dan Ino tak sadarkan diri.
..
..
"Ino? Ino?"
Terdengar suara seseorang memanggil dirinya. Sinar lampu yang menyilaukan mata, membuat Ino tak bisa langsung membuka matanya.
"Ino, kau baik-baik saja?" tanya Sai.
"Dimana aku?" tanyanya.
"Hai, Ino!" terlihat wajah Naruto yang sangat menghalangi pandangan Ino.
"Kau di rumahmu sendiri. Tak ingat?" tanya Sai.
"Bagaimana bisa? Oh, aku tak terbunuh rupanya." Ino merasa bersyukur mendapati dirinya baik-baik saja tanpa kekurangan sedikit pun.
"Tadi malam, aku sedang dalam perjalanan ke rumah Naruto. Samar-samar kami mendengar suara teriakan. Naruto mengajakku mencari sumber suara itu. Lalu kami melihat hanya rumahmu saja yang listriknya padam. Naruto ketakutan tapi aku memaksanya masuk. Hingga akhirnya kami mendapati dirimu tak sadarkan diri." jelas Sai.
"Apa? Aku ketakutan? Bukankah itu kau? Oh, aku mengerti. Kau ingin terlihat seperti pahlawan di depan Ino? Haha, pahlawan mana mungkin bertubuh gitar spanyol seperti dirimu. HAHAHAHAHAHA!" Naruto bahagia telah mengejek Sai.
"Ah, sial sekali kau, Naruto!" Sai tampak kesal.
"Tunggu, apa maksudmu dengan kata 'tadi malam'? Berarti ini sudah pagi? Dan kalian bermalam di sini?" Ino sangat terkejut.
"Ya. Kami tak ingin sesuatu terjadi padamu." ujar Sai.
"Sebenarnya itu keinginannya Sai saja, tetapi ia membawa kata 'kami'." ucap Naruto.
"Berisik sekali kau ini!" Sai memukul kepala Naruto dengan tinjunya sehingga Naruto terjatuh ke tempat tidur Ino. "Ceritakan apa yang terjadi, Ino." lanjut Sai.
"Kemarin bunga-bungaku hampir layu, aku memutuskan untuk menjualnya karena aku tak tega. Setelah banyak terjual, aku memutuskan untuk menutup toko. Tiba-tiba listrik padam dan ada seseorang di rumahku, mungkin lebih. Aku memutuskan berlari ke kamar. Ternyata di kamarku ada orang asing juga. Setelah itu aku tak sadarkan diri." jelas Ino.
"Apa ciri-ciri yang kau lihat?" tanya Sai.
"Hanya memakai jubah dan ... Oh! Aku ingat, ia memakai pelindung kepala di lehernya. Saat aku berusaha melihatnya, pandanganku kabur." jawab Ino.
Ino teringat untuk memeriksa tokonya. Ia berlari ke lantai bawah. Di dekat pintu masuk, ia melihat pelindung kepala tergeletak di sana.
"Sai! Naruto!" panggilnya.
Sai dan Naruto berlari menghampirinya.
"Ada apa, Ino?" tanya Naruto.
"Lihat." Ino memperlihatkan ikat kepala tersebut.
Mata mereka semua terbelalak. Apa? Sunagakure? Jadi semua kasus ini Sunagakure pelakunya? Merasa dikejutkan, mereka bertiga menemui teman-temannya dan menceritakan semuanya.
"Kita harus ke sana!" seru Sakura.
Tiba-tiba Kiba datang.
"Hey! Shino diculik! Tadi aku ke rumahnya tapi setelah aku lihat pintunya terbuka lebar dengan keadaan rumah yang berantakan tapi ia tak di sana." jelas Kiba.
"Baiklah! Sakura! Sasuke! Kiba! Shikamaru! Neji! Tenten! Ino! Sai! Rock Lee! Ayo ke sana!" seru Naruto.
"Ha? Ke sana? Kemana?" tanya Kiba.
"Sunagakure!" seru mereka semua yang ada di sana serentak hingga gendang telinga Kiba serasa akan pecah.
..
..
Sampailah mereka di perbatasan Konoha dan Sunagakure. Mereka berlari sangat cepat. Tak lama, mereka melihat 3 orang berjalan ke arah mereka.
"Itu adalah Gaara! Orang yang hampir membunuhku!" seru Rock Lee lalu yang lainnya melempar kunai ke arah Gaara.
Pelindung pasir pun terbentuk sebelum kunai mendekati mereka. Sampailah para pemuda Konoha di hadapan sand siblings.
"Tepat sekali kalian menghampiri kami." ucap Temari.
"Langsung saja! Seraaaaangg!" seru Naruto.
"Kau bisa bersabar sedikit tidak, Naruto?" ujar Neji.
"Kalian! Desa kalian melakukan terror ke Konoha!" ucap Sai.
"Dimana Shino? Katakan!" ucap Kiba dengan kesal dan memperlihatkan taringnya.
"Kalian datang ke toko bungaku malam tadi! Mengapa tak sekalian membunuhku?" ucap Ino.
"Pecundang!" ucap Sasuke.
"Mengakulah! Atau kuhabisi kalian!" ucap Sakura mengancam dengan kunai.
"Jangan banyak gaya." sindir Sasuke kepada Sakura.
"Tanganku sudah panas." ucap Tenten.
"Ayo, coba bunuh aku lagi jika bisa pria bergentong!" ucap Rock Lee kepada Gaara.
"Shikamaru, mengapa kau tidak berbicara?" tanya Ino.
Rupanya, Shikamaru sejak berhadapan dengan Temari, ia tak memalingkan pandangannya sedikit pun dari Temari.
"Oh, manisnyaaa..." tak sadar, Shikamaru berkata dengan nada yang menggoda Temari. Satu hantaman kipas raksasa Temari pun mendarat di wajah Shikamaru dan membuatnya terjatuh.
"Rasakan!" ucap Temari dengan sedikit senyuman terlukis di wajahnya.
"Apa yang kalian semua katakan? Kami tidak tahu hal itu. Sudah cukup lama Sunagakure mandapat hal-hal aneh. Seperti penculikan, perampokan, dan pembunuhan. Kemarin, kami menemukan ikat kepala ini di gerbang desa Suna. Lihat. Ini milik orang Konoha, bukan?" ucap Kankuro lalu memperlihatkan ikat kepala tersebut.
"Hey, pria bercemong! DI toko bungaku, aku menemukan ikat kepala Sunagakure. Ini buktinya." Ino menunjukkan ikat kepala yang ia temukan di tokonya.
"Kau, pria bertatto! Mengapa tak mengeluarkan suara sedikit pun?" tanya Sasuke.
"Untuk apa aku mengeluarkan suara untuk sampah-sampah seperti kalian?" jawab Gaara.
"Sampah? Siapa yang sampah di sini?" tanya Sasuke.
"Kau tak dengar tadi aku berkata 'sampah-sampah seperti kalian'? Tak berguna." ucap Gaara dengan datar.
"Kau boleh menyebut kami sampah, tapi wanita cantik dihadapanku ini tak mungkin menyebutku sampah. Benar bukan?" Shikamaru mengangkat sebelah alisnya kepada Temari. Senyum tipis terlukis di wajah cantik Temari, ia merasa malu atas pujian Shikamaru.
"Jika kalian tetap menyangka bahwa pelakunya adalah kami. Bagaimana jika perwakilan Konohagakure bertarung dengan perwakilan Sunagakure?" ujar Kankuro.
"Ide bagus! Biarkan aku mewakili Konoha!" ucap Naruto dengan bersemangat.
"Gaara, aku ingin kau melawannya." ucap Temari.
"Ya, aku setuju. Jika kau yang mewakilinya, nanti kau bisa terluka." ucap Shikamaru kepada Temari. Perkataan itu membuat Temari tersipu malu dan rona merah tipis terlukis di wajahnya.
"Sudahlah!" Temari berusaha mangalihkan pujian itu dari pikirannya.
"Si pasir ini sepertinya tidak akan menang melawan Naruto." ucap Rock Lee.
"Jika kita berkesempatan bertarung lagi, aku bersumpah akan membunuhmu." ucap Gaara.
"Tidak akan bisa, pria konyol bergentong." ejek Lee.
"Bukankah lebih konyol jika memiliki rambut seperti mangkuk ramen?" ejek Gaara.
"JANGAN ADA YANG BERKATA 'RAMEN'! ITU MEMBUATKU TERINGAT ICHIRAKU!" ucap Naruto kesal.
"Ah, mulai lagi." Sai memutar bola matanya.
..
..
Tempat yang mereka pilih adalah tempat pada saat Gaara dan Rock Lee menyelesaikan ujian Chūnin. Temari dan Kankuro membuat sebuah rencana jika dalam pertarungan ini Gaara kalah. Mereka telah mempersiapkan semuanya jika itu terjadi. Di saat pemuda-pemuda Konoha berdiskusi, Shikamaru hanya terdiam dan memperhatikan Temari dari jauh. Terkadang, senyuman-senyuman kecil terukir di wajahnya.
"Aku akan membuat angin yang cukup besar dengan kipasku ini dan menghadang mereka. Jika Gaara terluka, masukkan ia dalam boneka-bonekamu itu lalu amankan dari sini." jelas Temari.
Sebelumnya mereka belum pernah melihat Gaara melawan Naruto yang terkenal sangat mahir itu.
Setelah diperhatikan lagi, pandangan Gaara berubah. Ia seperti menatap sekelilingnya dengan kebencian dan tampak haus akan darah.
"Kau akan kalah, Gaara!" seru Naruto.
"Hn." Gaara hanya terdiam dengan posisinya.
Mereka berdiri berhadapan. Masing-masing dari mereka seperti menyimpan kebencian. Tambur telah dipukul oleh Kankuro dan ...
To be continue...
What do you think?
Review? Fav? Follow?
Wait for Chapter 2,okay?
Thanks for reading.
Reply to Kyoujinfuuto11 :
Tunggu saja ya untuk genre friendshipnya:)
