Disclaimer :

Naruto Masashi Kishimoto

CCTV Aburame Soni

Rated: T

Warning: Fic Abal, Author gaje, Typo bertebaran, dan hal buruk lainnya.

Genre : Horor, Drama

Sumary:

CCTV, merupakan terknologi yang diciptakan untuk merekam berbagai peristiwa yang nyata terjadi di sekitar saja. Konohagakuen High Scholl adalah sekolah yang baru melakukan pemasangan CCTV, dengan harapan dapat meningkatkan keamanan. Namun apa jadinya jika CCTV itu bukannya merekam peristiwa nyata ,malah menyajikan Eksistensi mahluk tak kasat mata ?

.

.

Chapter 1 : Begining

"Hahh hahhh haahhh" Disatu lorong ,terlihat seorang wanita berambut merah panjang berlari tergesa-gesa. Keadaan sangat gelap gulita, hanya ada beberapa lampu redup yang menyinari sepanjang lorong disana. Suasana sepi sunyi, hanya terdengar deru nafas sang wanita dan derap langkah yang menggema disana. Angin malam yang berhembus entah dari mana kian menusuk setiap inci bagian tubuh sang wanita .ketika itu, ia melihat seorang bocah dengan pakaian lusuh sedang berdiri dengan tatapan kosong disana, Sontak ia menghentikan langkahnya.

"W-who are you ?" Tanya sang wanita yang hanya dijawab dengan keheningan disana. Sampai akhirnya..

"kyaaaa…! N-naruto-kun" jerit Hinata yang saat itu tengah menonton DVD horror. Sementara orang yang dipanggilnya langsung merangkul tubuh wanita dengan rambut indigo itu ,dan langsung mematikan TV didepanya .

"A-aku takut Naruto-kun, H-hantu itu tiba-tiba muncul dan_"

"Sudah sudah, Hinata sebaiknya kita tidur sekarang" ajakan Naruto pun diikuti anggukan setuju dari Hinata.

Naruto dan Hinata pun berjalan kekamar mereka tanpa melepaskan pelukan.

"Bukankah sudah kubilang untuk berhenti menonton film-film Horor , itu mempengaruhi pikiranmu akhir-akhir ini" ucap Naruto berusaha menenangkan hati sang istri sambil menceramahinya agar berhenti menonton Film Horor.

"T-tapi tapi Naruto-kun, bukankah kamu tahu sendiri ,itukan hobiku sejak SMP"

"Aku tahu ,tapi aku tak mau melihatmu ketakutan seperti itu, terlebih lagi kamu menjerit di wc umum tempo hari" wajah Hinata pun langsung memerah ketika Naruto mengucapkan kejadian memalukan saat Hinata berteriak ketakutan di Toilet umum.

"Hehe, yasudah ayo kita tidur"

.

.

.

.

Keesokan harinya. Matahari belum menunjukan sinarnya, tetapi sepasang kekasih yang sudah menikah ini sudah siap menjalani harinya dengan penuh semangat. Ya, pasangan itu adalah Naruto dan Hinata, mereka adalah pasangan yang unik. Hyuga Hinata adalah seorang wanita pendiam penggemar film Horor. Sementara Namikaze Naruto adalah seorang guru energik, yang dulunya sangat penakut. Namun seiring berjalannya waktu, sifat penakut Naruto semakin berkurang semenjak menikah dengan Hinata. Tapi sekarang sebaliknya, Hinata menjadi wanita penakut, ia sering mengalami halusinasi, banyak orang menganggap Hinata sebagai korban Holiwood. Mungkin halusinasi di rumah itu tidak masalah, tapi di tempat umum ?, itu baru masalah. Terkadang Naruto khawatir jika istrinya itu ditinggal keluar rumah sendiri. Terakhir kali Hinata menjerit di WC umum, aula sekolah, dan bahkan bicara sendiri di jalanan. Banyak orang beranggapan bahwa Hinata mengalami gangguan jiwa, tapi Naruto tak percaya itu. Mereka tinggal di dekat Konohagakuen High Schooll, dan Naruto menjadi guru Olahraga disana.

"N-naruto-kun ?" di ruang makan, Hinata tiba-tiba menyapa Naruto yang sedang menyeruput kopinya di meja makan.

"Hmm?"

"Apakah Naruto-kun yakin dengan rencana itu ?"

"Rencana yang mana ?"

"Menjadikan TV dirumah kita monitor CCTV sekolah"

"Ya tentu saja" mendengar pernyataan Naruto, wajah Hinata jadi sendu. Sejak awal Hinata khawatir ada makhluk tak kasat mata menunjukan eksistensinya di Monitor CCTV.

"k-kenapa tidak di Sekolah saja monitornya ?"

"Monitornya memang di sekolah, tapi kitakan tidak sampai malam ada di sekolah, dan satu-satunya orang yang bisa memantau sekolah ,ya siapa lagi kalau bukan kita." Sahut Naruto menjelaskan alasan tentang Monitoring CCTV sekolah, mengingat Rumah Naruto berdampingan dengan Sekolah.

"Tenang saja, aku takan menyuruhmu melihat rekaman atau memantau keadaan sekolah." Sambung Naruto yang masih berupaya menenangkan Istrinya itu.

Hinata hanya membalas perkataan Naruto dengan senyuman.

"Sudahlah tak usah membicarakan hal seperti itu , saat ini aku benar-benar lapar" ucap Naruto sambil mengusap perutnya berusaha mengalihkan pembicaraan.

Hinata pun mengambil dua mangkuk Ramen dengan Nampan dari dapur.

"Baik ini dia.."

"Asikkk.."

.

.

.

Di ruang guru..

Seperti biasanya sebelum memulai jam pelajaran, Gaara Sabaku selaku Kepala Sekolah selalu mengadakan Breafing sebelum para pegawai dan Guru melakukan tugas mereka.

"Menjelang ujian, sekarang aku jamin tugas kalian akan sangat banyak" ujar seorang pria berambut merah maroon di depan para Guru "Aku minta, nilai-nilai para Siswa segera dipenuhi"

"Intruksi pak, lalu bagaimana dengan Soal-soal Ujiannya ? ada beberapa mata pelajaran yang belum siap." Salah seorang Guru mengacungkan tanganya untuk bertanya.

"Ujian akan dilakasanakan minggu depan. Jadi aku tak mau tahu, besok lusa Soal-soal itu harus sudah selesai. Bisa dipahami ?" Tegas pria yang menjabat kepala sekolah tersebut.

"Haik, kami faham" ucap serentak para guru.

"Bagus kalau begitu"

'Astaga bagaimana ini, aku benar-benar belum menyelesiakan soalnya, aku pasti akan lembur hari ini. Gaara memang keterlaluan' gerutu Naruto dalam hatinya.

"oh iya, Naruto"

"Eh i-iya?"

"Pemasangan CCTV akan dilakukan hari ini, aku ingin kau bertanggung jawab . beritahu mereka titik-titik yang telah kita diskusikan kemarin"

"A-apa, aku? K-kenapa harus aku ?" Naruto terkejut dengan perintah Gaara, soal-soal ujian saja belum selesai, ia sudah membebankan kewajiban lain.

"Apanya yang kenapa, bukankah kemarin kau yang punya usulan, jadi tentu saja kau yang bertanggung jawab"

"T-tapi ,a-aku_"

"Baik ,Briefing ini kita cukupkan sampai disini, semuanya lakukan pekerjaan masing masing."

"Hai"

Naruto hanya mematung disana dengan wajah suram.

'Sialan dia benar-benar membuatku bekerja keras,' Gerutu Naruto pada atasannya itu untuk kedua kalinya

.

.

.

16:30. Senja sudah hampir tiba, namun Naruto masih belum pulang juga. Walaupun jarak rumahnya dengan tempat suaminya bekerja hanya beberapa meter, tapi kehawatiran tetap tersirat diwajah Hinata.

"Yaampun sepertinya Naruto-kun akan kerja lembur, dia bahkan lupa membawa makan siangnya" diam sesaat "Apa boleh buat, aku akan bawakan makan siangnya" ucap Hinata sambil tersenyum manis.

.

.

Tap tap tap tap. Suara langkah kaki Hinata memecah keheningan di lorong Sekolah yang kini sudah sepi karena jam pelajaran sudah berakhir tiga puluh menit yang lalu.

Ketika Hinata berfikir kalau saat itu sudah tak ada Siswa, tiba-tiba seorang Siswi berambut merah ,berseragam Sailor lusuh tengah berlari dengan tumpukan buku di pelukannya. Hinata melihat Siswi itu tengah tergesa-gesa, sampai akhirnya terjatuhlah selembar kertas.

"H-hey..! tunggu..!" panggil Hinata pada gadis itu yang sudah melintas dihadapannya, Namun gadis itu tak kunjung menghentikan langkahnya. Tanpa pikir panjang wanita bersurai indigo itu langsung mengambil kertas yang terjatuh.

Ketika dilihat ,ternyata isi kertas itu adalah Bar Lagu. Hinata langsung berfikir kalau gadis itu anak Club Seni Musik. Ketika Hinata khendak memberikannya ,gadis itu sudah tak Nampak di lorong itu.

"Hey, kemana gadis itu?" Tanya Hinata pada dirinya sendiri.

.

.

.

"Argghhh sial, semua ini belum selesai dan mustahil bisa selesai sekarang." Gerutu Naruto pada dirinya sendiri.

"Naruto, bisakah kau hentikan 'Argghhh' mu itu ? aku pun sedang mengerjakan tugas disini, Hooaammm" tegur seorang pria kepala nanas yang sedang mengetik sesuatu di sana.

"Eehh, kau juga bisakah hentikan 'Hooaammm' mu itu ? aku pun sedang mengerjakan tugas disini..!" jawab Naruto tak mau kalah.

Tok tok tok..

"permisi" Ujar seseorang dibalik pintu.

"Masuk" sahut Naruto mempersilahkan orang itu untuk Masuk.

Ketika pintu terbuka Naruto langsung familiar dengan sosok wanita dengan manik lavender itu, siapa lagi kalu bukan istrinya, Hinata.

"Hay" Sapa Hinata dengan senyum manis disana.

"Hinata ! kamu bawa bento"

"Hm, bentonya ketinggalan dan Sudah kuduga Naruto-kun pasti kelaparan" ujar Hinata sambil menghampiri Naruto.

"Haha, bekerja tanpa Bentomu membuatku hampir mati kelaparan. Eh kertas apa itu ?"

"ohh ini , tadi seorang siswi menjatuhkannya saat aku menuju kemari"

"A-apa ? siswi katamu?"

"Iya seorang siswi, dia sepertinya selesai ikut club seni musik"

Mendengar pernyataan istrinya, Naruto sedikit merasa aneh. Bagaimana tidak, mana ada club menjelang Ujian.

"Tapi Hinata, Semua siswa sudah pulang tiga puluh menit yang lalu, selain itu tak ada club menjelang Ujian" terang Naruto .

"A-apa? T-tapi tadi aku benar-benar melihatnya, dia mengenakan seragam sailor berlari melewati perempatan di lorong sana"

"Hah ? Sailor katamu ?" Tanya Shikamaru yang sedari tadi mendengarkan percakapan Naruto dan Hinata. "Seragam Sekolah kita kan bukan Sailor".

Untuk beberapa saat mereka semua membisu berusaha mencerna peristiwa yang baru saja terjadi. Jika Hinata berhalusinasi lalu bagaimana dengan kertasnya ?, kertas itu benar-benar nyata dibawa Hinata. Mereka semua berfikir keras, terutama Hinata, jelas-jelas ia melihat Wanita berambut merah menjatuhkan kertas disana, mana mungkin kali ini ia berhalusinasi.

"Ahaha, s-sepertinya aku b-berhalusinasi, lagi" ujar Hinata Sambil tertawa garing, sekarang ia berusaha berfikir positif.

"ya, kurasa istrimu berhalusinasi lagi Naruto" Imbuh Shikamaru yang juga tak mau berfikir macam-macam.

"Hmm, kuharap begitu" kali ini Naruto pun memikirkan hal yang sama.

"Sebaiknya N-naruto-kun habiskan bentonya" Hinata langsung mengalihkan topik pembicaraan untuk memperbaiki keadaan.

"ohh iya benar juga" ketika Naruto khendak membuka kotak Bentonya, tiba-tiba ponselnya bergetar ,menandakan ada pesan masuk.

"Astaga.! Mereka sudah tiba, para pemasang CCTV sudah datang. Maaf Hinata, sepertinya aku tidak sempat makan bentonya, pekerjaanku sangat menumpuk, belum lagi saat ini aku disuruh mengawasi para pemasang CCTV, jadi aku_"

"Tidak apa-apa, kerjakan saja" ucap Hinata meyakinkan Naruto yang terlihat merasa bersalah. "Soal-soal ujian ini, biar aku yang kerjakan" Imbuh Hinata.

"H-hey tidak usah, kau tak punya kewajiban untuk mengerjakan ini" Naruto berusaha mencegah Hinata.

"jangan Khawatir, jika Naruto-kun mengerjakannya sendiri, semuanya takkan selesai" Hinata terus meyakinkan suaminya dengan senyuman manis, dan itu cukup untuk meluluhkan Naruto.

"Baiklah, tapi kau tak perlu menyelesaikannya." Imbuh Naruto yang langsung keluar ruangan."Baik aku pergi dulu"

"Ingat.! Kau tak perlu menyelesaikannya" ucap Naruto sambil melenggang ke luar ruangan

"wahh sepertinya Naruto menjadi suami yang beruntung" timpal Shikamaru yang hanya dibalas senyuman oleh Hinata.

.

.

.

Jam sudah menunjukan pukul 17:55, Hinata masih berkutik dengan keyboardnya disana. Bebeberapa kata ia torehkan disana, pandangannya memang terpaku pada Monitor computer, tapi pikiranya sesekali teringat pada peristiwa ganjil yang terakhir kali ia alami. Gadis itu ,Bajunya, langkah kakinya, rambutnya, ia masih ingat dengan pasti, hanya saja wajahnya yang tak tampak jelas. Tapi entah kenapa ,rambut panjang nan merah, rasanya Hinata pernah melihat itu.

Sebetulnya Hinata sedikit cemas,mungkin saja sosok yang ia lihat hari ini adalah 'Mahluk' dari dunia lain, tapi mari kita lihat sisi positifnya, mahluk itu tak terlihat menakutkan, setidaknya pernyataan itu membuat hati Hinata 'sedikit' lega.

"Baik sudah selesai, tinggal aku Fotocopy" Ucap Hinata pada dirinya sendiri. Ia pun melangkah mendekati mesin fotocopy diruangan itu.

"Aku yakin Naruto-kun pasti senang melihat ini, soal-soalnya sudah selesai, jadi Naruto-kun tak usah lembur" ujar Hinata sambil meletakan kertas-kertas yang sudah ia Print out di mesin Fotocopy.

"Yosh ini dia" Hinata pun menekan tombol berwarna Hijau di mesin Fotocopy dan.

"Teng Tong Teng Tong , Tong Teng Teng Tong" (suara bel)

Bel sekolah tiba-tiba berbunyi bersamaan dengan Hinata menekan tombol Fotocopy.

"Ehh, k-kenapa bel nya berbunyi? Astaga sudah gelap ternyata" Hinata terkejut ketika ia melihat ke jendela luar. "Apa Naruto-kun belum selesai ? biarlah, nanti aku bisa menelponya untuk menjemputku."

"Sreet Sreet" ,suara mesin Fotocopi yang mengeluarkan kertas-kertas mendominasi keheningan di ruangan itu.

"Are? Apa ini?" Sahut Hinata terkejut melihat hasil fotocopyannya hanya kertas kosong. "jangan bilang kalau tintanya habis" Hinata langsung membuka tempat tinta dan . "Tintanya penuh. Aku yakin mesinya rusak" setelah itu mesin fotocopy malah bergerak tak karuan seperti hendak meledak.

"yaampun, ada apa dengan mesin ini ?" kini Hinata sedikit panik, ia takut kalau mesin itu meledak.

DUKK..!

Mesin itu pun berhenti bergerak, setelah tendangan yang agak keras dilontarkan oleh Hinata. Sekarang ia benar-benar gelisah, ia mulai berfikir 'ada yang tidak beres disini'. Ia berusaha menenangkan dirinya, dan mencoba mesin itu lagi.

"Baik, akan kucoba sekali lagi" Hinata pun menekan tombol berwarna hijau sekali lagi. Kali ini mesin itu berjalan secara normal.

Sreet sreet satu lembar mulai keluar dari mesin itu dengan hasil yang bagus. Hinata mulai lega, begitupun kertas kedua dan ketiga, hasilnya normal-normal saja. Sampa di kertas ke empat.

"E-ehh, s-sekarang apa?" di lembaran ke empat ,hasil dari fotocopy tak seperti yang diharapkan. Terdapat garis-garis panjang berwarna merah menyerupai rambut. Begitu pun di kertas-kertas selanjutnya. Sekarang nafas Hinata semakin memburu, keringat dingin keluar pelipisnya, kali ini semuanya benar-benar tidak beres. Garis di kertas itu semakin banyak, saking banyaknya garis yang awalnya menyerupai rambut, sekarang terlihat seperti darah. Tak banyak berfikir lagi , Hinata langsung menekan tombol berwarna merah untuk mengehentikan mesin itu.

Wanita bersurai indigo itu berupaya menormalkan ritme pernafasannya, Mengusap peluh di kepalanya yang rasanya sudah sangat membasahi seluruh permukaan kulitnya. Dibukalah mesin fotocopy itu dengan ekstra perlahan, berharap tak ada apapun disana, dan ternyata…. Krekkk… tak ada apapun disana, kecuali secuir kertas.

"Astaga.. aku harap aku memang kelelahan, yah kurasa aku memang kelelahan" akhirnya perasaan Hinata kini mulai lega, setelah itu iapun memegang mesin itu dengan maksud menutup mesin itu, namun..

Sosok wanita bersurai merah, dengan seringaian menyeramkan disana, darah berceceran di sekujur tubuh wanita itu. Matanya tak terlihat ,seolah menampakan kalau ia tak bermata. Seragam sailor berwarna putih kusam dan lusuh, juga dipenuhi noda darah.

Nafas Hinata tercekat untuk beberapa saat ketika melihat penampakan itu didepan bola matanya sendiri, mendadak hawa menjadi sangat dingin menusuk hingga ke tulang rusuk ,dadanya terasa sesak, suaranya nyaris hilang.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

.

.

.

"KYAAAAAA…!"

Jeritan Histeris menghiasi seluruh kolidor Konohagakuen, tentu saja itu terdengar oleh Naruto yang tengah memasang CCTV bersama beberapa orang disana.

"Astaga s-suara apa itu ?"

"Hinata..!"

"Ehh ? siapa Hinata Naruto-san?"

Tanpa pikir panjang lagi, Naruto langsung memacu tubuhnya untuk berlari secepat kilat ke ruang guru, tanpa menghiraukan pertanyaan dari beberapa orang disana.

"Hey sepertinya sekolah ini angker." Ucap salah seorang pemasang CCTV pada temannya.

"kau sependapat denganku, jangan-jangan"

"jeritan barusan?" mereka pun bergidik ngeri.

.

.

"Hahhh hahh ahahhh.." deru nafas kian memburu tiap langkah Naruto, namun hal itu tak menurunkan kecepatan lari Naruto, yang ada dalam pikiran Naruto kali ini adalah 'apa yang terjadi dengan Hinata ?' karena Naruto sendiri menyangka kalau Hinata sudah pulang. 'Betapa bodohnya aku, membiarkan istriku diam sendirian di sekolah menyelesaikan tugasku' .

BLAGHH..!

"Hinata..!" dibukalah Pintu itu dengan kasar. Naruto memanggil Hinata dengan nada tinggi, berharap istrinya baik-baik saja. Namun ia melihat wanita itu terkulai di lantai yang dingin tak beralaskan apapun.

"Astaga Hinata.. Hinata, ayo Hinata bangun." Dengan dipenuhi rasa panik, Naruto mengguncang tubuh istrinya itu. Namun sayang, itu sama sekali tak membantu apapun.

.

.

.

21:45..

Biasanya Hinata belum tidur di jam-jam seperti sekarang, namun kali ini ia masih belum sadarkan diri. Sebelumnya ia sudah bangun, hanya saja Naruto menyuruhnya tidur lagi karena ia malah mengigau tak karuan. Setelah memastikan istrinya benar-benar tidur, Naruto melanjutkan mengerjakan tugasnya yang sepertinya enggan untuk selesai.

Tugasnya memang tak selesai sampai pemasangan CCTV, tapi ia juga diharuskan untuk memeriksa, memastikan semuanya bekerja sesuai fungsi. Tak lupa iapun mempelajari terlebih dahulu tentang pemutaran, backup data dan lain sebagainya.

"Baik Naruto-san, saya rasa semuanya sudah saya beritahukan, jadi kami pamit sekarang" ucap salah seorang pekerja yang khendak berpamitan.

"ohh terima kasih kalian semua, kalau saja istriku tak tidur dia pasti sudah membuat masakan untuk kita."

"Ahaha tidak apa-apa, kami tidak dibayar untuk makan dirumah costumer" Setelah semua convensasi dipenuhi basa basi usai, akhirnya para pemasang CCTV pun meninggalkan Rumah Naruhina.

Naruto masih diliputi rasa bersalah kala melihat istrinya terbaring di sofa. Tapi sekedar rasa bersalah tak akan menyelesaikan apapun. Sadar akan hal itu, Naruto melangkahkan kakinya menuju dapur, dibukalah lemari Es berharap mendapatkan sesuatu yang mampu dimasak dengan instan. Terdapat roti tawar ,selai strowbery, sayuran, susu kental manis, sirup, telur, bagus sekali dari sekian banyak makanan yang terpilih hanyalah Susu kental manis. Pria berambut layaknya durian ini benar-benar kebingungan, apa yang harus dimasak? Naruto pun kembali berjalan kedapur menghampiri rak, berharap di rak bagian atas ada sesuatu yang bisa ia masak, dan bingo, ada bubur instan disana.

.

.

Perlahan Hinata membuka matanya, pengelihatanya kabur, cahaya lampu kian menyilaukan pengelihatanya, iapun mengeluh sambil mengangkat tanganya kedepan mata menghalau cahaya menyakiti indra pengelihatannya.

"Sudah bangun?" suara Naruto cukup mengejutkan Hinata yang kesadaranya hampir penuh.

"N-naruto-kun?"

"Ini" Naruto menyimpan Nampan dengan bubur dan susu disana. "kamu pasti kelelahan" Naruto memberkan senyuman lebar khasnya. Hinata masih belum merespon setiap perlakuan Naruto, ia kebingungan apa yang baru saja terjadi padanya. Ia menerawang melihat setiap inci rumahnya, sampai matanya membelalak ketika melihat jam menunjukan pukul 22:05.

"Hey, k-kenapa aku tertidur jam segini, p-pasti Naruto-kun belum makan malam, iya kan?" Hinata langsung duduk terkejut kala melihat jam menjelang tengah malam.

"Wow wow tenanglah" cegah Naruto sambil menahan bahu Hinata yang sepertinya khendak ke dapur.

"Ta-tapi_"

"Ada ramen cup di rak, aku baru saja makan" Naruto kembali memberikan cengiran lebarnya.

"Benarkah ?" tanya Hinata memastikan suaminya tak keroncongan.

"Sudahlah cepat makan bubur itu, aku sudah membuatnya dengan susah payah" ujar Naruto dengan sedikit candaan.

"Susah payah ? inikan bubur instan" jawab Hinata sambil tertawa ringan merespon candaan Suaminya.

"Makanya ajari suamimu ini memasak, agar bisa kubuatkan ramen super enak"

"Uhuhuu, wakata wakata. Bagaimana kalau Weekend ini kita belajar, nanti aku beli bahannya."

"Ide bagus" Naruto menyetujui rencana istrinya itu dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Ngomong-ngomong, apa yang terjadi padaku?." Tanya Hinata sambil melahap bubur instan buatan Naruto.

"Ohh kamu kelelahan"

"kelelahan?" Naruto sadar kalau Hinata pasti lupa terhadap peristiwa tadi.

"Tadi kamu kelelahan, karena mengerjakan semua tugasku sampai hari gelap. Lain kali jangan memaksakan diri, kamu ini" Gerutu Naruto sambil mengerucutkan bibirnya sehingga terlihat lucu yang mengundang tawa Hinata.

"Hey suamimu ini sedang marah, malah menertawainya" ucap Naruto sambil mencubit pipi chubby Hinata.

"B-baik gomen gomen" kali ini bibir Hinata yang terlihat lucu. Tanpa mereka sadari, sesosok mahkluk mengerikan mengawasi keharmonisan mereka berdua.

.

.

.

Cring cring cring

Suara gemerincing kunci yang berpadu dengan suara siulan begitu menghiasi keheningan di depan ruangan kelas. Pegawai dengan seragam khasnya itu tengah membuka pintu ruangan satu per satu. Sampailah si pegawai di lab Komputer.

Crek crek crek, krreeek.

Suara kunci dan pintu terbuka rasanya terasa lambat ditelinga sang petugas. ya lambat ,karena pemandangan selanjutnya adalah semua komputer, bangku, dan semua fasilitas disana berantakan, bahkan beberapa computer ada yang sudah tak berbentuk lagi.

"Ap-apa yang sudah terjadi?!" tanya si petugas pada dirinya sendiri.

Dengan segera iapun ke ruangan di sebelahnya, yaitu ruang kesenian. Dan ia melihat pemandangan yang sama, alat-alat music begitu berantakan, beberapa rusak dan yang lainya berantakan.

"Gawat"

TBC

.

.

.

A/N : Hollaaa..! Minna-minna-Sama.. Author abal Aburame Soni kembali dengan ceritanya yang sama gajenya dengan sang Author XD . terakhir kali bikin misteri yang sama sekali gak kerasa misterinya, dan sekarang Horor ? XD Ho Ho Ho yang benar saja. Saya harap karya saya yang satu ini lebih baik dari karya abal saya sebelumnya, yang terpenting dapat menghibur semua reader-san. Bila ada sesuatu hal yang kurang, bisa dicantum di kolom Riview.

Sekian Author Note dari saya, peluk cium dari Aburame Soni. Sampai Jumpa di Chapter depan guys.. XD