Kuhirup dalam-dalam, kubiarkan aroma ini mengendap sejenak di paru-paruku. Menyegarkan. Kubiarkan mataku melihat larik-larik hujan yang turun. Indah. Sejak kapan hujan berwarna silver?
"Ah, biarlah itu membuatnya semakin indah," gumamku dalam hati.
Kurentangkan kedua tanganku. Terasa seperti ribuan jarum. Namun tak menyakitkan sedikit pun. Kupertajam indera pendengarku. Merdu.. Sangat merdu, bagaikan nyanyian nina bobo. Ah, bukan... melodinya mengingatkanku pada suaranya.
Apakah suara hujan ini suaramu? "Tetap semerdu dulu," batinku.
Kulukis sebuah senyum termanis. "Aku pun merindukanmu."
"Kelak jika aku terlahir kembali, aku ingin menjadi langit," ucapnya memecah keheningan, "Ah tidak.. Aku tak ingin terlahir kembali. Jika suatu hari aku pergi aku akan menjadi langit."
"Hmm," sambarku asal.
Kupandangi butiran hujan di kaca. Kutempelkan pipiku. "Aaah dinginnya," ucapku sambil memejamkan mata.
"Jika kelak aku merindukanmu akan kusampaikan rasa rinduku melalui tetesan-tetesan hujan. Saat kau merindukanku maka dengarlah irama hujan."
"Yah! Zhang Yixing! Kau mau mati ya!" Akhirnya setetes air mata jatuh dan aku menghambur memeluknya. Kuabaikan segala macam peralatan medis ditubuhnya.
"Uljima..." Kurasakan tangannya lembut mengusap puncak kepalaku.
"Berjanjilah. Datanglah jika aku menemuimu saat hujan. Berjanjilah" kuulurkan jari kelingkingku. Dan dia membalasnya.
Entah berapa lama aku berdiri di sini. Berteman melodi yang Tuhan ciptakan dalam hujan.
"Datanglah." Tangisku pun pecah.
"Aku datang." Kurasakan tangan dingin menghapus air mata di pipiku.
Tangan itu kini memelukku. Berselimutkan hujan kubiarkan mataku terpejam karena kutahu aku takkan mampu memandang sosoknya saat kubuka mataku. Kurasakan segala kerinduanku mengalir seiring luruhan hujan. Perlahan kurasakan tangan itu menjauh.
"Berbahagialah dengannya," bisiknya sebelum akhirnya dia memberikan sebuah kecupan di keningku.
Perlahan kubuka kedua mataku. Tampak sosok lain di depanku. Tangan lain dengan kehangatan di tangannnya. Dengan kehangatan di pelukannya.
"Apa yang kau lakukan disini, eoh?" tanyanya.
Kupandangi laki-laki dihadapanku, rambutnya yang lembab karena tempias hujan, mata teduhnya dan senyum hangatnya. Seulas senyum tanpa sadar terlukis di bibirku.
"Hujan membawamu pergi dan hujan pula yang membawanya datang." ucapku padanya. Pada langitku. Pada hujanku.
**Fin**
