Disclaimer: Masashi Kishimoto.

Warning: AU. Minim-deskrip. OOC?


"Aku berjalan tertatih mengekori cahaya. Kaus lusuh yang tidak layak pakai masih melekat dalam tubuh kurus ini. Ketidakmampuan diriku dalam fisik maupun mental membuatku merasa lebih rendah dibanding cecurut."

Sakura Haruno berhenti membaca usai paragraf itu mencapai akhirnya. Emerald miliknya menatap lurus obsidian milik Sasuke yang duduk di hadapan. "Bagaimana menurutmu, Sasuke?"

"Menyedihkan." Satu kata yang menohok, namun dapat membuat Sakura Haruno menaikkan kedua sudut bibirnya ke atas. "Respon yang sudah kuduga."

Mereka duduk di atas karpet halus dan meja kayu sebagai penengah. Hiruk-pikuk Ikebukuro di tengah malam bukan kesukaan Sakura maupun Sasuke. Jadilah pasangan yang terikat dalam ikatan sakral setelah beberapa minggu itu memilih untuk duduk di ruang keluarga, membaca buku yang baru saja Sakura dapatkan dari toko buku senja tadi.

"Jadi? Lanjutkan?"

"Hn." Respon singkat Sasuke dibalas anggukkan oleh Sakura. Gadis dengan surai merah jambu itu mengangguk, lalu melanjutkan paragraf yang telah ia tandai. "Aku hanyalah satu diantara khalayak publik. Tidak terkenal, bahkan tidak diketahui eksistensinya. Malang.

"Tapi obsesiku ialah mengejar cahaya. Perlahan, perlahan. Menempuh badai, menempuh gunung, menempuh salju. Sepersenpun tidak sampai. Keberhasilanku untuk menemukan cahaya itu, untuk tinggal dalam naungannya, sepersenpun tidak sampai. Aku hanya satu diantara khalayak publik, Nona, Tuan."

Sasuke membiarkan dagunya bertumpu di atas telapak tangan yang terbuka, menelaah setiap kata yang dilantunkan Sakura. Kisah seorang pria malang yang eksistensinya tidak dianggap, namun memiliki obsesi yang hampir mustahil bagi orang sepertinya.

"Aku—"

"Tunggu, berhenti." Bariton Sasuke yang menyela membuat Sakura kembali menandai bacaan, lalu meminringkan kepalanya. "Ada apa?"

"Kita bertaruh. Apakah pria itu dapat menemukan cahayanya." Sasuke membentuk seringai, dan raut wajah Sakura makin sumringah. "Tentu! Apa yang ingin kau pertaruhkan?"

"Tidak." Sasuke berdehem sebagai jeda. "Kita tidak bertaruh untuk apapun. Kesenangan semata ketika perkiraanmu benar."

Ulasan senyum Sakura melebar ketika mengetahui ia tidak perlu bertaruh akan apapun. Ia berpikir sejenak, sedangkan Sasuke sudah memiliki jawaban sendiri. Tapi lelaki dengan iris oniks itu membiarkan yang terkasih memberikan jawabannya lebih dulu.

"Aku... Ya. Ia dapat menemukan cahaya yang selama ini ia obsesikan," ujar Sakura. Dan ketika Sasuke mengetahui bahwa gadis itu belum selesai, ia tetap diam. Membiarkan Sakura melanjutkan.

"Ia sudah berusaha dengan maksimal, lalu memanjatkan doa. Dia akan menemukan cahayanya. Aku harap." Sakura membalik lembar-lembar buku sekilas. Kira-kira masih tersisa seratus lembar.

Sasuke merubah posisi duduknya. "Aku bertaruh untuk tidak. Pada akhirnya dia tidak akan bertahan dalam naungan cahaya yang ia maksud. Cahaya yang lain. Bukan cahaya yang dimaksudnya dalam paragraf tadi."

Sakura mengangguk puas. "Oke. Jawaban tidak bisa dirubah, ya?"

Anggukkan dari Sasuke membuat senyum Sakura melebar. Fokus atensinya kembali menelaah paragraf yang ia tandai. "Namun ketika aku berhasil mendekat, cahaya itu terlampau menyilaukan. Aku berusaha, berusaha, berusaha. Ya Tuhan, aku bukan apapun tanpa cahaya itu. Setidaknya semua orang begitu.

"Aku tidak butuh yang lain jika cahaya itu ada dalam dekapanku, jika aku dapat tinggal di bawah naungan cahaya itu."

"Cukup." Bariton Sasuke kembali menyela Sakura yang ingin melanjutkan. "Sebelas malam, kita tidur. Simpan hasil taruhannya untuk besok."


.end.

A/N:

Astaga, dialognya terlalu banyak, ya. Apakah gantung? O.o

Sudah lama nggak mengunjungi fandom Naruto, dan ketika bikin fanfict SasuSaku, rasa rindu terobati. Haha. XD

Ada yang berniat memberi review? :)