Differ Girl

Author : Kim Myeonhan
Genre : Romantic, Hurt/Comfort, GS
Rated : T
Cast :

Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Park Yoora
And the others.

-

Annyeong haseyo^.^
Perkenalkan nama pena saya Kim Myeonhan^0^
Salam kenal semuanya, terutama untuk BaekYeol Shipper, dan juga EXO-L^.^
Saya masih pemula dalam dunia FanFiction, maka dari itu, saya membutuhkan banyak kritik dan saran dari readers^.^
Selain bisa menambah pengetahuan saya, kritik dan saran dari readers berguna untuk membuat saya semakin semangat bergabung di dunia yang cukup tabu bagi saya^.^V
Dan sebagai informasi, ini adalah FF pertama saya loh –Disini^.^
Kepanjangan kali, ya? Kalo gitu saya permisi…
Selamat membaca, All^.^

Summary :

Park Chanyeol, seorang C.E.O muda yang sukses dari perusahaan musik paling terkenal di Korea Selatan, bahkan keluar ASIA. Tak hanya di anugerahi keterampilan dalam berbisnis, Chanyeol juga di anugerahi fisik yang nyaris sempurna. Namun memiliki fisik yang nyaris sempurna, membuat Chanyeol membenci wanita? Terkecuali ibunya. (BaekYeol Area) GS 2017

Don't Copy

.

.

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

.

.

Enjoy~~~

.

.

.

.

.

Seoul, South Korean.

Mentari perlahan bergerak ke ufuk barat, pertanda hari menjelang senja. Warna jingga yang terpatri di atas langit, menjadikan suasana terlihat begitu indah nan menawan. Musim dingin akan segera berakhir, terganti dengan musim semi yang selalu ditunggu-tunggu. Harapan demi harapan terbang tinggi ke atas langit, berharap kebahagiaan yang tak akan pernah sirna.

Mobil, Motor, Sepeda, dan pejalan-pejalan kaki nampak hilir mudik menghiasi lalu lintas Kota Seoul sore itu, menjadikan suasana nampak sangat hangat. Suara bising orang-orang yang mengobrol, suara nyaring klakson kendaraan, hingga suara gemuruh derap langkah orang-orang yang berjalan maupun berlari menandakan betapa sibuknya mereka.

Di tengah-tengah sibuknya lalu lintas Kota Seoul, nampak seorang pelajar siswi SHS berjalan dengan Hadphone yang terpasang di telinganya. Sepasang mata coklat berkilau –milik gadis itu nampak tengah mengamati langit senja yang begitu menawan, disertai dengan seulas senyum bahagia nan cantik yang terpatri di wajahnya.

Byun Baekhyun –itulah nama gadis cantik yang masih mengadahkan kepalanya. Selang beberapa detik kemudian, Baekhyun menghentikan langkahnya dengan tatapan yang masih menerawang jauh ke atas langit. Seolah perhatiannya tercuri, Baekhyun mengalihkan pandangannya –tepat ke seorang pria yang nampak berlari terbirit-birit ke arahnya. Sejenak Baekhyun mengernyitkan dahi keheranan, sebelum kerumunan orang-orang nampak mengejar pria itu.

Baekhyun membaca situasi. Mata Baekhyun bergerak lincah, mengamati pria yang masih agak jauh itu, kemudian beralih pada kerumunan orang yang mengejarnya. Dilihatnya sebuah tas dalam genggaman pria itu, Baekhyun mengangguk paham. Nampaknya Baekhyun berhasil bertemu dengan seorang pencuri.

Dengan seringai jahil, Baekhyun bersiap menghadang laju lari pria itu. Tak lagi memperdulikan kemungkinan dimana dirinya bisa saja ditabrak oleh pria itu. Beberapa detik kemudian, pria pencuri itu nampaknya baru sadar akan keberadaan Baekhyun yang seolah tengah berusaha menantangnya. Dengan geram, pria pencuri itu berlari semakin kencang berusaha untuk menghindari Baekhyun.

BRUK!

BRUK!

BRUK!

KREK!

Dengan kelincahan, kecerdasan, sekaligus kekuatannya, Baekhyun berhasil menangkap pria bertubuh lebih besar dibandingnya. Tanpa memperdulikan lagi kelak apa yang akan terjadi di masa depan, Baekhyun membanting kasar tubuh pria itu, dan berakhir dengan mematahkan salah satu lengannya.

Tatapan kagum, decakan penuh rasa tidak percaya, bahkan tepuk tangan dengan rasa geram mengiringi keberhasilan Baekhyun menangkap seorang pencuri. Pria pencuri itu nampak menggeram kesakitan, tatkala Baekhyun semakin mengencangkan genggaman tangannya pada lengan pria itu.

"Kau sudah menghakimi seseorang seenaknya, bocah! Aku bisa menuntutmu kapan saja, terlebih banyak saksi yang melihat kejadian ini!" Peringat pria itu dengan tajam, namun tak berhasil membuat Baekhyun gemetar takut sedikitpun.

"Wah! Ahjussi, lihatlah wajah mereka di depan sana," Ujar Baekhyun sembari mengalihkan pandangannya bersama pria pencuri itu pada raut wajah kerumunan orang di depannya, dan semua raut wajah itu menggambarkan rasa amarah yang bisa kapan saja membuncah, "Aku ragu jika mereka akan berpihak kepadamu. Menurutku, lebih baik masalah ini kau selesaikan saja dengan mereka, tanpa melibatkan hukum, paham?"

Baekhyun segera beranjak dari tubuh pria pencuri itu dengan raut wajah yang tak terbaca. Sejenak tatapan Baekhyun beradu dengan tatapan pria pencuri itu, sebelum Baekhyun memutuskan kontak mata tersebut dengan berjalan tanpa dosa –meninggalkan pria pencuri itu.

"Ahjussi, Ahjumma, lebih baik selesaikanlah masalah kalian dengannya tanpa melibatkan hukum. Walaupun pada kenyataannya kalian berpeluang besar untuk memenangkan gugatan, tapi menurutku melibatkan jalur hukum sangat melelahkan, dan juga rumit." Seru Baekhyun dengan wajah polosnya, kemudian segera meninggalkan kerumunan orang itu. Tak memperdulikan ucapan terimakasih yang dilontarkan orang-orang disana.

"Hah… " Desah Baekhyun, "Hari yang benar-benar melelahkan!"

Hari beranjak malam, kegelapan menyelimuti. Kerlipan cahaya bintang nampak begitu indah, terhampar megah di atas langit. Rembulan pun tersenyum, seolah berbahagia diatas kesenduan. Kesunyian berbaur harmonis dengan kesepian, melengkapi kesenduan yang terukir dalam hati. Kehangatan, itulah hal yang paling dibutuhkan pada saat-saat seperti ini. Tanpa sedikitpun kehangatan, kedinginan tak akan terobati.

Baekhyun berjalan santai menyusuri jalanan sepi di sekitar perumahan. Kepalanya tertunduk, mengamati jalanan aspal yang begitu bersih, mulus tanpa lubang sedikitpun. Merasa hawa semakin menusuk tulang, Baekhyun merapatkan jaket yang dipakainya, berusaha mendapatkan sedikit kehangatan. Langkah kakinya pun semakin cepat, pertanda jika Baekhyun sudah tak tahan lagi dengan hawa dingin yang begitu kejam itu.

Baekhyun menghentikan langkahnya tepat di depan pintu gerbang rumahnya, kemudian bergegas masuk ke dalam pekarangan rumah tersebut setelah pintu gerbang berhasil dibuka. Rumah sederhana yang nampak cantik, dan hangat menjadi tempat istirahat Baekhyun tatkala dirinya letih menjalani kehidupan.

Suasana rumah yang sama, dan akan selalu sama menyambut kedatangan Baekhyun. Suasana yang sepi, sunyi, namun hangat. Dengan letih, Baekhyun melepaskan sepatunya asal, kemudian bergegas masuk ke dalam rumahnya yang sederhana itu.

Gadis bertubuh mungil itu –Baekhyun membaringkan tubuhnya di atas sofa, dengan seragam sekolahnya. Mata Baekhyun perlahan tertutup, menikmati kesempatan berharganya untuk beristirahat. Namun, selang beberapa detik ponselnya bergetar tanda sebuah panggilan masuk. Baekhyun merogoh sakunya kasar, bermaksud mencari ponsel. Sungguh, Baekhyun akan mencaci si penelpon jika dia berbicara hal yang tidak penting.

"Hyunnie-yah!" Pekik suara si penelpon yang bisa ditebak seorang gadis seusia Baekhyun.

Baekhyun sejenak mendesah singkat, "Yak! Ini waktu istirahatku! Kau memang selalu hadir disaat aku sama sekali tidak menginginkan kehadiranmu, Yoora-ssi…" Bentak Baekhyun kesal, namun justru membuat gadis penelpon terdengar terkekeh gemas.

"Ahh… Maaf, Hyunnie-yah…" Gadis penelpon yang bernama lengkap Park Yoora itu terdengar menyesal, "Bisakah kau membuka pintumu? Aku benar-benar kedinginan di luar sini…"

Baekhyun memutar kedua bola matanya jengah. Dengan mulut yang sibuk menggerutu, Baekhyun melangkahkan kaki menuju pintu. Dengan sekali tarik, Baekhyun berhasil melihat Yoora yang memandanganya tanpa rasa berdosa.

"Kau marah?" Tanya Yoora merajuk, dengan keadaan panggilan yang masih tersambung pada Baekhyun.

"Aish… Pergilah! Aku sibuk!"

"Yak! Yak! Yak!" Hampir saja Baekhyun menutup pintu rumahnya kembali, jika Yoora tidak sigap menahannya sembari memaksa masuk.

Baekhyun berjalan menuju dapur, berharap bisa menemukan cemilan yang bisa dia nikmati. Yoora yang sedari tadi mengikuti Baekhyun, mengerucutkan bibirnya sembari memperhatikan Baekhyun yang nampak tengah mencari sesuatu.

"Kau tidak mempunyai ramyeon?" Tanya Yoora mengejek.

Baekhyun mengigit bibirnya malu, namun tak lama kemudian Baekhyun mengembalikan raut wajahnya. Dengan acuh, Baekhyun membalikan tubuhnya –menghadap Yoora yang menatapnya sengit.

"Aku kehabisan ramyeon. Jika kau lapar, kau bisa mencari makanan diluar sana sendiri." Tukas Baekhyun singkat sembari meninggalkan dapur.

"Jika aku mencari makanan diluar sana sendiri, aku tak yakin bisa kembali masuk ke dalam rumahmu dengan mudah, Baekhyun-ssi." Yoora mengidikkan bahunya, seolah ragu dengan pernyataannya sendiri.

"Aku tidak akan sekejam itu lagi, pergilah." Baekhyun kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa, kemudian perlahan menutup matanya.

"Hyunnie-yah…" Yoora mendekat ke arah Baekhyun, kemudian menggandeng tangan Baekhyun manja, "Aku membawa beberapa bungkus ramyeon, terimalah aku di rumah ini, eum? Hanya untuk beberapa hari saja, tolonglah…" Rajuk Yoora dengan memasang aegyo nya.

"Karena aku sedang malas memasak, dan pada awalnya aku tidak berniat makan malam, lebih baik kau yang memasak ramyeon itu. Anggap saja sebagai biaya sewa rumahku ini." Tawar Baekhyun.

"Okey, aku yang akan memasak! Toh harga dua ramyeon sepadan dengan harga rumahmu ini." Ujar Yoora ringan, sembari meninggalkan Baekhyun yang sudah memandangnya geram.

"Yak! Yoora-ssi, lebih baik kau pergi sekarang juga! Kau memang tidak tahu terimakasih!" Pekik Baekhyun tertahan, dan berhasil membuat Yoora tertawa terbahak-bahak.

Sejenak Yoora, dan Baekhyun membisu larut dalam fikirannya masing-masing. Hingga waktu tak terasa bergulir dengan cepat, dan dua porsi ramyeon pun siap dihidangkan. Yoora berlari-lari kecil menuju Baekhyun sembari membawa panci khusus ramyeon, kemudian meletakannya di sebuah meja. Tanpa menunggu persetujuan maupun ajakan dari Yoora, Baekhyun segera bangun dari baringannya, kemudian beralih duduk tepat dihadapan Yoora.

Yoora mendecih, kelakuan Baekhyun memang berbeda dari gadis lainnya. Sedangkan Baekhyun hanya bisa tersenyum menanggapi decihan Yoora, sungguh gadis yang sangat polos.

"Yak! Melihat kau dengan kelakuanmu yang berbeda, aku fikir mungkin Chanyeollie Oppa bisa sembuh jika kau bersedia untuk menjadi kekasihnya, atau paling tidak kau merawatnya." Yoora sibuk membayangkan apa yang akan terjadi jika Baekhyun bertemu dengan Chanyeol –Kakak kandungnya, sedangkan Baekhyun sibuk menikmati ramyeonnya tanpa mengindahkan perkataan Yoora, "Kau tau? Kemarin eomma membawa seorang gadis untuknya, namun hasilnya selalu nihil! Chanyeollie Oppa menolaknya mentah-mentah, bahkan dia sempat mengumpat kasar pada gadis itu! Malangnya nasib gadis itu." Cerita Yoora dengan raut wajah yang sarat akan kesedihan.

"Karena itulah kau kemari…" Simpul Baekhyun seadanya, namun berhasil dihadiahi tepukan tangan dari Yoora.

"Kau memang cerdas…" Puji Yoora, "Namun aku mempunyai maksud lain, selain itu!" Lanjutnya girang.

"Kau berharap aku bisa bertemu dengan Chanyeol Oppamu itu?" Tebak Baekhyun yang kembali dihadiahi tepukan tangan dari Yoora.

"Jika kau berhasil menebaknya, maka itu tandanya kau setuju? Bukan begitu?" Yoora mengerlingkan matanya penuh harap, namun dibalas delikan tajam dari Baekhyun.

"Yooraie-yah…" Baekhyun memegang tangan Yoora penuh permohonan maaf, "Apa yang sebenarnya kau harapkan dariku, eum?" Baekhyun melanjutkan makan ramyeonnya, "Aku gadis tingkat 2 SHS, namun sepanjang umurku, aku belum pernah berpacaran! Jadi… Mana mungkin Chanyeol Oppamu itu bisa sembuh, eum?"

"Lagi dan lagi!" Rutuk Yoora, "Hyunnie-yah… Ku mohon, cobalah, eum? Aku minta bantuan kepadamu, sahabatku! Aku bosan melihat Chanyeol Oppa hanya bermain game, dan game sepanjang hari. Bahkan kontak di ponselnya hanya ada aku, eomma, abeoji, dan beberapa teman laki-lakinya. Aku takut dia akan menjadi seorang gay-"

PLAK!

Baekhyun memukul lengan Yoora kesal. Bagaimana mungkin seorang adik berharap kakaknya demikian, Baekhyun tidak habis fikir dengan kelakuan Yoora itu.

"Yak! Kenapa kau memukulku?!" Bentak Yoora kesal, dan berhasil dihadiahi sebuah gelengan kepala dari Baekhyun.

"Kenapa kau sekalian tidak berharap jika dia cepat mati, eum? Kau ini! Sudah dewasa namun mudah berfikiran picik seperti itu!" Baekhyun mendesah panjang, "Jika kau tidak percaya bahwa aku tidak bisa membuat Chanyeol Oppamu sembuh, mari kita buktikan."

"Kau bersedia?!" Tanya Yoora dengan mata yang berbinar.

Baekhyun sejenak merutuki keputusannya yang sepertinya salah itu, namun beberapa detik kemudian, Baekhyun mengangguk tanda membenarkan.

~SBC~

Awal yang mungkin membosankan, bukan?
Ahh… Aku hanya tengah berusaha untuk membuat kalian penasaran ._.
Tapi sepertinya gagal hoho T^T
Tapi makasih loh udah ngasih support, membaca, dan yang lainnya T.T
C U Next time!

Review, please^.^