As Sakura 'Haruno' Uchiha's birthday gift,

Sakura's Lover present,

Yamanaka's Florist

Desclaimer : Naruto©Masashi Kishimoto

This story own by Sakura's Lover

Warning: Typo(s), ngebosenin, OOC, aneh, gaje, ga keraa feel, dll

Don't Like? Don't Read!

Happy Reading! :D


Seorang gadis cantik berambut pirang panjang diikat ekor kuda mengelap peluh yang menetes di dahinya. Dia menatap puas bunga-bunga amarilys yang baru saja ia siram. Bunga-bunga berwarna merah dan berkelopak besar itu nampak segar, dengan tetesan air yang berkilau tertimpa cahaya mentari pagi. Setelah dirasa cukup, gadis cantik itu berjalan ke konter , melihat-lihat tempelan sticky note berisi pesanan bunga para pelanggannya. Untuk hari ini ternyata tidak banyak pesanan, hanya dua buket bunga dan sebuah karangan bunga untuk pernikahan saja. Sepertinya hari ini gadis cantik pemilik toko bunga itu bisa sedikit bersantai.

Klining Klining!

Bel pintu masuk toko berbunyi, membuat sang pemilik menolehkan kepalanya. Dia bisa melihat seorang gadis manis berhelaian soft pink memasuki tokonya dengan sebuah senyum ceria tersungging di bibirnya. Gadis itu tersenyum menyambut pelanggan setianya itu.

"Ohayou, Ino-chan!" sapa gadis itu ceria, yang dibalas dengan senyum ramah Ino si pemilik toko bunga.

"Ohayou, Sakura. Tumben sekali kau datang pagi-pagi? Kau tidak ke rumah sakit?" Tanya Ino heran kepada gadis bernama Sakura itu. Yang ditanya hanya tersenyum, lalu mendudukan dirinya di kursi di depan konter Ino.

"Aku mendapat shift malam, Ino-chan. Karena itu aku ingin memesan seperti biasanya kepadamu. Aku ingin menjenguk ayahku," jawab Sakura ceria.

"Bunga tulip kuning lima tangkai, kan?" Tanya Ino memastikan, yang dijawab dengan anggukan kepala oleh lawan bicaranya.

Tanpa banyak bicara, Ino langsung berjalan ke arah pot berisi bunga tulip kuning potong yang masih segar. Dengan cekatan, Ino memilih, menyusun, dan memasangkan pita dengan cekatan pada bunga-bunga itu. Tidak lama, tulip-tulip itu telah hadir di hadapan Sakura.

"Terima kasih, Ino-chan! Seperti biasa, bunga yang dirangkai tanganmu selalu nampak indah dan berkelas," puji Sakura dengan senyum mengembang ketika menerima bunga pesanannya.

"Terima kasih. Itulah tugas seorang florist, membuat bunga tampak semakin indah," ujar Ino senang. "Ngomong-ngomong, bagaimana kabar ayahmu, Sakura-chan?" Tanya Ino lagi sambil duduk di kursi konter.

Senyum Sakura lambat lain menjadi lengkungan ke bawah, tanda ia murung. Gadis dengan mata sehijau klorofil itu menatap sedih bunga di tangannya. Dia menghela nafas sejenak, sebelum menjawab, "Belum membaik, beliau masih belum sadar," Sakura bersuara lirih.

Ino menatap iba pelanggan setianya ini. Ayah Sakura memang memiliki penyakit struk sejak dua tahun yang lalu, hingga tidak bisa melakukan aktifitas apapun. Dan sejak saat itu, Sakura selalu membeli bunga tulip kuning di tokonya setiap hari untuk ayahnya yang sakit, membuat gadis cantik itu menjadi pelanggan setianya sampai sekarang. Dan Ino dengar, sejak tiga hari yang lalu ayah Sakut koma sehingga terpaksa menjalani perawatan intensif di rumah sakit pusat.

Ino turut prihatin dengan keadaan ayah Sakura. Dia tidak bisa membayangkan jika ayahnya yang mengalami hal tersebut. Pasti hatinya akan hancur, seperti Sakura sekarang ini. Namun gadis ini entah kenapa masih bisa membagikan keceriaannya kepada orang lain meski dia sedang bersedih, membuat Ino kagum pada kepribadiaannya. Dengan penuh perasaan, Ino mengelus pelan bahu Sakura, lalu tersenyum.

"Aku yakin ayahmu akan sembuh, Sakura. Teruslah berdoa dan berharap. Bukankah itu sebabnya kau selalu membawakan bunga tulip kuning kepada ayahmu, harapan yang besar agar ayahmu sembuh?" ujar Ino dengan penuh kelembutan. Sakura menatap Ino sejenak, air matanya sudah terkumpul di pelupuk mata. Dia sangat terharu dengan kata-kata Ino. Akhirnya gadis dengan warna rambut seindah bunga Sakura yang baru mekar itu tersenyum sambil menyeka setetes air matanya yang jauh di pipi.

"Terima kasih Ino-chan, kau adalah salah satu sahabat terbaikku," ujar Sakura. Tanpa pendahuluan, dia langsung memeluk Ino, membuat bunga yang baru saja dibelinya jatuh ke meja konter. Ino sedikit kaget, tapi selanjutnya dia langsung membalas dekapan Sakura dengan hangat. Dia juga senang bisa menjadi sahabat gadis ini, gadis tegar, kuat dan ceria, yang bahkan bisa menyembunyikan kesedihan di baliknya, hal yang mungkin tidak bisa Ino lakukan terus-menerus.

Setelah beberapa lama berpelukan dan saling bertukar senyum, Sakura pun pamit. Setelah membayar bunga yang dibelinya, dia pun pergi dengan bunga tulip kuning dalam dekapannya. Ino selanjutnya kembali kepada kesibukannya selepas kepergian Sakura. Gadis cantik bermanik sapphire itu pergi ke bagian bunga potong, manyusun bunga-bunga daffodil segar dan meletakannya di vas keramik besar. Dia pun melakukan hal yang sama dengan bunga-bunga yang lainnya. Dia begitu tekun dengan pekerjaannya ini. Benar kata Sakura, segala bunga yang dirawat tangan telaten Ino terlihat begitu indah dan menakjubkan, bukti betapa besarnya cinta Ino yang ia curahkan kepada setiap tangkai bunga yang dirawatnya.

Klining Klining!

Bel toko kembali berbunyi, membuat Ino menoleh. Seorang pria tampan bersetelan jas hitam memasuki pintu toko. Matanya yang sewarna jelaga mengamati sekeliling, seolah memindai setiap bunga di toko ini. Dengan senyum, Ino menghampiri salah satu pelanggannya itu.

"Selamat datang di Yamanaka's Florist. Tidak biasanya Anda ke sini pagi-pagi, Sasuke-kun," ujar Ino ramah.

"Hn, aku sekalian lewat sini," jawab sang pelanggan yang memiliki ekspresi datar. "Kau punya itu?" Tanya Sasuke to the point, tanpa basa-basi.

Ino tersenyum simpul sebelum menjawab. "Ya, kebetulan semalam baru saja datang. Tapi yang ini bukan dari Jepang, tapi dari Australia. Harganya sangat mahal, jadi aku hanya bisa menyediakannya sebanyak tiga tangkai. Ini khusus untukmu saja lho, Sasuke-kun," jelas Ino panjang lebar. Ia menunduk ke bawah konter, mengambil vas berisi tiga tangkai bunga mawar biru di dalamnya. Dia pun menyerahkannya kepada Sasuke yang masih setia bertampang datar.

"Hn, aku akan membayarnya seharga 3 kali lipat karena kau sudah repot-repot memesannya dari Australia," ujar Sasuke lalu merogoh dompetnya.

"Tidak perlu, Sasuke-kun, harga bunga ini sangat mahal tanpa perlu kau bayar tiga kali lipat," tolak Ino. Meski Ino tahu Sasuke merupakan orang kaya, namun dia tidak mau menjual sesuatu melebihi harga standart. Itu sudah menjadi prinsip dagangnya sejak dulu.

"Tidak, aku sangat berterima kasih akan hal itu. Aku sangat membutuhkan bunga ini," Sasuke menyerahkan seratus ribu yen kepada Ino, membuat Ino menatap lelaki itu tidak habis pikir. Dasar lelaki kebanyakan uang

"Padahal aku masih punya banyak bunga mawar merah segar sebagai ganti kalau-kalau bunga mawar biru itu tidak berhasil kudapatkan. Dan kau tahu, mawar merah jauh lebih murah dari pada mawar biru," pungkas Ino sambil membuat nota.

"Hn, harga bukan masalah untukku. Dan lagi, aku hanya membutuhkan mawar biru, bukan yang lain," ujar Sasuke tegas sambil menerima nota dari Ino. "Kalau sudah waktunya, aku baru akan memberikan mawar merah," lanjut Sasuke setengah berbisik, yang masih dapat didengar Ino.

"Perempuan yang kau beri bunga ini sangatlah beruntung. Jadi kapankah kau mengganti warna mawar yang kau beli?" goda Ino dengan tampang jahil.

Sasuke mendengus, dia mengambil bunga mawar biru yang sudah diikat dengan pita itu dari dalam vas lalu menentengnya. "Kau akan tahu nanti, karena aku selalu memesan bunga dari tokomu," ujar Sasuke seraya berlalu, pergi dari toko Ino. Ino hanya bisa geleng-geleng kepala sebagai respons.

Pria itu namanya Uchiha Sasuke. Sudah empat kali pria yang wajahnya sangat tampan itu membeli mawar biru dari tokonya, bahkan memborongnya. Ino tidak tahu kepada siapa bunga mawar langka dan mahal itu diberikan Sasuke, yang jelas wanita itu pastilah wanita yang ia sukai. Setiap minggu, Sasuke akan memesan mawar biru kepada Ino, yang terkadang membuat Ino sedikit kelimpungan karena susahnya memesan mawar yang jumlahnya terbatas itu. Tapi tidak mengapa. Hitung-hitung membantu salah satu pelanggannya secara tidak langsung, bukan?

Setelahnya, Ino pun kembali melakukan aktifitasnya yang tertunda, merangkai pesanan buket bunga kepada pelanggannya yang lain.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Klining!

Ino tersenyum ketika melihat Sakura memasuki tokonya. Seperti biasa, gadis cantik bermanik klorofil itu tersenyum ceria, meski jelas sekali guratan lelah masih menghiasi wajahnya.

"Kenapa kau pulang sore sekali, Sakura? Lembur?" Tanya Ino ketika Sakura duduk di hadapannya.

"Ya, tadi ada pasien mendadak. Karena hari ini aku sedang piket, aku yang harus menanganinya," jawab Sakura kalem.

"Repot juga ya menjadi seorang dokter," Ino pergi ke belakang konter, lalu kembali membawa dua gelas ocha panas yang masih mengepulkan uap. Ia pun menyuguhkannya di hadapan Sakura, yang dibalas dengan ucapan terima kasih dan sebuah senyuman lebar.

"Sehabis ini kau ingin menjenguk ayahmu?" Tanya Ino.

"Ya, tentu saja. Dan sepertinya aku akan menginap di rumah sakit. Ibuku hari ini harus pergi ke rumah sepupunya karena ada keperluan. Aku akan pulang dulu ke rumah untuk mandi dan makan malam, serta mengambil baju," jelas Sakura seraya menyeruput thenya.

"Baiklah, aku akan membuatkan pesananmu dulu," Ino beranjak dari konter, lalu berjalan ke vas bunga tulip.

"Ino-chan, boleh aku bertanya sesuatu padamu? Kau kan ahlinya soal bunga, aku yakin kau tahu jawaban dari pertanyaanku," kata Sakura dari konter ketika Ino sedng mengikat bunga pesanan Sakura.

"Ya, silahkan tanyakan saja," jawab Ino, masih sibuk merangkai bunga.

"Apa kau tahu apa arti dari bunga mawar biru?"

Plang!

Tanpa sadar Ino menjatuhkan gunting yang baru saja ia gunakan untuk memotong pita. Ino begitu kaget ketika mendengar pertanyaan Sakura. Kenapa Sakura tiba-tiba bertanya soal bunga mawar biru? Wajah Sasuke langsung lewat dipikirannya.

"Ino-chan, kau tidak apa-apa? Suara apa tadi yang jatuh?" Tanya Sakura khawatir, membuat Ino langsung tersadar dari kekagetannya.

"Ah, hanya gunting, Sakura," jawab Ino buru-buru, kemudian mengambil kembali gunting besi yang baru saja ia jatuhkan ke lantai, lalu menyelesaikan pekerjaannya. Dia pun kembali ke konter, mendapati Sakura menatapnya bingung. Sejujurnya Ino pun sedikit bingung, kenapa tiba-tiba Sakura bertanya soal mawar biru. Apakah gadis itu baru saja mendapatkan mawar biru? Jangan-jangan mawar biru itu mawar yang dibeli Sasuke dari tokonya? Berbagai macam spekulasi berkeliaran di benaknya.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya soal bunga mawar biru, Sakura? Apa seseorang memberikan bunga itu kepadamu?" Tanya Ino penasaran.

"Tidak, Ino-chan, aku hanya penasaran," Sakura kembali menyeruput tehnya. "Di tempat kerjaku, salah satu rekan kerjaku mendapat kiriman bunga mawar biru setiap dua kali seminggu selama sebulan ini, biasanya pada Senin dan Kamis. Temanku terlihat begitu bahagia, dia selalu membawanya ke tempat kerja setiap hari, bahkan sengaja memajangnya di stasiun dokter. Tapi temanku itu tidak tahu dari siapa mawar-mawar itu. Aku baru pertama kali melihat mawar biru, dan rasanya sangat indah dan menghipnotisku. Aku jadi penasaran apa maksud dar sang secret admirer itu pada Karin—temanku itu. Apakah artinya sama dengan mawar merah?" Tanya Sakura akhirnya setelah bercerita panjang lebar.

Ino sedikit terkejut mendengar penjelasan Sakura. Rumah sakit tempat Sakura bekerja jaraknya tidak terlalu jauh dari toko bunga ini, dan tidak ada toko bunga lain di distrik ini selain toko bunga milik Ino. Ino yakin, bunga mawar biru yang diterima teman Sakura itu pastilah bunga mawar dari tokonya. Ino tersenyum, sekarang dia tahu siapa wanita yang selalu dikirimi Sasuke bunga mawar biru itu.

"Misteri," Ino menjawab dengan sneyuman simpul."Mawar biru artinya misteri, kemisteriusan. Beruntung sekali temanmu itu, Sakura, sepertinya sang pengirim ingin dekat dengannya," lanjut Ino.

Sakura berkata 'ooh' lalu kembali meminum tehnya. "Kurasa kau benar, temanku sangatlah beruntung," kata Sakura. "Terima kasih untuk tehnya Ino-chan. Besok aku akan kembali lagi ke sini," janji Sakura setelah membayar bunga pesanannya. Ino melambai kepada Sakura sebelum gadis itu menghilang dengan bunga tulip kuning dalam dekapannya. Sekarang dia harus menutup toko. Dia tidak ingin jika harus terlambat pulang dan melewatkan makan malam bersama keluarganya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Klining klining!

Ino menoleh ketika seseorang memasuki tokonya. Seperti biasa Sasuke selalu berkunjung ke tokonya dengan setelan jasnya yang masih rapi. Ino memasang senyum menggodanya, membuat pria tampan bersurai raven yang sedikit acak-acakan itu mengernyit bingung.

"Hai Sasuke-kun. Akhirnya kau datang juga. Aku sudah menunggumu dan mempersiapkan bunga pesananmu dari tadi," kata Ino sambil mengambil vas di bawah konternya. Kerutan di dahi Sasuke belum hilang sampai lima tangkai mawar biru diletakan di hadapannya.

"Tidak biasanya kau menungguku," ujar Sasuke kalem. "Dan kenapa kau tersenyum seperti itu? Aneh," lanjutnya tak habis pikir sambil merogoh saku jasnya, mengambil dompet.

"Hmmm, sebenarnya aku sudah tahu lho, kepada siapa mawar-mawar biru ini kau berikan," ujar Ino jahil. Ino tersenyum geli ketika melihat kedua mata Sasuke membesar, namun tidak lama wajahnya kembali datar.

"Benarkah? Dari mana kau tahu?" Tanya Sasuke sok kalem.

"Salah satu pelangganku," Ino kembali melihat perubahan di wajah Sasuke, meski tidak terlalu kentara. Dia cukup puas melihat ekspresi lain dari pria stoic di hadapannya ini. "Pelangganku bilang salah satu temannya selama sebulan terakhir mendapat kiriman bunga mawar biru seminggu dua kali entah dari siapa. Tapi aku sudah tahu sekarang siapa pelakunya," Ino terkekeh nyaring, namun justru membuat Sasuke bingung.

"Benarkah?" Tanya Sasuke dengan raut wajah tidak percaya.

"Ya, dan pelangganku itu sampai menanyakan arti mawar biru kepadaku," sahut Ino dengan senyuman. "Saranku, sebaiknya kau cepat-cepat menemui gadis yang kau sukai itu. Kata pelangganku, temannya itu sangat senang mendapatkan mawar itu. Itu artinya cinta kalian bersambut," nasihat Ino dengan khidmat.

Meski begitu ekspresi wajah Ssuke tidak berubah, masih terlihat ganjil. Buru-buru lelaki itu mengeluarkan uang, lalu meletakannya di hadapan Ino. "Ambil saja kembaliannya. Aku pergi," katanya terburu-buru lalu berlalu dengan seikat mawar biru di genggamannya. Ino sempat memanggilnya, namun Sasuke tetap berlalu, membuat Ino menjadi keheranan.

"Huh, dia kan belum menerima notanya… dasar lelaki kantoran sibuk," omel Ino sembari memasukan uang Sasuke ke dalam kasir.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ino tersenyum ketika Sakura datang kepadanya dengan wajah yang sangat ceria. Kali ini wanita yang berprofesi sebagai dokter itu mengnakan baju santai—blus chiffon layer warna salmon dan celana denim serta cardigan coklat. Tas kantoran yang ia bawa digantikan dengan totebag kasual.

"Ohayou, Ino-chan!" sapa Sakura ceria, lalu duduk di hadapan konter Ino. Dia merogoh totebagnya, lalu mengeluarkan bingkisan kecil. "Ini, oleh-oleh dari Iwa." Katanya sambil menaruh bingkisan itu di atas konter Ino.

"Terima kasih, Sakura," ujar Ino tulus. "Ngomong-ngomong, selamat yah atas kondisi ayahmu yang sudah mulai pulih. Aku turut bahagia untukmu," lanjut Ino tulus sembari menggenggam tangan Sakura. Sakura tersenyum ceria sekali, kembli menggenggang tangan Ino erat.

"Terima kasih, Ino-chan! Aku sangat-sangat bersyukur memilki sahabat sepertimu," sahut Sakura. Mereka pun melempar senyum penuh kebahagiaan bersama.

"Oh iya, aku juga punya kabar menyenangkan dari tempat kerjaku lho!" kata Sakura dengan senyuman cerianya yang masih belum luntur. "Kau masih ingat dengan Karin yang selalu mendapat kiriman mawar biru dari penggemar rahasianya?" Tanya Sakura setengah berbisik. Ino mengangguk, jantungnya berdebar keras, rasa penasaran melingkupi hatinya. "Dia akhirnya bertemu dengan penggemarnya itu kemarin! Aku sangat senang mengetahuinya!" ujar Sakura kegirangan.

Ino menutup mulutnya yang terperangah. Jadi Sasuke sudah menemui gadis itu? Padahal baru kemarin dia menyarankan pria itu untuk menemui gadis pujaannya, dan ternyata pria dingin itu langsung melaksanakan nasihatnya. Hal itu membuat kebanggaan meliputi diri Ino.

"Benarkah? Rasanya aku tidak kaget mendengarnya," kata Ino dengan senyum bangga, membuat Sakura sedikit penasaran.

"Kenapa bisa begitu?"

"Karena bunga-bunga itu dibeli dari tokoku, Sakura," jawab Ino dengan senyum lebar.

Kali ini Sakura yang terperangah. "Huaaaa, benarkah? Jadi selama ini bunga-bunga itu berasal dari tokomu? Berarti kau sudah mengetahui siapa lelaki itu saat aku menanyakan arti mawar biru padamu seminggu yang lalu dong?" Tanya Sakura tak habis pikir. "Kenapa kau tidak memberitahukannya kepadaku?"

"Aku juga sebelumnya ragu, Sakura," sahut Ino membela diri. "Aku baru tahu setelah menanyakan kepada pelangganku itu secara langsung kemarin. Setelah kuberi nasehat, dia langsung menemui temanmu itu," Ino mengucapkan dengan lembut.

"Hebat! Berarti kau sudah jadi cupid untuk mereka berdua, Ino-chan!" seru Sakura senang. "Kalau begitu, coba ceritakan, bagimana kepribadian Suigetsu-san itu. Apa dia orang yang baik?" Tanya Sakura polos dengan rasa penasaran tinggi.

Ino langsung mengernyit mendengar pertanyaan Sakura. "Suigetsu?" Ino membeo bingung. Kenapa jadi Suigetsu? Bukankah Sasuke yang membelikan bunga itu. Jangan-jangan dia salah orang?

"Iya, Suigetsu Hozuki, dia yang memberikan mawar biru itu kepada Karin. Dia seorang Manager Branch di salah saru perusahaan besar. Karin bilang dia mantan atlet renang. Aku sedikit bergidik melihat bentuk giginya yang seperti taring semua," Sakura terkekeh geli dan menatap Ino lucu. "Kenapa kau terlihat bingung seperti itu, Ino-chan? Ah, jangan bilang kau tidak tahu nama pelangganmu sendiri?" Sakura tergelak lagi, yang justru membuat Ino cengok di tempat. Tiba-tiba Ino bisa merasakan kepalanya sakit. Informasi yang baru didapatkannya sekarang membuatnya pusing tujuh keliling. Sebenarnya mana yang benar? Siapa yang sebenarnya membeli mawar itu? Ino khawatir dia sebentar lagi akan semaput di tempat.

Klining klining!

Kedua gadis itu menoleh ke pintu masuk ketika mendengar bunyi bel berdenting. Mereka bsa melihat dengan jelas sesosok pria bertubuh tinggi dan bersurai raven dengan raut wajah stoic memasuki toko bunga Ino. Sakura sedikit terkejut ketika melihat Sasuke yang mendekat ke arah konter, sementara Ino masih mematung dengan wajah lesu di balik konter. Melihat Sasuke membuat kepalanya semakin pusing.

"Konnichiwa, Uchiha-san. Saya tidak menyangka bisa bertemu Anda di toko ini," Sakura membungkuk 45 derajat, yang dibalas anggukan dari Sasuke.

"Hn, konnichiwa," Jawab Sasuke singkat, ia menatap Ino yang masih bergeming.

"Ah, Ino-chan, aku harus pergi, aku harus berbelanja bulanan. Mumpung aku libur kerja," Sakura bangkit dari duduknya, lalu pamit pada dua orang itu. Suara langkah kaki Sakura sajalah yang terdengar di toko bunga yang cantik itu, lalu menghilang di balik pintu.

"Aku benar-benar tidak mengerti," Inolah yang pertama kali bersuara, memecahkan keheningan. Saphirenya menatap heran Sasuke. "Jadi selama ini kau membelikan bunga mawar biru untuk temanmu yang bernama Suigetsu? Barusan Sakura bercerita kalau nama pria secret admirer yang memberi temannya mawar biru adalah Suigetsu, bukan Sasuke Uchiha," Ino geleng-geleng kepala. Dia terus menatap Sasuke, menuntut penjelasan.

"Setiap minggu memang akulah yang membeli bunga itu, dan semua bunga itu ditujukan kepada gadis yang aku sukai yang bekerja di Rumah Sakit Umum," Sasuke mulai menjelaskan. "Dan setelah membelinya dari tokomu, aku menyuruh salah satu temanku yang bekerja di perusahaanku menaruhnya di loker gadis itu pada Senin dan Kamis setiap minggunya—aku membagi dua mawar yang kubeli untuk dua hari itu. Dan bodohnya, temanku itu selalu menaruh mawar-mawar itu di loker yang salah. Dia menaruhnya di loker yang berada di sebelah loker gadis yang kumaksud, loker bernama Karin Uzumaki," lanjur Sasuke panjang lebar, yang membuat Ino takjub. Dia tidak menyangka Sasuke yang dingin dan irit bicara itu bisa berbicara sepanjang itu. Namun yang lebih membuatnya takjub adalah isi ceritanya, yang terdengar konyol.

"Jadi selama ini mawar-mawar itu diterima oleh orang yang salah?" Tanya Ino tidak percaya, yang mendapat anggukan khidmat dari Sasuke.

"Kau ini bagimana sih! Sudah beli mawar bitu mahal-mahal, ternyata malah salah alamat! Seharusnya kau memberikannya langsung kepadanya, bukan malah menitipkannya pada temanmu itu!" omel ino panjang lebar. Sepertinya Ino harus mencabut title jenius yang disandang lelaki keturunan klan Uchiha ini.

"Kalau aku sanggup, aku pasti memberikannya langsung," Sasuke mendelik tajam pada Ino, namun Ino bergeming. Tidak lama, kedua orang itu menghela nafas.

"Lalu sekarang bagaimana? Kau masih mau memberikan mawar biru lagi kepada gadis itu?" Tanya Ino setelah terdiam cukup lama.

"Tidak, lagi pula identitas mawar biru itu bukan milikku lagi, tapi milik temanku yang bodoh itu," Sasuke menghela nafas lelah sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jari. "Aku datang ke sini justru ingin meminta pendapatmu," lanjut Sasuke gusar, bahkan terdengar putus asa.

Ino menatap iba pada Sasuke, merasa kasihan dengan kisah cintanya yang sangat apes. "Kalau begitu, perbaikilah kesalahanmu itu," tukas Ino tegas sambil menatap tajam Sasuke. Pemuda itu terdiam, menyimak kata-kata Ino. "Sekarang datangilah gadis itu, berikan mawar merah kepadanya secara langsung, nyatakan perasaanmu. Aku yakin semuanya akan menjadi happy ending." Lanjut Ino penuh semangat.

Sasuke mendengus mendengarnya, membuat Ino tersinggung." Aku sudah bilang padamu, kalau aku sanggup, akan kulakukan dari dulu!" seru Sasuke.

"Oh, jadi kau mau menjadi pecundang dan membiarkan gadis itu bertemu secret admirer-nya yang lain? Silahkan saja, jangan datang padaku jika kau nanti menyesal!" tantang Ino berani. Lelaki dengan gengsi setinggi menara Tokyo dihadapannya ini benar-benar menjengkelkan. Sepertinya Ino harus memecut semangat Sasuke dulu supaya lelaki ini mau berusaha lebih keras menyingkirkan rasa malunya itu.

Ino berjalan pergi ke bagian bunga potong. Dia mengambil bermacam-macam tangkai bunga, lalu mrangkainya dengan telaten. Tiga tangkai aster, dua tangkai lili, lima tangkai mawar merah, dan dipermanis dengan dua tangkai gladiola, dalam waktu singkat, terciptalah sebuah buket bunga yang begitu indah. Empat warna terpadu menjadi satu, merah, jingga, putih dan orange, tersuguh sempurna dalam sebuket bunga yang cantik. Setelahnya, ia membawa buket itu ke hadapan Sasuke, membuat lelaki itu heran, menatap bergantian antara buket bunga rancangan Ino dan wajah gadis itu.

"Ambilah, berikan kepada gadis itu. Ini adalah bunga dengan perlambangan 1000 cinta yang indah, semua cinta terangkum di sini. Bayar bunga ini jika gadis itu menerimanya. Jika kau ditolak, anggap saja bunga ini hadiah patah hati dan penyemangat dariku," ujar Ino dengan lembut. Sasuke menatap Ino, dia bisa melihat ketulusan terpancar di mata gadis itu.

"Apa kau mau cintamu berlalu begitu saja tanpa perjuangan, Sasuke-kun?"

Sasuke terdiam mendengar kata-kata Ino. Ino sendiri sedikit berdebar menunggu jawaban Sasuke. Sungguh, dia ingin membantu pemuda ini, pemuda pelanggan setianya yang tidak pernah lelah membelikan gadis pujaannya bunga-bunga mahal untuk memikat hatinya. Sasuke pasti sangat menyayangi gadis itu, dan Ino sangat ingin membantunya. Di zaman sekarang ini susah sekali menemukan orang yang masih mengindahkan simbol kasih sayang yang dipancarkan bunga-bunga cantik itu. Dan sekali ia menemukan orang seperti itu, dia akan berusaha menunjukan bahwa bunga adalah entitas terindah akan makna-makna yang ingin disampaikan. Dan sekarang dia akan menunjukannya kepada Sasuke.

Sasuke tersenyum kecil. Dia mengambil buket bunga yang disodorkan Ino itu, lalu menatapnya dalam-dalam. "Kuterima tantanganmu," ujarnya dengan seringai. Dia merogoh sakunya, mengeluarkan credit card gold miliknya, yang membuat Ino terkejut. "Aku akan tetap membayar bunga ini, apapun jawaban gadis itu." Sasuke menaruh kartu kreditnya, lalu berjalan menuju pintu.

"Sasuke-kun!" Ino memanggil, membuat Sasuke menoleh dan menghentikan langkahnya."Sebenarnya siapa nama gadis yang kau sukai itu?" Tanya Ino dengan rasa penasaran tingkat tinggi.

Sasuke tersenyum, lalu berbalik memunggui Ino. "Namanya Sakura Haruno, pelanggan setiamu," jawabnya, lalu keluar dari toko Ino, meninggalkan gadis bersurai pirang itu yang melotot besar-besar, terkejut luar biasa. Jadi gadis yang dicintai Sasuke itu Sakura? Batinnya bertanya.

"Hahahahahahahahahahahahaha!" Ino tertawa terbahak-bahak sambil geleng-geleng kepala. Siapa yang sangka ternyata gadis yang dimaksud Sasuke itu Sakura? Dalam hati dia berdoa yang terbaik kepada Tuhan, semoga kedua insan itu bisa bersatu. Apa jadinya jika Sakura, sahabat dan pelanggannya yang ceria, bersanding dengan Sasuke sang pemuda dingin yang penuh kasih sayang itu? Pasti akan menarik. Ino tidak sabar menantikan kedua orang itu akan berkunjung ke tokonya bersama-sama.


Ayo berkunjung ke Yamanaka's Florist, dan jemputlah cinta sejatimu…


The End


A/N: Haloha Minna-san! Ketemu lagi dengan author super gaje yang bawa fict one shootnya! XD Fict ini sebagai kado bagi Sakura Uchiha yang hari ini berulang tahun! Semoga Sakura selalu hidup bahagia dengan Aa Sasuke si cakep! :3 Bahagiaaaa banget saat tau pair favorit author dari jaman SD ini akhirnya Canon~~ :* feeling author bener kan? Sasusaku gitu lho! #digampar

Maafkan author ya jika fict ini ancur banget dan kurang kerasa feelnya! Author hanya menuangkan ide author ke sini. Semoga ada yang suka ya.. dan apakah fict ini perlu ada sequel? Silahkan kasih saran kepada author yang nyebelin ini.. :3

Akhir kata, terima kasih yang sudah baca ya! Dan terakhir Happy Birthday untuk chara kesayanganku Sakura Uchiha! I lovvveeeee youuuu so much!

Bandung, 28 Maret 2016

Sakura's Lover