Kenapa
Kenapa ini harus terjadi padaku
Tak pantaskah aku mendapatkan kebahagiaan
Tak pantaskah aku mendapat kasih sayang
Orang - orang yang kucintai membenciku
tak ada orang yang menginginkan aku di dunia ini
Apakah aku hanyalah makhluk hina yang tak pantas mendapatkan kasih sayang?
Apakah aku hanyalah makhluk menjijikan yang harus disingkirkan?
Siapapun, cintailah aku...
Chapter 1: The beginning of sorrow
.
.
.
"Matilah kau, monster!" "Die sialan kau!" "Kau seharusnya sudah lama mati!" dia bisa mendengar semua kata - kata itu. Kata - kata kejam, penuh kebencian, ditujukan padanya.
Crack!
dua kali lipat lebih tendangan diarahkan padanya, naruto memegang rusuknya erat-erat, terengah - engah di setiap napas yang ia bisa dapatkan. 'Kami sama, tolong aku ...' ia terus memohon dalam hatinya, karena hanya Tuhanlah yang dapat menolongnya. dia melihat sekelompok penduduk desa yang menyerangnya, berjalan kaki, tertawa dan saling memberi tos, memberi selamat atas keberhasilan dalam mengalahkan anak tak berdaya.
Naruto pun bangkit menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, dan berjalan pulang, dia berpikir tentang pilihan untuk menyingkirkan rasa sakit. "Aku selalu bisa pergi ke tempat Hokage ... Tidak, itu akan hanya membuang-buang waktu pasti kakek Hokage tidak bisa membantuku... Sakura? Tidak, dia tidak perduli tentang diriku ... Sasuke? Tidak, tidak mungkin. Dia tidak peduli sama sekali. ditambah lagi, aku mungkin benar-benar meluapkan perasaan ku terhadap dia di sana, perasaan yang tidak dapat terbalaskan...
Naruto Mengambil kunci, dan membuka pintu, ia melangkah ke dalam apartemen tua yang kumuh dan belum sempat ia menutupnya.
Plop!
Anak itu jatuh ke lantai di lantai kamar mandi yang dingin.
sakit...
hiks ... sakit...
Suara tangisan dan erangan kesakitan naruto terdengar di penjuru ruangan. Luka di sekujur tubuh Naruto membuatnya kesulitan untuk bergerak. Tulang rusuknya banyak yang patah, luka lebam, bahkan sampai berdarah.
Naruto yang saat itu ingin membeli hadiah untuk guru akademinya, Iruka. Malah mendapat penganiayaan dari penduduk Desa. Padahal ia tak melakukan apapun. Bahkan naruto harus mengeluarkan hampir seluruh tabungannya untuk membeli syal untuk gurunya tersebut.
Hari ini, guru akademi naruto, iruka merayakan ulang tahunnya. Sebenarnya bukan Iruka yang merayakan, tapi teman - temannya lah yang merencanakan pesta untuk Iruka. Naruto yang baru pertama kali diundang ke acara ulang tahun gurunya pun ingin sekali hadir dan memberikan kado pertamanya pada Iruka. Meskipun naruto tahu bahwa iruka begitu membencinya karena kyuubi telah membunuh kedua orang tuanya. Tapi, Naruto tidak peduli dan akhirnya membeli kado untuk gurunya tersebut.
'Setidaknya, hadiahku tidak hancur oleh mereka. Semoga Iruka sensei menyukainya' pikir naruto
Dengan tenaga yang tersisa, ia pun bangkit dan membersihkan lukanya. setelah itu, ia terseok - seok menuju tempat tidurnya dan mengambil kotak P3K untuk mengobati lukanya.
Setelah mengobati lukanya, ia pun mengambil sebuah diary, Diary yang telah merekam kehidupan seorang uzumaki naruto dan menuliskan cerita yang ia alami hari ini. Ia pun tertidur, dan tidak sabar menunggu hari esok.
.
.
.
.
.
Di Akademi
acara pesta Ulang Tahun Iruka
Naruto POV
"Hei... Iruka... selamat ya."
"Terima kasih."
"Iruka sensei, selamat ulang tahun."
"Terima kasih, muridku tersayang"
Hari ini banyak sekali yang memberikan selamat dan kado kepada Iruka sensei. Entah kenapa aku jadi iri. Bagaimana tidak iri, aku tidak pernah mendapatkan satupun kado dari orang lain. Yang aku dapatkan hanyalah penganiayaan dan hinaan yang setiap hari aku dapatkan di hari ulang tahunku. ditambah lagi dengan hancurnya rumahku. Ya... mungkin itu sudah menjadi takdir untuk diriku.
Akhirnya, giliranku tiba. dimana aku akan memberikan kado dariku untuknya. Aku sangat gugup sekali. apakah iruka sensei akan menerimanya. Atau mungkin akan menolaknya. Itu menjadi perang batin untuk diriku sendiri.
"I... I... Iruka sensei. Se~selamat ulang tahun. Ini sedikit kado dariku. Aku harap sensei suka kadonya." aku dengan gugup memberikannya pada Iruka sensei.
Namun, ternyata yang aku dapatkan adalah tatapan dingin darinya. tatapan benci yang terpancar dari kedua matanya. Tentu saja, orang yang berada dihadapannya kini adalah orang yang dianggap sudah membunuh kedua orang tuanya. Mungkin saat ini ia kehilangan mood'nya karena kedatanganku di hari bahagianya.
tapi yang membuat aku bahagia adalah ia masih mau menerima kado dariku. Dan bagiku itu sudah cukup.
"Oh... begitu. bisa kau menyingkir, masih banyak yang mengantri dibelakangmu." katanya dengan nada dingin.
"a...ahh... maaf. sekali lagi, selamat ulang tahun, iruka sensei."
Aku pun menyingkir. Tidak ada kata terima kasih seperti yang ia lontarkan untukku seperti yang lain. Tapi, itu tak apa... hiks... benar - benar tak apa...
Aku pun segera berlari keluar. Aku menangis sendirian dibalik pohon dekat ayunan itu sendirian. Sungguh... hatiku sangat miris dengan keadaanku yang sekarang. Sampai kapan hidupku akan berlanjut seperti ini.
"Hiks... hiks... Kami - sama,,, kenapa sesakit ini. Sungguh ini sangat sakit. hiks... hiks..."
Aku pun menghentikan tangisku dan mencoba untuk kembali ke acara ulang tahun iruka sensei. Namun saat aku berbalik aku tak sengaja melihat Iruka sensei keluar dari acara pesta dengan membawa kadoku. setelah keluar, ia menginjak - injak kadoku dan membuangnya ke tempat sampah.
Sungguh... aku sudah tak kuat lagi menahan tangisanku. Seluruh badanku bergetar kakiku pun menjadi lemas. tubuhku pun merosot dibalik pohon itu karena tak kuat menahan beban tubuhku yang melemas. aku sampai tak bisa mengeluarkan sepatah katapun untuk mengungkapkannya. Aku hanya bisa memukul - mukul dadaku mencoba untuk mengurangi rasa sakitnya. tapi rasa sakit itu tak kunjung menghilang.
"A...AH.. Hiks... Aaaaa"
Perih...
Sakit...
Bagaimana tidak perih...
Bagaimana tak sakit...
Untuk mendapatkan kado itu saja aku harus mempertaruhkan nyawaku untuk mendapatkannya. Aku harus menerima pukulan dan hinaan yang bertubi - tubi. Aku harus mengeluarkan hampir seluruh tabunganku untuk membelinya karena mereka menaikkan harganya berkali - kali lipat. perjuanganku untuk mendapatkannya tak ia pikirkan dan langsung membuangnya begitu saja.
"Aaaa... Saaa... it.. hiks.. Saaa...kiittt." aku terus memukul - mukul dadaku tanpa henti.
.
.
.
Hari pun sudah semakin gelap. Setelah aku puas menangis, aku pun bangkit dan pulang ke apartment ku dengan jalan yang tergontai - gontai. Aku mengambil jalan melalui hutan dekat taman untuk menghindari para penduduk. Namun, saat dalam perjalanan pulang, aku bertemu dia. orang yang aku cintai sejak 8 tahun yang lalu. Uchiha sasuke. sedang bersandar di pohon besar.
.
.
.
flashback 7 tahun lalu
Seorang anak berambut jabrik berwana kuning dengan tiga garis kucing di kedua pipinya yang tembem yang berumur 5 tahun menangis sendirian di hutan sepi dekat danau.
"Hiks... hiks... kenapa tidak ada yang mau main cama Nalu? kenapa gx ada yang cayang cama nalu? Kenapa gx ada yang mau kacih makanan cama Nalu? nalu calah apa? hiks... hiks..."
Tiba - tiba saja ada anak berambut pantat ayam bermata hitam kelam menghampirinya.
"Hei... kamu kenapa nangis? Kamu lagi ngapain disini?" tanya anak itu.
"Hiks... hiks... habis gx ada yang mau main cama Nalu. kalau Nalu gabung nanti Nalu dipukulin. kan cakit banget."
"Hehh... Jahat banget mereka cama kamu. gimana kalau kamu main sama aku? Mau gx?"
Pemuda pirang itu pun terkejut saat pemuda berambut pantat ayam itu mengajaknya bermain. Karena walau bagaimanapun, tak ada yang pernah mau bermain dengannya.
"benelan..." jawab anak itu dengan mata yang berbinar - binar.
"Kamu mau main cama Nalu? kamu gx malah cama Nalu? Kamu gx jijik cama Nalu?"
"Nggak koq... ayo kita main..." Ia mengulurkan tangannya untuk mengajak anak berambut kuning itu bermain.
Kami pun bermain dengan riangnya. hingga akhirnya senja pun tiba dan mengakhiri permainan mereka.
"Ah... ini sudah sore.. aku harus pulang..." Kata anak berambut pantat ayam itu.
Hal itu membuat anak berambut kuning itu menangis karena ia akan segera kehilangan sahabat pertamanya.
"hiks... hiks... nalu cendilian lagi."
"hmmm... Nalu gx sendirian koq... kan ada aku."
"tapi kan kita bakal pisah..."
"Gimana kalau kita nikah aja?"
"nikah?"
"iya nikah... kata ibu, kalau kita nikah kita gx akan bisa dipisahin."
"tapi kan nikah itu halus laki2 cama pelempuan. Nalu kan laki2."
"Bialin aja... habis kamu lucu dan imut kayak perempuan tunggu disini sebentar ya..."
aku pun menunggunya, tak lama kemudian ia pun datang.
"ini aku buat cincin ini buat kamu?"
"cincin?"
"iya.. cincin.. itu artinya kita udah terikat... aku juga pakai.. lihat?" ia memperlihatkan jari manisnya
"Hmm... iya nalu pakai." Nalu pun memakai cincin yang terbuat dari ranting tersebut.
"Aku janji bakal terus main sama nalu dan bikin nalu senyum terus. jadi jangan nangis lagi ya."
"iya..."
"nah.. aku pulang dulu ya... dadah nalu."
Namun saat anak berambut pantat ayam itu sudah menghilang, ia baru sadar bahwa ia belum menanyakan namanya.
Anak berambut jabrik itu pun kembali keesokan harinya ke Danau itu. namun ternyata anak itu tak kunjung datang. 2 tahun kemudian saat ia masuk akademi ia pun bertemu kembali dengannya. ia pun mulai mengetahui kalau namanya adalah uchiha sasuke. Namun saat ia menyapanya, si pemuda pantat ayam menanggapinya dengan dingin dan tidak mengenalinya. ternyata ia mengalami kejadian yang tak terduga. seluruh keluarganya dibunuh di depan mata sasuke sendiri.
flashback end
.
.
.
.
.
Aku pun menghapus air mataku dengan kasar. dan aku pun menghampiri sasuke.
"Sa... sasuke..!"
Ia pun berbalik menatapku.
"Sedang apa kau disini?" tnyaku lagi padanya.
"Se...dang... a..pa... hah?" jawabnya seperti orang mabuk.
"Sasuke, Kau kenapa? kau mabuk." tanyaku padanya.
"Ma...buk... itu tidak mungkin..."
"kau mabuk... ayo aku antar kau pulang."
aku pun mengantar sasuke hingga ke apartment mewahnya. karena ia sudah lama tak tinggal di kediaman Uchiha. Aku pun membaringkannya di kamarnya. namun saat aku tak kuat menahan bebannya, akhirnya aku pun terjatuh diranjang sasuke dan tubuhnya menindihku. aku pun mencoba melepaskan diri namun sebuah nama telah menghentikan tindakanku.
"Na...lu..."
"sasuke, kau mengingatku?" Tanyaku dengan antusias dan senang
"na...lu... Kau... tidak.. ingat .. padaku?"
"Tentu saja aku ingat.." jawabku dengan senang
"na...lu... aku mencintaimu." Kata - kata itu membuatku merona merah dan terlena akan sentuhannya. Namun aku segera tersadar.
"sasuke.. apa... apa yang kau lakukan?" Tanyaku dan mencoba melepaskan diri darinya.
"Apa kau akan menolakku Nalu? apa kau tidak mencintaiku?" lirihnya...
"tidak... aku sangat mencintaimu, Sasuke? ta... tapi ini..."
"Apa kau tidak percaya padaku? Tenanglah... Percayalah padaku"
"A.. aku percaya... aku percaya padamu."
setelah aku mengatakan itu. Aku merasakan bibirnya menyentuh bibirku. Mlucuti seluruh pakaianku dan dirinya. menjamahi tubuhku di setiap titik sensitifku. hingga akhirnya kami menyatukan tubuh kami. aku berteriak keakitan namun setelah itu aku mendapatkan kenikmatan yang tak pernah kurasakan. aku bersyukur melakukannya bersama orang yang kucintai. Hingga akhirnya kami sampai pada ujung kenikmatan kami...
"Aku mencintaimu, Nalu..."
"Aku juga mencintaimu, sasuke. Jangan tinggalkan aku."
Akhirnya kami pun terlelap di keheningan malam.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya...
Ugh...
"Kenapa rasanya kepalaku berat sekali..."
pemuda pantat ayam itu pun membuka matanya, dan betapa terkejutnya saat si dobe sahabat satu timnya berada di ranjangnya tanpa busana dan ditubuhnya terdapat bercak - bercak merah. dia melihat dirinya juga dalam keadaan yang sama sepertinya. Dengan emosi dan tanpa melihat luka yang ada di sekujur tubuh pemuda pirang itu. sasuke langsung membangunkan pemuda pirang itu dan menghempaskan selimut yang menutupi mereka.
"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI!?"
pemuda pirang itupun kaget dan segera terbangun dari tidurnya meski merasa kesakitan di sekujur tubuhnya.
"A.. ada apa, sasuke?" tanya pemuda pirang itu dengan heran.
"ADA APA KAU BILANG? APA YANG KAU LAKUKAN DISINI HAH!? APA YANG SUDAH TERJADI SEMALAM!?" Tanya Sasuke dengan amarahnya yang tengah memuncak.
"Ka...Kau tidak ingat, Sasuke? Kau tidak ingat dengan kata - katamu? Kau tidak ingat tentang kejadian semalam?" Tanya pemuda pirang itu sambil menahan air matanya yang hampir saja keluar dari pelupuk matanya.
"MEMANGNYA APA YANG AKU KATAKAN PADAMU SAMPAI - SAMPAI KITA MELAKUKAN HAL INI, NARUTO!?"
"Kau tidak ingat saat kau bilang bahwa kau mencintaiku dan kau bilang perca..." kata - kata Naruto itu teriakan amarah dari Sasuke.
"Kau itu sudah gila dan tidak waras ya hah...!? Mana mungkin aku mencintai seorang laki - laki apalagi orang bodoh dan menjijikan seperti dirimu. Mungkin benar apa yang dikatakan para penduduk bahwa kau adalah ANAK MONSTER MENJIJIKAN. PERGI KAU DARI RUMAHKU." Sasuke mengusir Naruto tanpa pandang bulu.
Naruto pun segera meninggalkan kediaman sasuke, dan segera mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai. Saat itu juga ia pergi dengan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya. ia terus berlari dan berlari membawa rasa pahit dari kata - kata menyakitkan dan janji yang telah terlupakan.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~T.B.C~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Wuhh... akhirnya aku nulis juga tentang SasuNaru.
Oh ya.. aku lupa disini naruto berumur 12 tahun dan sasuke 13 tahun.
Well, emang terlalu muda. Tapi disitulah hal yang menariknya.
Aku harap para reader suka dengan fanfic aku yanjg baru ini. well, memang fanfic ini juga terdapat beberapa kopian dari beberapa fanfic yang lain, terutama flashbacknya.
Tapi aku jamin koq.. ceritanya bakal beda dan sangat sedih hiks.. hiks...
jadi sebelum ngeflame atau komen tentang cerita ini, aku harap kalian mau membacanya hingga selesai..
tapi aku tetep menerima kritik dan sarannya...
jangan lupa buat riview ya...
and kasih tau aku kekurangan dari cerita ini..
aku akan mencoba memperbaikinya...
Makasih... Chaoooo... :)
