Lacus Clyne, mengintip dari tembok tidak jauh dari jarak seorang pemuda berambut coklat yang tengah khusyu membaca sebuah buku mini.
Melihat itu, wajah gadis pemilik rambut pink panjang itu langsung merah padam.
"Ki-Kira-kun~" panggilnya lirih saking terpesonanya gadis itu kepada seorang kutu buku bernama Kira Yamato. Dipandanginya wajah dari samping cowok itu. Kulitnya yang coklat, matanya yang berbingkai kacamata tengah tertuju kepada buku yang dipegang oleh sebelah tangannya. Kira Yamato tengah membaca buku dengan gaya yang sangat anggun dan berkelas.
DEG!
Lacus Clyne buru-buru bersembunyi di tembok yang ada dihadapannya ketika Kira menoleh ke arahnya. Dadanya berdebar kencang antara takut kepergok karena ngintip juga karena tadi disadari atau tidak oleh Kira, pemuda itu merasakan kehadirannya, setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Lacus.
"O…Ok Lacus, kau harus tenang!" ucap gadis itu pada dirinya sendiri. Dia menarik nafas kemudian menghembuskan nafasnya kembali, berulang-ulang sampai debaran di jantungnya kembali berdetak dengan normal. "Pokoknya, aku harus bisa menyatakan perasaanku kepada Kira-kun," ucapnya lagi menyemangati diri sendiri.
Setelah menepuk-nepuk dengan pelan dadanya sendiri, gadis itu kemudian berdiri dari posisi jongkok tidak elitnya tadi. Bersyukurlah tempat Kira biasa membaca buku jarang dikunjungi orang sehingga meski Lacus jongkok dengan pose tidak elit itutidak akan ada yang melihatnya. Bisa rusak reputasinya sebagai cewek most wanted di seantero Orb High School jika ada yang melihat plus menyebarkan pose memalukannya itu.
Lacus kini kembali menarik nafas kemudian menghembuskannya, kemudian gadis itu menepuk-nepuk rok bagian bawahnya, setelah itu tangannya beralih ke rambut pink panjangnya, sekedar merapikan rambut panjang lurus itu.
"Huft… Ayo Lacus Clyne, Kau pasti bisa!" ucapnya menyemangati dirinya sendiri. Gadis itu kemudian keluar dari tempat persembunyiannya, mata birunya menatap yakin kepada sosok pemuda yang masih asyik dengan bacaannya. Perlahan gadis itu melangkah mendekati sang pujaan hati.
Semakin dekat jaraknya dengan si pujaan hati, semakin keras debaran jantungnya, dan semakin kecil pula semangat yang tadi dikumpulkannya.
'A-apa yang harus aku katakan kepadanya?' batin Lacus ketika dia berada sekitar tiga meter dari Kira. 'Ah pertama aku harus menyapanya dulu!' batinnya lagi sembari tetap melangkah mendekati Kira, namun langkahnya semakin pelan dan kecil-kecil ketika jarak antara Kira-Lacus hanya tingal dua meter lagi.
'Iya benar! Pertama aku harus menyapanya. Kemudian sedikit berbasa-basi dengannya. Tapi apa yang harus kukatakan? Menanyakan kabarnya? Tidak! Tidak! Itu pertanyaan bodoh Lacus Clyne! Jelas-jelas dia sehat begitu, bagaimana kalau kau menanyakan judul bukunya dan pura-pura tertarik misalnya? Ah tidak! Tidak! Untuk apa aku menanyakan judul buku yang dibacanya? Aku sudah tahu buku yang dibacanya, Novel misteri karangan Edogawa Ranpo atau apalah namanya itu dan pura-pura tertarik kepada buku misteri itu? Tidak! Tidak! Aku tidak mau berbohong kalau aku tertarik dengan buku yang dibacanya! Jelas-jelas aku tidak tertarik kepada buku yang dibacanya! Aku tidak suka cerita misteri. Terlalu berat dan memusingkan! Aku lebih memilih membaca not-not balok dari lagu yang belum pernah kunyanyikan dan mencoba untuk menyanyikannya daripada membaca buku seperti itu! Lagipula aku tidak mau berbohong kepada Kira, meski hanya untuk sekedar berbasa-basi. Hubungan yang dimulai dari kebohongan tidak akan bertahan lama, itu kata buku yang pernah kubaca!
Ukh… Tuhan, bagaimana ini? aku bingung harus bicara apa dengannya setelah menyapanya! Aku tidak ingin terlihat konyol dan memalukan didepannya, tapi… tapi… aku harus ngobrol apa dengannya? Akh! Kenapa sulit sekali sih untuk mencari bahan obrolan dengan Kira? Kalau begini caranya aku tidak bisa menyatakan perasaanku. Ukh… Tuhan tolong aku! Akh! Aku sekarang sudah berdiri tepat disampingnya duduk! Ba-bagaimana ini? Akh… bismillah(?) aja deh!
"Ki –"
TENG TENG TENG
"Eh?"
Lacus tersentak ketika mendengar bunyi bel pertanda jam istirahat pagi telah berakhir. Tubuhnya semakin kaku ketika Kira Yamato menutup bukunya sembari meregangkan otot kemudian berdiri, dan seolah tidak melihat Lacus berada tepat disampingnya, pemuda bermata agak keungu-unguan itu langsung saja pergi. Pergi begitu saja melewati Lacus yang berdiri mematung dengan tingkat kesadaran mendekati nol.
Fuyu-yuki-shiro mempersembahkan…
Hard to say "Daisuki"
.
Disclaimer :
Aku gak tahu gundam punya siapa, tapi Kira ama Athrun punyaku! #dihajar Lacus dan Cagalli
.
Warning:
OOC, Abal, Gaje, Typo, masih pendek, crita pasaran, dll
.
AKu Newbie di sini! Salam Kenal, Yoroshiku Onegaishimasu~~~
So, Happy Reading~
Tak ada yang tak mengenal dirinya. Lacus Clyne, 16 tahun. Tinggi 158 cm dengan berat 49 panjang light pink miliknya selalu tergerai dan hanya dihiasi oleh jepit rambut berwarna emas. Mata baby bluenya memancarkan kehangatan. Gaya jalannya yang anggun dan tidak dibuat-buat menjadi sosok yang menjadi pusat perhatian. Apalagi dengan suaranya yang seindah suara malaikat surge. Lacus Clyne, di cap sebagai titisan dari malaikat.
Dan sekarang, malaikat dari orb high school ini sedang menghadapi dilemma.
"Aljabar tak akan mampu mendefinisikan dirimu, Ah, apalagi geometri, tak akan mampu melukiskan cintaku. Tapi logika mungkin dapat menjelaskan alasan aku jatuh cinta kepadamu, Kira Yamato. Hah! Apa kau benar-benar gila, nona Lacus Clyne?" pertanyaan itu terlontar dari mulut sahabat Lacus, Cagalli Yula Atha. Putri dari bangsawan Izumi Nara athha itu memutar bola matanya bosan. Ini kesekian kalinya gadis berambut blonde itu memergoki Lacus berada di sudut perpustakaan yang sepi dengan buku berisi puisi cinta untuk seorang Kira Yamato.
"Aku tidak gila, nona Cagalli!" sentak Lacus kesal karena puisinya dibaca dengan keras-keras oleh sang sahabat. Beruntung di perpustakaan tua itu tidak ada siapa-siapa. Cagalli mengangkat bahu kemudian duduk di depan Lacus. Memandang wajah sendu sang sahabat.
"Kutebak kau gagal lagi menyatakan cintamu kepadanya, benar?" tebakan Cagalli membuat Lacus langsung menunduk tanpa semangat. Cagalli menghela nafas.
"Aku harus bagaimana?" tanya Lacus lebih kepada dirinya sendiri. Namun karena diucapkan dengan suara yang cukup didengar Cagalli, mau tak mau gadis bermata hazel itu harus memutar otak menghibur sang sahanat.
"Ya, kau bisa mencobanya lagi nanti-nanti"
"Tapi waktuku tidak banyak!" sangkal Lacus sambil menggebrak meja. Ya, waktunya tidak banyak. Dua hari lagi, Kira Yamato akan pindah dari Orb ke Tokyo. Orb dan Tokyo kan sangat jauh!
"Ya sudah, besok kau coba nyatakan lagi!" enteng kalimat itu terucap, membuat wajah Lacus memerah karena kesal.
"Bicara memang mudah!" sungutnya kesal kemudian meratapi nasibnya tadi yang tidak dianggap oleh Kira Yamato. Selain tidak dianggap gadis itu juga tidak jadi menyatakan cinta kepada Kira karena bel sialan yang tiba-tiba berbunyi itu. Padahal Lacus – dengan segenap keberanian yang sudah dikumpulkannya – berusaha memanggil nama Kira. Ugh!
"Kalau begitu jangan katakan! Ya ampun Lacus! Hanya karena seorang Kira Yamato kau berubah menjadi seperti ini?" tanya Cagalli tak percaya. Lacus yang anggun, Lacus yang berkepala dingin, Lacus yang ya… berani berubah menjadi cepat emosi dan pengecut seperti ini hanya karena cowok?
Oh, apa kata fans-fans Lacus nanti jika mengetahui keadaan idolanya?
"Habisnya…," rengek Lacus manja.
Lihat? Hanya karena cowok bernama Kira Yamato membuat seorang Lacus Clyne merengek, hal yang tidak pernah dilakukannya.
Lagi-lagi Cagalli menghembuskan nafas pasrah.
"Tenanglah Lacus, masih ada dua hari lagi, kau tidak usah terburu-buru seperti itu, pertama kau coba mendekatinya," nasihat Cagalli. "Kau jangan berfikir kalau kau akan menembaknya, dengan begitu mungkin kau tidak akan terlalu berdebar-debar dan bisa berbicara dengan lancar dengannya," ucapnya buru-buru begitu melihat gelagat Lacus yang hendak protes. Mendengar itu membuat Lacus menimbang-nimbang. Hm… benar juga ya?
"Uhm… Kau benar."
"Nah, besok kau berikan bekal makanan yang kau buat untuknya, bagaimana?"
"Ekh.. i-itu… ap-apa itu tidak berlebihan? Aku tidak dekat dengannya tapi membuatkannya bekal?"
"Ya… memang berlebihan sih," aku Cagalli. "Tapi coba sajalah Lacus, siapa tahu ketika Kira mencicipi makananmu yang enak, dia akan dekat denganmu. Bukankah untuk menaklukan lelaki dimulai dari menaklukan perut dulu?" ucap Cagalli berusaha menyemangati dengan pernyataan yang entah kenapa terdengar aneh bahkan ditelinganya sendiri. Lacus terdiam, mencoba menimang usul Cagalli kemudian mukanya merona senang.
"Kau benar! Baiklah! Aku akan berusaha!" ucap Lacus semangat. Cagalli mengangguk-angguk saja. Berharap agar masakan Lacus tidak membunuh Kira Yamato.
.
.
Jari-jari Lacus penuh dengan hansaplast, begitupun dengan telapak tangannya. Harus Cagalli akui kesungguhan Lacus kepada Kira Yamato, dan hanya dalam sehari, masakan Lacus jauh dari kata gagal.
Sempurna tanpa ada rasa yang tidak enak.
Cinta itu ternyata bisa memberikan sebuah mukjizat.
Dan di sinilah gadis berambut Light Pink itu. Tepat di samping Kira yang lagi-lagi asyik membaca buku. Jantung Lacus berdebar amat keras. Bekal makanan yang dibuat oleh Lacus disembunyikan di belakang tubuhnya.
"A-ano Kira-kun~"panggil Lacus dengan segenap keberaniannya, dan dia terlonjak senang ketika Kira menatapnya meski itu hanya dengan ekor matanya.
Di balik tembok tempat biasa Lacus mengintip Kira, Cagalli mendecih melihat kesombongan Kira Yamato sekaligus kebodohan Lacus yang dimabuk asmara itu.
"Ada apa?" tanyanya sembari menutup buku yang baru dibacanya, kemudian kali ini kedua matanya menatap focus kepada Lacus. Lacus yang ditatap seperti itu gelagapan lalu…
"A-anu… jika tidak berkenan, ah… maksudku jika berkenan to-tolong makanlah ini~" Sahut Lacus dengan memberikan sekotak bekal makanan sembari menunduk. Melihat itu Kira hanya diam, sejujurnya dia kaget kenapa gadis popular disekolahnya tiba-tiba memberikannya bekal. Diam-diam dia menoleh kiri-kanan, memastikan tidak ada yang melihat adegan Lacus memberikannya bekal makanan,
Atau dia akan dijadikan sasaran bullying oleh para fans Lacus Clyne.
"Maaf, tapi aku sedang tidak lapar!" ucapnya datar membuat Lacus gelagapan. Matanya bena-benar merah Karena malu.
Dan Cagalli yang melihat itu mulai marah. Sok sekali cowok itu! Menolak pemberian dari seorang Lacus Clyne.
Seorang Lacus Clyne.
"A-ah, Be-begitu... ka-kalau begitu… maaf!" ucapnya sembari berbalik dan buru-buru pergi.
"Tapi aku tidak mengatakan kalau aku menolaknya kan?"
Langkah Lacus berhenti, kemudianberbalik dan dengan antusias mendekati Kira sembari menunjuk-nunjuk bekalnya.
"Jadi kau mau menerimanya?"
Kira mengangguk, sekarang background Lacus sudah kembang-kembang karena senang.
"KYAAA!"
To Be Continued
Hy…. Aku newbie di fandom ini~ *Lambai-lambai*
Salam kenal! Tolong terima saya dengan baik m(_ _) m #kayak yg mau nikahan aja?
Aku biasa mangkal (?) di fandom Naruto, tapi ngiler juga pengen nyobain bikin di fandom Gundam seed.. aku kan repiuwer di sini! Hehe
Ok deh… bisa minta repiuwnya? Biar semangat update chap selanjutnya! Yeiyyyy
