A-ahaha *ketawa canggung* Kai ngga ada ide buat ngelanjutin fic Its Tough For Hiding My Tears. Jadi, tunggu dulu ya? QAQ
Disclaimer: bukan punyaku! Punya Amano Akira!
Warning: OOC, ga jelas, typo, yaoi, dll.
Genre : well, Kai bingung dengan genre. Kalau secara lengkap sih, maunya Action, Crime, dan Romance
Rated : T
.
.
Bab 1 : Pertemuan Pertama.
"Jadi… bagaimana?" tanya seseorang dengan rambut cokelat anti gravitasi.
"Menurut data, ia seorang kriminal kelas kakap yang sangat mudah meloloskan diri…" jawab lelaki lain dengan mata berwarna emerald serta rambut berwarna perak. "Apa yang akan kita lakukan sekarang, Juudaime?"
"Gokudera-kun, bawa semua guardianku sekarang!" sang Juudaime memberikan perintahnya.
"Baik!" lelaki bernama Gokudera itu kemudian langsung berlari keluar.
Sang Juudaime kemudian menghela napas dan mengambil sebuah dokumen. Dilihatnya dokumen itu selembar demi selembar. Dokumen itu berisikan catatan kriminal seorang lelaki paruh baya. Lelaki itu sudah menjadi incaran sang Juudaime selama setengah tahun ini dan dia selalu berhasil untu lolos.
'103 pembunuhan, 24 perampokan, 67 kali mengedarkan narkoba dalam jumlah besar, dan aku belum bisa menangkapnya?!' frustasi, sang Juudaime kini hanya bisa menghela napas. Lagi.
DRAP. DRAP. DRAP.
Suara orang berlari tampak menggema. Sang Decimo mulai menenangkan pikirannya. Ia tak boleh emosi walaupun ingin. Sejurus kemudian, tampak beberapa lelaki muncul diambang pintu yang terbuka lebar.
"Tsuna, bagaimana?!" tanya seorang lelaki bernama Yamamoto Takeshi.
"Baka! Kau harus memanggilnya Juudaime!" bentak sang emerald yang tidak lain adalah Gokudera.
"Maa, lagipula Tsuna tak pernah keberatan…" Yamamoto tertawa.
"EXTREEMEEEE!" seseorang berambut putih cepak dengan kulit tan berteriak dengan tidak jelasnya. Dia lah sang Sun Guardian, Sasagawa Ryohei.
"Kufufu~ apa yang akan kau lakukan, Tsunayoshi?" seseorang dengan rambut indigo dan sebuah pucuk nanas diatas kepalanya bertanya.
"Ehm!" Tsunayoshi Sawada yang merupakan Juudaime tersebut berdehem. "Mari kita kembali ke topik. Mukuro, seperti yang kau lihat… kita semua disusahkan oleh seorang pria paruh baya dengan catatan kriminal yang tinggi."
"Kufufu~ dia memutilasi korbannya hidup-hidup kemudian dibiarkan begitu saja…" kata Mukuro.
"Ya…" Tsunayoshi menopang wajahnya dengan tangan. "Sangat sadis…"
"Kau baik-baik saja Sawada? Kantung matamu membengkak…" Ryohei menginterupsi perkataan Tsunayoshi.
Sejurus kemudian Tsunayoshi tersenyum. "Ya, aku tidak apa-apa Onii-san. Kemarin aku hanya mengerjakan PR dari sekolah."
Sekolah? Ya. Sawada Tsunayoshi atau sang Juudaime masih berstatus pelajar. Ia sekarang kelas 2 SMA. Walaupun begitu, Sawada Tsunayoshi merangkap sebagai boss mafia paling terkemuka diseluruh dunia. Mafia itu bernama Vongola.
"Ya sudah kalau begitu…" Ryohei tahu kalau Tsunayoshi sedang berbohong. Tetapi ia tak mau memperpanjang masalah.
"Baiklah, mari kita membagi tugas. Mukuro, pergilah bersama Onii-san ke bagian utara kota Tokyo. Beberapa kasus terjadi disana… masih ada kemungkinan jika pria itu disana. Sedangkan Gokudera-kun dan Yamamoto, pergilah ke barat daya pulau Kyushu. Dan untukmu, Lambo… jika Reborn telah kembali dari misinya, hubungi aku." Titah Tsunayoshi.
"Kenapa aku tidak boleh ikut dalam misi, Tsuna-nii?!" anak laki-laki berumur sembilan tahun yang dipanggil Lambo itu merajuk didepan meja kerja sang Juudaime.
"Lambo…" Tsunayoshi tersenyum sembari mengusap rambut Lambo. "Kau masih kecil. Lagipula kau sudah banyak membantuku jika kau menghubungiku saat Reborn pulang nanti."
"Tapi Juudaime! Itu berarti Anda akan sendirian dalam bertugas?!" Gokudera nampak tak setuju.
"Tak apa-apa, Gokudera-kun…" Tsunayoshi berusaha meyakinkan. "Aku hanya akan berjaga disekitar Namimori, lagipula Hyper Intuisionku mengatakan akan ada kasus disana"
Gokudera tahu, percuma kalau ia mencegahnya. "Hhh.. baiklah, asal jangan terlalu jauh dan jaga diri Anda, Juudaime…"
"Serahkan saja padaku…" jawab sang Juudaime. "Yosh! Ayo kita laksanakan sekarang!"
"BAIK!" jawab semua guardian serentak.
.
.
.
Disebuah rumah bergaya asli Jepang, seorang pemuda laki-laki berambut hitam tengah mengetikkan sesuatu dengan cepat pada laptopnya.
'Hn, setelah ini tinggal memasukkan spywarenya setelah domainnya terkumpul seratus persen' batinnya. 'Tinggal menunggu…'
Kemudian sang raven menutup laptopnya yang masih dalam keadaan menyala tersebut. Ia melangkah masuk menuju ruang keluarga kemudian menyalakan TV dan duduk disofa. Laptopnya yang akan diletakkannya terhalang oleh sebuah kartu pelajar dengan fotonya dan bernama Hibari Kyoya.
"Seorang wanita kini menjadi korban pembunuhan pria misterius itu pemirsa! Sengan ini maka sudah menjadi yang ke 104 kalinya!" kata seorang reporter dari TV.
"Hmp…" Hibari mendengus. "Dasar bodoh. Coba kalau diteliti lagi, walaupun meninggalkan jejak yang sama, orang yang membunuh adalah orang yang berbeda. Kemungkinan ada dua orang dan yang seorang lagi adalah copycat."
BIIP. Laptop Hibari mengeluarkan bunyi.
"Sudah, huh?" Hibari kemudian membuka kembali laptopnya dan mengetikkan beberapa rumus. "Cih, tampaknya sang copycat adalah seorang cracker, hm?"
Hibari kemudian berpikir keras. Semenit kemudian ia tersentak dan mengetikkan beberapa angka.
"Bagus, terbuka… tinggal menyimpan datanya saja. Dengan ini aku bisa menyelidikinya…" kata Hibari. "Membosankan, aku mau jalan-jalan saja…"
.
.
.
Di sebuah lokasi pembunuhan yang tepatnya disebuah gudang kecil, tampak garis polisi terpajang dimana-mana. Tsunayoshi kemudian masuk seenaknya dilokasi tersebut dan melihat mayat korban.
'Seperti biasa, sadis. Sang pelaku menguliti korbannya hidup-hidup. Dan sang pelaku ju-' Tsunayoshi tampak menyadari sesuatu.
"Tunggu dulu…" Tsunayoshi kemudian mencolek seonggok serbuk putih dipojok lantai dan mengendusnya. "Obat penghilang rasa sakit, huh?"
"Hei, warga sipil dilarang masuk kemari!" tegur seorang polisi.
"Oke, oke… aku akan keluar secepatnya." Tsunayoshi kemudian beranjak keluar dari gudang tersebut.
Baru beberapa meter Tsunayoshi keluar dari gudang tersebut, ia sudah diikuti oleh beberapa orang asing yang membawa senjata. Tentu saja Tsunayoshi tahu akan hal itu. Tsunayoshi kemudian memancing mereka ketempat yang sepi.
"Keluarlah…" kata Tsunayoshi sambil melihat tajam ke gang-gang kecil yang dibatasi oleh tembok.
Satu persatu mereka keluar dari tempat dihitung, jumlah mereka ada lebih dari seratus orang. Dengan seringai liciknya mereka mengintai Tsunayoshi. Tsunayoshi sendiri hanya memakai sarung tangannya dan bersikap waspada.
'Banyak juga…' batin Tsunayoshi khawatir.
Saat ini Tsunayoshi sudah dalam Hyper Dying Will Mode atau disingkat sebagai HDWM. HDWM sendiri adalah mode pada saat keadaan yang melepaskan seluruh limiter dalam tubuh Tsunayoshi dan melepaskan seluruh potensial bertarung Tsunayoshi baik fisik maupun mental. Sama seperti Vongola Primo –pendahulu sekaligus pendiri Vongola-, senjata utama andalan Tsunayoshi adalah sepasang gloves yang disebut X-Gloves.
"Kami akan menangkapmu, Decimo!" kata seseorang yang tampaknya adalah sang ketua. "SERANG!"
Sedetik kemudian, mereka mulai menyerang Tsunayoshi dengan pistol, pedang, atau senjata tajam lainnya. Tsunayoshi tak ingin membunuh mereka. Jadi ia hanya membuat mereka pingsan dengan cara memukul tengkuk mereka.
'Cih, ini sulit…' batin Tsunayoshi sembari menghindari sejumlah orang.
DORR.
Sebuah peluru melesat dengan cepat tepat didepan Tsunayoshi. Tsunayoshi tak bisa menghindar karena didepannya ada musuh yang terus menyerangnya.
'Gawaatt!' batin Tsunayoshi sembari memejamkan mata.
DRAAKK
Tsunayoshi tersentak kemudian membuka kembali matanya. Ia tertegun. Didepannya, nampak seseorang yang lebih tinggi sekitar tiga puluh senti darinya sedang menangkis peluru itu dengan sebuah tonfa.
"Siapa…?" kata Tsunayoshi lirih.
Pemuda yang menolong Tsunayoshi kemudian menoleh kearah Tsunayoshi kemudian berbalik kembali. "Mengganggu ketenangan Namimori! Kami…korosu!"
Tsunayoshi kemudian tersadar dari kebingungannya dan langsung menendang beberapa musuhnya dengan gerakan memutar. Seseorang berambut raven yang tadi menolong Tsunayoshi melihat kemampuan bertarung Tsunayoshi yang bisa dikategorikan sangat diatas rata-rata hanya bergumam "Wao"
"Terima kasih telah menyelamatkanku…" kata Tsunayoshi yang saat ini sedang memunggungi pemuda raven itu. "Siapa namamu?"
"Hibari…" jawab sang pemuda sambil memukul beberapa lawannya dengan tonfa. "Hibari Kyoya."
Selang beberapa waktu kemudian, semua lawan mereka sudah babak belur. Dan Tsunayoshi menghela napas lega.
"Terima Kasih, jawab Tsunayoshi lega.
"Hn,"
Psyuuu!
JLEB!
Tanpa mereka sadari, seorang musuh dengan susah payah nemembakkan jarum kearah mereka.
BRUUK.
Sedetik kemudian Tsunayoshi terjatuh. Sebenarnya, yang disasarkan oleh orang itu adalah Hibari. Akan tetapi Tsunayoshi melindunginya. Lawannya yang tadi menembakkan jarum itu pun kemudian pingsan setelah Hibari memukulnya lagi.
"Hhh…" Hibari hanya menghela napas dan memikul Tsunayoshi seperti memikul sebuah karung. "Akan kubawa dia pulang."
.
.
.
TBC.
Yaahh, ini gara-gara Kai liat anime crime yang keren sekali :3
Ada yang mau baca ga ya?
Mohon reviewnya :3
