BEHIND THE CABINET
Author: Hermione Mania
Harry Potter by J.K Rowling, The Lord of The Rings (Novel) by J.R.R Tolkien, & The Lord of The Rings (Film) by Peter Jackson.
Warning: Based on LoTR Movie, author amatiran, mungkin ada typo yg kelewat, n tata bahasa yang gak baku. So, Don't Like? Don't Read!
.
Prolog
.
"TIDAK, HERMIONE!"
Teriakan Harry menggema menembus gemuruh api fiendfyre Goyle. Goyle sendiri sudah tewas dilahap api buatannya sendiri. Ron menatap dengan mata terbelalak dari pintu masuk Kamar Kebutuhan. Draco Malfoy yang tengah memegang Crabbe yang pingsan hanya menganga ngeri saat Hermione Granger terjatuh dari sapu terbangnya dan tenggelam di antara api merah yang menjilat-jilat.
Tersadar, Ron langsung berlari ke arah api. Dia hampir masuk ke dalam ketika tangan kuat Harry menahannya. Tiba-tiba pandangan mereka dibutakan oleh ledakan api dahsyat, membuat mereka berempat terpental ke belakang. Ledakan api itu membentuk tiga kepala menyerupai Pangeran Kegelapan. Harry langsung tahu bahwa ledakan itu berasal dari Diadem Ravenclaw yang terbakar. Menyusul ledakan itu, pintu Kamar Kebutuhan mendadak tertutup dan lenyap. Harry, Ron, dan Draco tahu bahwa saat itu juga Kamar Kebutuhan sudah tidak eksis lagi di kastil ini. Hancur dan lenyap dimakan Fiendfyre.
Teriakan menyayat hati bergaung di koridor. Pandangan Harry kabur dan tenggorokannya terasa terbakar. Akhirnya dia sadar teriakan keras itu berasal dari mulutnya. Penglihatannya kabur oleh air mata yang mengalir deras. Karena dia masih memeluk Ron, Harry merasakan tubuh sahabatnya bergetar hebat. Suara rintihan seperti dicekik keluar dari tenggorokan Ron.
Lenyapnya Kamar Kebutuhan membawa semua yang ada di dalamnya juga ikut menghilang, termasuk Hermione.
"TIDAAAK!"
Ron memekik kencang. Ia meraih sapu terbang di sampingnya dan memukul-mukulkan sapu itu ke lantai sampai akhirnya hancur berkeping-keping. Sama seperti hatinya yang hancur menyaksikan gadis yang baru saja resmi jadi kekasihnya tenggelam dimakan api.
Harry menangkupkan tangannya ke wajah. Rasa bersalahnya menggelegak. Dialah yang bertanggungjawab atas kematian Hermione. Seharusnya dia mencari diadem sendirian saja, seharusnya dia tidak melibatkan Ron dan Hermione. Harusnya dia saja yang mati, bukan Hermione. Harry melirik Draco yang masih duduk terpaku tak jauh darinya. Yang mengejutkan, pemuda itu juga menangis. Harry tidak tahu apakah Draco menangis karena Hermione atau Goyle.
Sekarang, Horcrux yang tersisa tinggal Nagini. Dan Harry tahu bagaimana dan dimana harus menemukan ular betina itu. Dia memang masih sangat terguncang. Tapi bagaimanapun juga dia tidak bisa berhenti di sini. Kalau pun Harry memang harus mati, maka dia pastikan akan membawa Voldemort juga ke kematian. Dan kali ini dia akan meneruskan ini sendirian. Dia tidak ingin Ron terlibat lagi. Harry tidak akan memaafkan dirinya sendiri kalau sampai satu-satunya sahabatnya yang tersisa juga ikut menjadi korban.
ooooooooooooo
Hermione meraba sisi kepalanya dan merasakan cairan merah mengalir pelan di sana. Memejamkan mata, ia hanya bisa pasrah saat api sihir hitam mulai menjalar ke arahnya. Dia memang kikuk di atas sapu terbang.
Bodoh!
Ia menangis, teringat kedua sahabatnya. Mereka pasti syok dan Hermione hanya bisa berharap mereka meninggalkannya, tidak menyusulnya ke tengah-tengah neraka ini. Api merah membubung tinggi, membakar segala sesuatu yang dilewatinya, membuatnya cair seketika. Berbagai bentuk binatang api berlarian ke sana-sini. Hermione mendengus karena masih sempat berpikir bahwa wujud api hewan-hewan itu sangat cantik. Mungkin seperti inilah neraka, pikirnya kecut. Hermione tidak takut mati, hanya saja ia tidak pernah menduga harus mati seperti ini. Sebentar lagi tubuhnya akan mencair dan tidak akan ada seorang pun yang menemukan jasadnya. Sesuatu yang sangat disesalkan. Padahal, dia berharap setidaknya ada kuburannya di bumi ini, ada jasadnya yang terkubur dalam peti. Tapi ini?
Tongkat sihirnya terjatuh saat dia jatuh dari sapu tadi. Hermione tidak tahu harus melakukan apa lagi. Api Fiendfyre hanya bisa dimatikan oleh orang yang menciptakannya. Sayangnya, Gregory Goyle sudah tewas terlebih dahulu, sehingga sudah dipastikan api ini tidak akan pernah bisa dimatikan. Api setan ini baru padam kalau semua yang ada di ruangan ini sudah habis tak bersisa.
Air matanya membasahi seluruh pipinya, bercampur dengan darah dan debu. Sebagian besar tubuhnya dipenuhi luka. Pakaiannya sudah menggelap warnanya karena darah dan kotoran. Sebagian adalah darahnya dan sebagian lagi darah Pelahap Maut yang dibunuhnya. Bayangan ayah dan ibunya muncul di benaknya, mereka sudah sangat jauh sekarang. Namun mereka aman. Setidaknya mereka tidak tahu bahwa putri kecil mereka sedang pasrah menunggu kematian di tengah neraka. Tangisannya menjadi.
Hermione menoleh ke sekelilingnya, semua benda tersimpan di Kamar Kebutuhan tampaknya sudah terbakar. Dan saat itu matanya menangkap sesuatu yang berdiri tak jauh di belakangnya. Sebuah lemari hitam besar tegak dengan kokoh di tengah api. Tampaknya api belum menjalar ke sana. Hermione ingat lemari itu mirip dengan lemari yang ada di toko Borgin & Burke.
Lemari Penghilang.
Mengumpulkan tenaga yang tersisa, Hermione merangkak menuju lemari. Dia tidak tahu apakah lemari ini masih berfungsi atau tidak. Mungkin ini adalah satu-satunya harapan untuk keluar dari sini. Hermione meraih pinggiran pintu lemari dan membukanya. Dengan susah payah dia memasuki lemari, sedikit tersentak saat lututnya yang terluka membentur kayu hitamnya. Hermione menyandarkan tubuh di dinding lemari yang dipernis mengkilap.
Tiba-tiba terdengar ledakan besar dari arah depan. Sekilas Hermione melihat sesuatu berbentuk mahkota melayang ke udara lalu hancur berkeping-keping. Hermione melompat kaget. Gelombang api yang sangat besar menyerbu ke arahnya seperti tsunami. Menyadari hal ini, dengan cepat Hermione menarik pintu lemari hingga menutup. Tepat setelah pintu lemari tertutup, lemari berguncang seakan terlempar oleh gelombang tsunami api.
"Aakkhh!"
Hermione berteriak kesakitan. Tubuh mungilnya seperti diaduk-aduk di dalam rongga lemari. Sepertinya lemari ini memang sedang melayang akibat terhempas api. Lalu lemari terhempas keras. Beberapa luka baru terbuka di tubuhnya. Rasa asin darah menyerbu lidahnya. Tampaknya darah itu berasal dari kerongkongannya. Dia terbatuk dan cairan merah segar menyembur dari mulutnya. Tapi itu bukan yang terburuk. Dengan ngeri Hermione merasakan panas api menjalari semua permukaan kayu Lemari Penghilang. Kesadarannya perlahan-lahan menipis. Beberapa detik kemudian, pandangannya gelap dan hal terakhir yang dilihatnya adalah api yang meledakkan lemari.
Selamat datang di kematian, Hermione! Itu hal terakhir yang ada di pikirannya sebelum ketidaksadaran benar-benar menelannya.
.
Bersambung
.
A/N: Fic ini dibuat untuk kepuasan pribadi aja, gak ada maksud untuk mengambil keuntungan. Alur ceritanya sebagian besar diambil berdasarkan filmnya, terutama untuk The Lord of the Rings. So, jangan komplain ya kalau ada yang beda dengan novelnya, karena sama sekali belum pernah baca novelnya Tolkien, cuma research dikit2 sinopsis novelnya di mbah google, hehehe.. :D
