"Dalam tiga puluh hari, kau, Kuroko Tetsuna akan jatuh cinta padaku."

"Apakah ini tantangan?"

"Kenapa? Kau sudah menyukaiku?"

"...Teruslah bermimpi, Akashi-kun."

"...heh, kita lihat saja nanti."

.

.

.

I Dare You

KnB © Fujimaki Tadatoshi

Story © Dws Pokhafes6

Warning : AU, Slight OOC, weird plot, and maybe some typos

.

.

.

Hanya sebuah hari Senin biasa nan membosankan. Murid-murid bergerombol di depan sebuah papan pengumuman besar berwarna biru tua. Apa yang mereka lihat? Mari kita dengar beberapa percakapan para manusia yang ada disana.

"Hei, hei, lagi-lagi tim basket sekolah kita menang!"

"Bukankah hal itu sudah biasa? Jangan no- UWAAA SKORNYA JAUH SEKALI!"

"Iya kan? hampir 300 lho! Lawannya bahkan hanya bisa mendapat 12 poin!"

Oh, ternyata mereka melihat sebuah berita mengenai kemenangan tim basket SMP Teiko untuk yang kesekian kalinya. Sudah biasa.

Sekarang, mari kita lihat seorang lelaki berambut merah yang baru saja turun dari mobil McLaren P1 miliknya. Dengan wajah datar, Akashi Seijuro berjalan menuju gedung sekolah. Ah, tepatnya ke arah papan pengumuman. Murid-murid yang awalnya masih bergerombol di depan papan langsung bubar ketika menyadari kehadiran sang kapten tim basket. Memberi jalan bagi lelaki tersebut untuk melihat kertas yang tertempel disana.

Namun, ada seorang siswi yang masih berdiri membelakangi Akashi—masih sibuk dengan info yang ia baca di papan—sampai ia tak menyadari kehadiran siswa paling disegani di sekolah ini. Rambut biru mudanya yang sebahu dan kulit pucatnya tampak cantik disiram sinar mentari pagi, setidaknya, di mata heterokrom milik lelaki tersebut. Tapi itu urusan nanti. Ia pun membuka mulut untuk berbicara pada perempuan yang berani membelakangi dirinya.

"Hei,"

Gadis itu tak menoleh.

Ia agak kesal, kemudian ia mencoba sekali lagi. "Kau, yang berambut biru muda."

Mendengarnya, perempuan itu menoleh dan saat itu juga mata mereka bertemu. Ia hanya terdiam ketika melihat siapa yang memanggilnya. Ekspresinya datar. Namun, ia juga tak kabur atau gemetaran seperti yang lain pada umumnya. Dan kedua iris biru yang senada dengan rambutnya bahkan berani menatap mata milik Akashi dengan waktu yang agak lama.

Aura intimidasi dari sang kapten tim basket sepertinya tak mempan pada gadis yang satu ini. Dan itu membuatnya mengerutkan dahinya sedikit.

"Ada apa?" adalah apa yang ia berikan sebagai respon atas panggilan Akashi barusan. Akashi agak terkejut. Cara dan nada bicaranya tak terdengar takut atau pun bergetar. Yang ada malah kelewat datar dan ringan. Sepertinya ia tak tahu siapa lawan bicaranya saat ini.

Lalu terdengar suara-suara yang Akashi kenal betul.

"AKASHICCHI~! PAGI~!"

"Oi, bodoh! Jangan berteriak di samping telingaku!"

"Siapa juga yang teriak di samping telingamu, Ahominecchi?! Dan aku tidak bodoh ssu!"

"Jangan panggil aku begitu, dan kau memang bodoh!"

"Berisik. Kalian berdua sama-sama bodoh, nanodayo."

"Aku lapar~"

Akashi menghela napas selagi menatapi teman-temannya. Dan ia ingat ia masih berbicara pada gadis pendek tadi.

Saat ia menoleh, perempuan itu telah menghilang.

Terima kasih pada teman satu timnya yang terlalu berisik.

"Tadi kau berbicara pada siapa?" tanya si surai hijau.

"Aku juga tak tahu. Tapi aku akan tau cepat atau lambat."

Midorima Shintaro membenarkan letak kacamatanya. "Awalnya kupikir kau berbicara sendiri. Tapi tiba-tiba aku melihat seorang siswi pendek berambut biru muda. Nanodayo."

"Apa tadi dia melakukan sulap, Akashicchi?!"

Yah, hawa keberadaannya memang terasa tipis tadi. Siapa sebenarnya gadis itu?

.

.

.

Tibalah waktu istirahat sekaligus makan siang. Murid-murid mulai tersebar di seluruh penjuru sekolah, terutama kantin. Tetapi, Akashi Seijuro memilih untuk pergi ke perpustakaan, dimana ia bisa membaca buku dengan tenang atau bermain shogi melawan dirinya sendiri.

Ketika pintu dibuka, ruangan sangat sunyi. Penjaga perpustakaan sedang tidak ada juga. Maka ia segera berjalan masuk dan mengambil sebuah buku—entah tentang apa—dan duduk di sebuah kursi kosong di samping jendela. Ia membuka buku tersebut dan mulai membaca dalam diam.

Sementara itu, seorang gadis bersurai biru muda melangkah ringan ke dalam perpustakaan seraya membawa sebuah novel horor. Belum sempat ia duduk, matanya telah menangkap sosok familiar yang berada di kursi paling ujung. Ia memutuskan untuk duduk di kursi yang agak jauh saja. Entah mengapa feelingnya mengatakan 'Jangan dekat-dekat dengannya'. Sayangnya, sebelum ia dapat menjauh, sepasang iris merah-kuning telah mengawasi gerak-geriknya sedaritadi.

"Kau, kemari."

Ah, ia memerintah orang yang tak ia kenal begitu saja.

Hanya bisa menurut, akhirnya ia mendekat.

"Siapa kau?" tanya Akashi.

"Apa itu caramu berkenalan?" gadis itu berkata kembali dengan nada yang datar.

Sebuah gunting merah telah berada di depan wajah datarnya secara tiba-tiba. Ujungnya yang tajam tampak siap merobek kulit putih empunya perempuan tersebut. Seketika, tubuhnya menjadi kaku kala menyadari ujung guntingnya terlalu dekat dengan matanya.

Hanya untuk mengatahui nama, sampai sebegininya?

"...Kuroko Tetsuna." Akhirnya perempuan itu menjawab. Keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya. Namun ia masih tetap menggunakan ekspresi dan nada datarnya.

"Kau pasti sudah tahu siapa aku." Ujar Akashi sambil menarik kembali guntingnya. Lawan bicaranya sempat terdiam sebelum melanjutkan, "Ya, Akashi Seijuro, kapten tim basket. Kau memang terkenal di sekolah ini."

"Kalau begitu, kenapa kau tak takut padaku?"

"Memangnya aku harus takut padamu? Kau hanya manusia." Jawab Kuroko. Tak mendapat respon dari Akashi, ia melanjutkan. "...Dan lagi, kenapa kau bisa menyadariku?"

Akashi mengangkat ujung bibirnya naik, sebuah seringai pun muncul. "Hawa keberadaanmu memang tipis. Tapi mata ini, bisa melihat setiap gerak-gerikmu."

Kuroko Tetsuna hanya bisa menatap sekilas kedua manik beda warna tersebut. Sepertinya ia hanya tahan bertatap mata dengannya 20 detik saja. Meski begitu, itu termasuk waktu yang cukup lama bagi seseorang untuk bisa beradu pandang dengan Akashi tanpa harus berlari ketakutan.

Tapi ia mengakui bahwa ia menyimpan sedikit rasa ngeri terhadap orang ini.

"Kuroko Tetsuna, kau menarik."

"A... apa?"

Segaris seringai kembali hadir di wajah tampannya. Tetapi Kuroko, bukannya terpesona, ia malah merasakan rasa ngeri yang semakin bertambah.

"Dalam tiga puluh hari, kau, Kuroko Tetsuna akan jatuh cinta padaku."

Kaget. Jelas saja. Orang yang memegang kedudukan yang lebih tinggi sekaligus orang yang mengatakan dirinya adalah absolut baru saja mendeklarasikan sesuatu yang menurut Kuroko seperti meremehkan dirinya. Apa itu? Tiga puluh hari? Ia pikir Kuroko akan semudah itu jatuh cinta pada orang semacam dia?

Gadis itu pun mengangkat satu alisnya sedikit. "Apakah ini tantangan?"

"Kenapa? Kau sudah menyukaiku?" tanya Akashi dengan nada meremehkan.

Kuroko sweatdrop. "...Teruslah bermimpi, Akashi-kun."

"...heh, kita lihat saja nanti."

Dan dimulai dari detik ini, Akashi Seijuro akan membuatnya jatuh cinta, sementara Kuroko Tetsuna harus memikirkan cara untuk menjauh darinya dalam tiga puluh hari kedepan.

.

.

.

~TBC~