Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Warning : Alternative Universe, Out of Characters, Typo's, Shortfic, Other. Don't like? Don't read =)

.


Dedicated for Alm. Arnanda Indah aka Kang Mas Neji Ganteng

In memorian 120611

Rest In Peace

.

Prequel "Hope Is a Dream That Doesn't Sleep"


.

This is about love

When the tears is come

When the sun is crying

And…

When I'm lost my way

.


"Sakura?"

Sebuah tangan kekar melambai-lambai di hadapanku. Dengan refleks, kedua emerald-ku pun kualihkan pada sosok anak laki-laki yang begitu kukenal. Kedua tanganku dengan segera menyimpan komik yang sedari tadi menemaniku.

"Ah, Niichan. Kukira siapa. Hehe…" Aku meringis pelan. Sepertinya aku terlalu serius, sehingga kehadiran Sasuke-nii tidak kusadari.

"Hm, sedang apa?"

"Hanya melihat-lihat. A-aku kan belum pandai membaca," kataku dengan malu-malu. Seulas senyum kecil terlihat di bibir tipis Sasuke-nii.

Ia terkikik pelan, kemudian mengusap lembut rambut sepunggungku. "Sudahlah. Kaachan dan Touchanmu sudah menunggu. Ayo berangkat!"

Ah, aku lupa. Hari ini adalah hari pertama libur musim panas. Hari di mana aku sekeluarga akan pergi berlibur bersama keluarga Sasuke-nii di villa keluarga Uchiha di daerah Hokkaido.

"Ah, iya! Ayo cepat. Aku sudah tidak sabar, Niichan!" ucapku riang seraya menyimpan komik tadi di atas meja di samping tempat tidurku.

"Ha'i!"

Krieeet

"Ah, kalian masih di sini rupanya. Ayo cepat! Kaasan dan Tousan sudah menunggu," kata Itachi-nii saat ia melewati kamarku. Tubuh tegapnya kemudian mulai menghampiriku dan Sasuke-nii.

"Niichan sedang apa di sini?" tanya Sasuke-nii dengan nada yang datar, dan dengan sebelah alis yang terengkat heran.

Itachi-nii mengedikkan bahunya pelan, kemudian berjongkok di depanku. "Hanya mengecek. Baasan yang menyuruhku. Nah Sakura, sekarang sini biar kugendong."

Aku tersenyum malu dengan rona merah menghiasi pipi chubby-ku. Dan dengan wajah yang masih menunduk malu, aku hanya mengangguk tanda mengiyakan permintaannya.

"Huh…"

Eh? Aku mendongakkan kepalaku heran. Dan benar saja, di sana terlihat raut wajah Sasuke-nii yang terlihat sebal dengan badan yang membelakangi kami.

"Sasuke, jangan ngambek begitu. Kita kan mau liburan," ucap Itachi-nii sedikit terkekeh melihat reaksi adik kesayangannya itu.

"A-ano… gomenasai, Sasuke-nii…" kataku lirih, lalu kembali menundukkan kepala. Aku merasa sangat bersalah telah membuat Sasuke-nii menjadi seperti itu.

"Sudahlah, Sakura. Sini cepat naik!" sahut Itachi-nii lembut kemudian segera menggendongku. Kami pun berjalan mendahului Sasuke-nii yang berjalan di belakang kami dengan wajah yang kusut.

Aku pasti akan sangat merindukan momen seperti ini, batinku seraya tersenyum entah pada siapa.


xXx

Terukir indah laksana berlian

Namamu abadi selamanya

Meski waktu kian berputar

Mengubah kesenangan menjadi angan

.

Tak Ada Yang Abadi

© crystalssj

Tragedy – Angst – Family – Poetry

xXx


Mobil itu terus melaju kencang. Mendesau membelah angin. Meliuk-liuk dengan lincahnya menyalip mobil lain di jalan berkelok yang terbilang sempit ini. 'Touchan sangat pintar mengemudi, padahal jalanan ini sempit. Lagipula, di sebelah kiri kan jurang,' batinku meringis pelan.

"Kaachan, apa masih lama?" rengekku pada Kaachan yang sedang memerhatikan keadaan di sekitar.

"Sabar ya, sayang."

"Huh…" Aku memalingkan wajahku bosan. Sudah hampir tiga jam perjalanan kami tempuh, namun tak kunjung sampai. "Kenapa tidak semobil saja dengan Mikoto-baasan?"

Kaachan tersenyum kecil seraya mengelus lembut surai pink-ku. "Nanti kita malah merepotkan, Saku-chan. Sebentar lagi juga sampai, dan kamu bisa bermain dengan Sasuke-chan."

"Aku bosan," rengekku lagi. Kulihat dari balik jendela di belakang mobilku, sepertinya Sasuke-nii juga bosan. Padahal, di sana lebih terasa nyaman dengan kehadiran Itachi-nii.

Lengkingan klakson sukses mengalihkan pandanganku yang tadinya melihat Sasuke-nii menjadi melihat ke arah depan.

CKIIIIIT

Mobil yang kami tumpangi direm mendadak oleh Touchan. Badanku terhuyunh kemudian membentur pelan bangku kemudi.

Kulihat mobil berbadan besar yang kukenal dengan sebutan bis itu menjulang di depan mobil kami. Siap melumat mobil kecil di hadapannya jika saja Touchan tidak memberi tanda dengan membunyikan klakson.

BRAAAKKK

Dengan kasar, Touchan keluar dari mobil dengan membanting pintu keras. Wajahnya menyiratkan kekesalan dan ketegangan yang bercampur menjadi satu.

"Saku-chan, tunggu di sini, ya," kata Kaachan pelan kemudian membuka pintu dan keluar dari mobil.

"Kaachan mau kemana?"

"Tunggu saja."

Aku hanya bisa mengangguk pasrah. Dengan hati yang tidak tenang, kugigit bibirku dengan kuat sehingga nyaris berdarah.

Tak berlama-lama para orang dewasa itu mengobrol di luar sana, karena terjadi kemacetan panjang akibat insiden barusan. Wajar saja, lalu lintas pagi ini cukup padat karena sudah memasuki waktu liburan musim panas.

Cklek

"Kaachan duduk di depan bersama Touchan ya. Sakura-chan tidak apa kan duduk sendiri?"

"Tidak apa, Kaachan," sahutku seraya tersenyum manis. Beberapa menit kemudian deru mesin mobil kembali terdengar dan kamipun melajutkan perjalanan, diikuti pengemudi lainnya sehingga jalanan kembali lancar.


In the morning the birds become,

To awaken you

At night the stars turned,

You watch


Memasuki menit ketiga puluh perjalan kami yang dilanjutkan setelah insiden itu, jalanan semakin menurun dengan jurang-jurang semakin landai. Inilah yang kubenci. Apakah tidak ada jalan lain selain jalan ini?

Berkali-kali aku menggigit bibir bawahku cemas. Berkali-kali pula aku melihat Touchan, Kaachan, dan mobil Mikoto-baasan secara bergantian. Entah kenapa, hatiku terus berdegup tak enak. Ingin sekali rasanya aku bercerita pada Kaachan, namun aku terlalu takut untuk mengutarakannya.

Di depan sana, ada tikungan yang entah keberapa kali harus kami lewati. Namun menurutku, tikungan itu terlalu curam. Ditambah lagi, kondisi jalanan yang dari tadi naik turun tidak karuan, membuatku sedikit kesal karena harus berkali-kali menghela napas lega.

Aku berusaha meredam ketakutanku dengan melihat mobil Fugaku-jiisan yang berada di belakang kami. Kondisi kendaraan di jalanan ini cukup rapat, membuat jarak antar mobil pun tidak terlalu jauh.

"Sakura-chan, lihat itu!"

Aku memalingkan kembali wajahku ketika kudengar suara lembut Kaachan memanggilku. Jemari lentiknya ia arahkan pada hamparan hijau di sebelah kami. Demi Kami-sama, itu indah sekali!

"Indah, Kaachan…" kataku terpukau dengan keindahan yang disajikan oleh alam itu. Merasa kurang jelas, aku pun merangkak ke pinggir pintu, kemudian berdiri dengan bertumpu pada kedua lututku, dan dengan tangan yang kutempelkan pada kaca mobil.

DEG

Merasa tidak enak, kualihkan kembali penglihatanku pada jalanan di depan. Dan benar saja, tikungan curam itu sudah menanti untuk dilalui.

Belum sempat aku berpindah posisi, mobil Touchan sudah oleng kemudian dengan gerakan yang cepat, ia menginjak pedal rem dengan kuat. Membuatku tersentak ke belakang kemudian terpental kembali ke depan sehingga keningku terantuk kaca.

BRAAAK

BRAAAK

BRUUUK

TIIIIIIIIIITTTTTTT

Masih belum hilang pusing yang kurasakan, badanku kembali membentur kursi Kaachan, karena mendapat dorongan yang hebat dari belakang.

Dengan mata yang sedikit terpejam, kulihat jalanan di depan. Benar dugaanku, tikungan itu menghubungkan kami dengan jalan yang lebih tinggi. Di sana juga terlihat sebuah mobil kontainer yang sangat besar menghadap persis di depan mobil kami.

SIIIINNNGGG

Refleks mobil ketika jalanan menanjak, kami pun kembali mundur menabrak sejumlah mobil di belakang, termasuk mobil Fugaku-jiisan yang sudah sangat hancur itu.

KRAAAK

TRAAANG

"Pegangan!" teriak Touchan tegas. Aku sempat ternganga melihat mobil besar itu melaju kencang ke arah kami. Belum sempat protes, Touchan langsung membanting kemudinya asal hingga mobil kami melaju kencang menuruni jurang terjal di sisi kiri.

Begitu pula mobil Fugaku-jiisan. Beberapa saat setelahnya, aku pun bernapas lega karena mobil kami telah berhenti akibat terhalang oleh pepohonan yang rimbun.

"Akh!" Aku menjerit kesakitan ketika akan bangun. Kubuka pintu mobil itu dengan sekali bantingan keras. Dan dengan langkah yang terseok, aku mulai menjauhi mobil itu. Begitu juga Kaachan yang mulai merangkak mendekatiku.

"Sakura!"

Dengan penglihatan yang samar-samar, kulihat Itachi-nii keluar dari mobilnya dengan menggendong Sasuke-nii yang tak sadarkan diri untuk keluar.

Aku tersenyum miris. Mobil keluargaku dan Sasuke-nii hancur total. Keadaan Fugaku-jiisan dan Mikoto-baasan begitu mengenaskan. Mobil mereka menabrak pohon besar sehingga tubuh mereka terjepit.

Air mata mengalir dari kedua emerald-ku. Touchan yang sangat kubanggakan pun tidak jauh beda dengan keluarga Uchiha. Tubuhnya terjepit di antara kemudi dengan kepala yang mengeluarkan cukup banyak darah.

Aku hanya duduk termangu menyaksikan kejadian naas ini. Kaachan dengan sisa tenaganya mencoba menyelamatkan Touchan, sedangkan Itachi-nii berusaha membaringkan tubuh Sasuke-nii di tempat yang aman.


Warna itu memudar

Seiring dengan derai air yang tumpah

Mengoyak mimpi dan kenyataan

Menjadi abu dan kenangan


DUAAARRR

TRAAANG

"AAARRRGGGHHH!"

Kedua iris viridianku membulat sempurna. Kontainer yang oleng tadi berhasil menabrak rentetan mobil di depannya, membuat ledakan dahsyat yang menyebabkan kendaraan-kendaaran itu hancur dengan berbagai material yang beterbangan.

Sedangkan kontainer pembawa maut itu sendiri terjun menuruni lereng, menyusul keberadaan kami yang sudah jauh berada di bawah.

"ITACHI-NII!" Aku berteriak sekeras-kerasnya tatkala melihat tubuh kekar Niisan dihantam benda keras dengan posisi tubuh memeluk Sasuke-nii. Matanya terpejam seiring dengan darah yang menetes dari mulutnya dan juga dari sekujur tubuhnya.

Aku berdiri dan berlari sejauh mungkin dari area dekat mobil. Aku terus berusaha meskipun dengan langkah terseok dan darah berucucuran yang bercampur dengan air mata. Yang kutahu sebelum aku berlari, adalah Kaachan yang juga mengikutiku.

Ketika kurasakan jarakku cukup jauh, kubalikkan badanku. Hatiku mencelos, tubuhku terhuyung jatuh kemudian merosot menuruni jurang dan terbentur pohon dengan sangat keras. Ternyata usahaku sia-sia, jarak yang kubuat hanya beberapa meter dari tempatku semula.

"Uhuk…"

Aku merasakan berat semakin mendera kepalaku. Semuanya telah berakhir. Kecelakaan itu telah usai dengan memakan banyak korban.

Dan yang kutahu sebelum kedua emerald-ku terpejam adalah, tubuh Kaachan yang tertabrak kontainer hingga pohon besar menghentikan gerakannya. Setelah itu, semuanya menjadi gelap, dan aku tidak tahu sedang berada di mana sekarang.


Aku mungkin hanyalah gadis kecil

Tak mengerti dan takkan pernah mengerti

Setidaknya aku dapat merasakan

Bahwa aku takkan kekal selamanya

Dan kutahu bahwa aku tidaklah sempurna

Sebelumnya…

Cinta pernah mengajarkanku kebahagiaan

Sekarang…

Cinta pula yang mengajarkanku kesedihan

Tak pernah kurelakan hal ini terjadi

Tapi kuasa tak bisa terpungkiri

Mungkin ini adalah yang terbaik

Meski sakit kan membekas di hati

Selamanya…

Kejadian ini kan terkenang dalam memori…


"Akh!" rintihku tanpa suara. Ya Kami-sama, kepalaku sangat terasa berat untuk digerakkan. Seluruh badanku terasa remuk, bahkan sampai aku tidak bisa merasakan tenagaku sedikit pun.

Samar-samar, kudengar suara-suara aneh. Apakah aku telah di surga? Tapi kenapa di sini gelap sekali? Di mana Kaachan? Di mana Touchan?

"Sakura…"

Suara ini. Aku begitu mengenalnya. Di mana kalian berada?

Aku terus memfokuskan pandanganku di daerah yang gelap ini. Berusaha mencari setitik cahaya yang dapat memberiku petunjuk arah.

"Kaachan di sini…"

Aku mendengarnya. Ini suara Kaachan. Suaranya yang… begitu lirih dan dingin. Aku kembali memfokuskan penglihatanku. Dan di sana, di ujung sana, Kaachan dan Touchan berdiri dengan menggunakan pakain yang serba putih.

"Kaachan, Touchan, kalian mau kemana? Sakura ikut! Jangan tinggalkan Sakura sendiri!"

Entah kekuatan dari mana, aku pun berlari dan berhasil meraih tangan Kaachan yang terasa begitu dingin. Mereka berdua tersenyum padaku kemudian menuntunku berjalan menuju cahaya di depan sana.

"Sakura!"

Aku menghentikkan langkahku, begitu juga kedua orangtuaku. Dengan perasaan bingung, aku pun membalikkan badanku, dan terlihatlah siluet Sasuke-nii di ujung yang lain.

"Jangan pergi Sakura. Temani aku…" sahutnya datar tanpa emosi.

Aku menjadi bingung. Sebenarnya, apa yang terjadi? Kenapa aku tidak boleh ikut dengan Kaachan?

Perlahan, genggaman Kaachan dan Touchan terlepas dari kedua tanganku. Dengan senyuman manis terpatri di wajahnya, mereka pun berjalan meninggalkanku sendirian.

"Kaachan!" teriakku seraya mengejar langkah mereka yang semakin menjauh. Namun sebuah tangan kekar menggenggam erat jemariku. "Sasuke-nii… aku ingin ikut bersama Kaachan…"

"Sakura…" Sasuke-nii mendekat, kemudian mendekapku dengan sangat erat. "Tugasmu belum selesai."

"Ma-maksudnya?"

"Kamu masih harus menjagaku…"

Bersamaan dengan kalimat terakhir Sasuke-nii, Kaachan dan Touchan menghilang, diiringi dengan sinar putih yang sangat terang memenuhi tempat ini.


Terima kasih untuk kasihmu

Terima kasih untuk hari-harimu

Terima kasih untuk segalanya

Maafkan aku tidak berguna bagimu

Maafkan aku yang selalu membebanimu

Maafkan aku untuk segalanya

Aku mencintaimu,

Hari ini, esok dan selamanya


.

.

.

Piiip… piiip… piiip…

"Ugh…"

"Syukurlah kau sudah sadar, Nak…"

Baachan? Kenapa Tsunade-baachan ada di sini? Dan, di mana aku? Di mana Touchan? Di mana Kaachan? Sasuke-nii, Itachi-nii, di mana kalian?

"Aa… Ba-Bachan… A-aku…"

"Jangan terlalu banyak bicara. Kamu ada di rumah sakit, sayang. Ka-kamu koma selama seminggu…"

Meskipun tidak terlalu paham maksud Baachan, setidaknya aku tahu bahwa aku sudah cukup lama tertidur di sini, mengingat banyaknya selang medis yang terpasang di badanku.

"Sakura…"

Aku mengalihkan padanganku pada siluet Sasuke-nii yang baru saja datang dan tengah duduk di atas kursi roda, bersama suster yang membantu mendorongnya.

"Kaachan… di mana?" Dengan suara yang serak, aku mencoba meminta penjelasan pada wanita paruh baya di hadapanku.

"Yang tabah ya, sayang…" Tanpa menjelaskan apapun, Baachan langsung mendekapku dengan sangat erat. Ia meneteskan air mata, yang membuatku sesak dan ikut meneteskan air mata.

"A-ada apa i… ni?" kataku masih dengan suara yang serak dengan air mata berderai. "Touchan…"

"Masih ada aku, Sakura." Aku mengalihkan pandanganku pada Sasuke-nii yang sedang menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Mata sekelam malamnya begitu rapuh dan kosong.

"Sasuke-nii…" Air mata itu terus melesak keluar dari kedua emerald-ku. Membuat tenggorokanku serasa kering, bahkan hanya sekedar untuk berbicara sedikitpun.


xXx

Tidak ada waktu yang dapat diputar

Tidak ada nyawa yang dapat dikembalikan

Semuanya telah hilang tertelan malam

Bahkan ketika aku membuka mata

Bukan derai tawa yang kulihat

Melainkan derai sungai yang kian menganga

xXx


June 11, 2012

Rest in Peace,

Haruno and Uchiha

.

.

.


Kematian bukan untuk dipermainkan

Melainkan untuk kita jalani kelak

Karena semua yang hidup pasti akan mati

Karena di dunia ini

"Tak Ada Yang Abadi"

.

.

.

Semoga kak Arnanda Indah tenang berada di sana

Semoga beliau juga ditempatkan di tempat yang layak di sisi-Nya

.

Kenanganmu kan abadi selamanya

Selama kehidupan di bumi ini masih ada

Karena kita masih di bawah langit yang sama

Ya, di bawah langit yang sama

Arwahmu memang tenang di sana, tapi jasadmu selalu berada di bawah langit yang sama dengan kami

Jasadmu memang tertidur, Kak Nand

Tapi hatimu selalu hidup untuk kami

Dan rohmu selalu tersenyum untuk kami

Terima kasih telah memberikanku warna

Terima kasih telah memberikanku arti kehidupan

Terima kasih untuk segalanya

Semoga yang ditinggalkan selalu tabah

Karena hanya jasadmulah yang tidak bisa terbangun

Tetapi kenanganmu akan selalu terukir abadi

Di sini,

Di hati kami semua

Semoga kau senang dengan doa kecil dari kami ini

Selamat jalan, Kak Nand…

Kita akan berjumpa lagi di sana,

Di langit yang sama denganmu…

Sayounara!

.

.

# FIN #

.

.


A little gift for Arnanda Indah aka Kang Mas Neji Ganteng

.

Semoga tidak mengecewakan :')

Nek, hanya ini yang dapat kuberikan sebagai pernghargaan terakhirku untukmu. Maaf karena aku hanya bisa membantumu dengan doa.

.

Unek-unek readers tentang fic ini aku tampung dengan senang hati. Begitu juga kritik dan saran, plus doanya untuk kak Nand :')

Diketik tengah malam dengan air mata yang dikit-dikit turun dari pipi. Harap maklum jika isinya tidak nyambung -_-

.

.

.

Bye

AKM

.

.


"Kalau itu adalah kenangan yang berarti, jangan dilupakan. Sebab jika manusia mati, mereka hanya bisa hidup dalam kenangan orang lain." (Takagi – Meitantei Conan)