Disclaimer: masashi Kishimoto

Rate: T(maybe)

Pairing: Sasuhina/secret*plak*

Gendre: drama/romance

Warning: gaje AU, OOC, dll. Don't like? Don't read!

.

.

.

.

.

Happy reading^^

-.-

"Uhm… pe-perkenalkan, namaku Hyuuga Hinata. Mo-mohon bantuannya semua!" ujar sesosok gadis indigo yang memperkenalkan namanya sebagai Hyuuga Hinata, di depan kelas. Setelah sang guru mempersilahkannya untuk duduk di kursi nomor tiga paling depan, di mana di sampingnya duduk seorang gadis -cantik- tengah memperhatikan penampilannya melalui pantulan cermin di tangannya secara diam-diam. Hinata segera mengeluarkan buku-buku yang nantinya akan ia gunakan.

Tak.

Hinata menolehkan kepalanya ke belakang saat merasakan sesuatu menimpa kepalanya, tak jauh dari kursinya terdapat bola-bola kertas yang mungkin tadi di gunakan untuk melempar kepalanya. Ia memungut kertas tersebut lalu mengedarkan pandangannya mencari-cari siapa yang tadi melemparnya. 'tak ada tanda-tandanya?' batin Hinata saat tak melihat seluruh siswa sepertinya tetap fokus di depan kelas –mendengarkan penjelasan guru.

Hinata kembali menghadap depan, di bukanya gulungan kertas yang tampak kusut itu lalu terbelalak setelah membaca isinya.

'welcome to the hell, murahan!'

Hinata tak dapat menahan air mata yang memaksa ingin jatuh, ia meremas kuat kertas yang pegangnya, sambil menunduk dalam gadis bermata lavender itu mengeluarkan isakan kecil berusaha agar tidak terdengar orang lain dengan menggigit bibir bawahnya kuat.

"Tidak usah di hiraukan." Hinata nyaris memekik saat mendengar gadis di sebelahnya membuka suara, dengan perlahan ia menoleh ke samping menghadap gadis itu dengan tetap menangis. "Mereka memang seperti itu pada anak baru." Ujar gadis berambut pirang itu sambil memainkan poni tailnya menghadap luar jendela –menatap pantulan wajah menangis Hinata.

"Hmm.." Hinata menganggukkan kepalanya sekali lalu menunduk, "akan sulit untuk membiasakan diri." Gumamnya lemah.

"Ini hanya awal. Akan ada yang lebih buruk lagi menimpamu… mungkin." Gadis itu menatap kosong kearah papan tulis, Hinata melirik tagname di seragam gadis pirang itu. 'Yamanaka Ino'gumamnya dalam hati. "Persiapkan saja dirimu!" ujar gadis bernama Ino misterius, Hinata ingin kembali bertanya sebelum akhirnya sang guru menegurnya untuk memperhatikan papan tulis.

Kriinggggg….

Suara nyaring dari bel tanda istirahat membuat sorak-sorai para penghuni Konoha-high melengking nyaring. Hinata yang baru saja membereskan alat tulisnya menoleh ke samping di mana gadis yang tadi mengajaknya mengobrol sedang mengutak-atik ponsel di tangannya.

"Ano, a-apa kau ingin ke k-kantin bersamaku?" tawar Hinata setelah ia mengeluarkan bento dari tasnya.

Gadis bermata sebiru langit itu menatap Hinata sekilas, ia lalu berdiri dan melewati Hinata begitu saja dengan ekspresi dingin. "Maaf, tapi aku sudah ada janji. Dan lagi," ia kembali menatap Hinata "Kita ini bukan teman." Katanya lalu bergabung dalam gerombolan gadis-gadis lainnya.

"Kalau si Ino tak mau, biar aku saja!"

"Kya_" Hinata memekik tertahan saat sebuah tangan tiba-tiba melingkari pinggangnya. Dengan tatapan takut, Hinata menepis tangan itu dari pinggulnya. Ia menautan tangannya di depan dada menghadap siswa yang dengan kurang ajarnya menyentuh tubuh Hinata.

"Keh, dasar sok jual mahal! Nanti juga berlutut memohon-mohon." ejek cowok berbadan kurus tersebut lalu di imbuhi tawa garing teman-temannya yang lain, membuat Hinata bergidik ngeri kemudian berlari meninggalkan kelasnya.

To Hanabi

Rasanya mungkin akan sulit jika aku terus-menerus bertahan di tempat yang lebih pantas di sebut neraka ini. Tapi…

Demi ayah, ibu, dan semua yang ku sayangi, aku akan bertahan sampai titik penghabisan.

Kuharap kalian selalu ada untuk menyemangatiku, tolong doakan aku di surga sana ya…?

Hinata terus berlari tanpa memperdulikan jalanan yang penuh dengan murid di koridor, ia merasa ini bukan tempatnya, ia ingin sekali meninggalkan segala tekanan dan ketakutannya. Ya, takut. Ia sangat takut berada di sekolah ini, tapi ia harus tetap betahan apapun yang terjadi, setidaknya ia hanya perlu menghindari mereka yang ingin melukainya semampunya.

Bruugg…

Akhirnya langkah Hinata terhenti saat tubuh mungilnya menubruk seseorang dari arah berlawanan dengannya, dengan nafas tersengal-sengal ia mencoba melihat orang yang di tabraknya dengan baik karena matanya terasa buram akibat terlalu lelah berlari.

"Go-gomen.." bisiknya lemah, ia menatap nanar bento yang tadi di bawanya kini jatuh berantakan di lantai koridor. Hinata berjongkok tepat di bawah kaki orang yang di tabraknya untuk memunguti sisa makanan yang di tumpahkannya. Semua mata yang ada di koridor kini terpusat pada Hinata dan pria yang tetap memasang wajah datarnya.

"Itukan Uchiha Sasuke? Berani sekali anak baru itu membuat masalah dengannya?" bisik salah seorang siswi yang menyaksikan insiden di koridor tersebut.

"Dia cari mati!" imbuh gadis yang lainnya. "sudah bosan hidup kali?" tambahnya tetap berbisik.

"Pasti akan seru." Semakin banyak saja orang yang berbisik di sekitar Hinata, ia jadi ingin kembali menangis. Jika benar apa yang di bisikkan mereka, tamatlah Hinata sekarang.

"Sampai kapan kau mau menghalangi jalanku?" akhirnya Uchiha misterius itu membuka suaranya, namun hal itu justru semakin membuat Hinata ketakutan.

"G-g-gomen." Bisik Hinata yang terdengar mencicit.

"Hn." Di belakang cowok berambut emo itu berdiri seorang gadis berwajah angkuh dengan tatapan benci ke arah Hinata, tak ingin berurusan dengan si Uchiha ini lebih lama Hinata memilih menyingkir untuk memberikan jalan. Saat melewati Hinata, dengan sengaja gadis berambut hitam itu menabrak bahu Hinata.

Hinata meringis memegangi lengan kanannya yang terasa nyeri pada bagian bahu kanannya. sejenak ia berfikir apa ia memiliki kesalahan pada gadis itu, hingga ia terliat buruk di hadapannya. Tak mau ambil pusing, Hinata memilih bergegas menuju kantin untuk menggantikan isi bentonya dengan beberapa potong roti atau apapun yang dapat mengganjal perutnya yang kelaparan.

Byuurr….

"Huahahahaha….." tawa membahana di seisi kelas, dengan penampilan basah kuyub dengan bebauan aneh, Hinata menundukkan kepalanya setelah seember penuh cairan berwarna keemasan sukses menyiramnya serta ember sisa cairan itu juga membentur kepalanya. Seolah tak puas, para siswa yang sukses mengerjai anak baru di kelas mereka menaburkan bubuk putih seperti tepung.

"Wah, sekarang Hyuuga terlihat mirip Sadako! Hahaha…" timpal seorang gadis yang ikut mentertawakan Hinata.

"Yah, walau begitu. Ternyata dia punya body yang oke juga!" pendapat satu ini mendapatkan banyak anggukan semangat dari pada murid cowok.

"Pati asik bisa tidur denganmu hei, Hyuuga."

"Hahahaha…."Hinata menangis tersedu-sedu sambil menutupi tubuhnya yang basah. Ia cepat-cepat berbalik meninggalkan kelas nista itu sampai sebuah tangan tiba-tiba menariknya paksa, "Oi, mau kemana? Kita kan belum selesai?" tanya cowok berwajah mesum itu sambil memanyunkan bibirnya menjijikkan.

"Kyaa,T-TIDAK!" teriak Hinata histeris. Ia memukul-mukul dada pria itu lalu berlari sekuat tenaga setelah berhasil meloloskan diri.

Ini sudah keterlaluan, awalnya Hinata berencana pulang lebih cepat setelah jam pembelajaran berakhir, lalu tiba-tiba seorang gadis yang mengaku teman kelasnya meminta bantuan untuk menggantikannya tugas piket. Hinata yang polos tanpa pikir panjang menerima permintaan gadis yang terlihat menyebalkan itu dengan tujuan ingin membuat kesan baik pada teman-temannya, setelah dua jam membersihkan ruangan sendirian, Hinata yang akan pulang malah mendapatkan kejutan dengan seember penuh air seni yang menghujani kepalanya.

Inginnya Hinata berteriak frustasi, meminta tolong atau bahkan melaporkannya pada guru. Tapi apa daya, dia hanyalah seorang gadis biasa yang hanya mengandalkan beasiswa dari sekolah. Sedangkan mereka? Mereka kebanyakan berasal dari keluarga kaya dan terpandang, seperti apapun Hinata membela diri ia tetap tidak akan di percaya.

Ia tidak boleh putus asa, yang harus di lakukannya sekarang adalah membersihkan diri dan segera pulang. Ya, dia harus membersihkan diri. Tidak mungkin dia pulang dengan penampilan menyedihkan seperti ini, bisa-bisa ia di sangka habis terjun dari tempat membuangan.

Ugh..

"Untung tadi ada jam olah tubuh." Gumam Hinata dengan nafas lega. Entah mengapa ia tiba-tiba merasakan aura-aura gelap di sekitanya, mengingat hari sudah terlalu sore dan sebentar lagi sang surya akan istirahat dari tahtanya, keadaan sekolah jadi terasa menyeramkan.

Di tambah lagi suara langkah kaki sunyi yang mendekati tempanya berdiri. Menelan ludahnya paksa, Hinata membalikkan tubuhnya dengan tubuh bergetar dan mata yang setengah tertutup.

Hinata sempat menahan nafasnya saat sesosok tubuh tegap berdiri tepat di depannya, pantulan cahaya lemah matahari membuat Hinata tak dapat melihat wajah orang gitu. Namun, dari gelapnya sosok di hadapannya ini, yang paling Hinata kenali adalah rambut mencuat di belakang kepala laki-laki itu yang bak pantat ayam. "S-sasuke-san? Sejak kapan_" Hinata merasa tidak siap saat dengan cepat Sasuke menarik tengkuknya mendekat dan menempelkan bibir merah itu tepat di antara leher putih Hinata. "Akh…" Hinata meremas kuat kain yang menutupi punggung Sasuke.

Di antara deretan loker yang berjejer, tampak bayangan gelap Sasuke yang tengah menyudutkan tubuh mungil Hinata di pelukannya. Tangan kanannya mencengram lembut kepala gadis itu agar tetap mendongak, sedangkan tangan kirinya melingkari pinggang ramping Hinata.

Apa yang dilakukannya Hinata juga tak begitu ingat, namun ia merasakan desiran aneh dalam dirinya saat itu juga.

Tbc.

Whahhh, kasihan Hinata-chan. Hari pertamanya di sekolah sudah di bullying berkali-kali. Maap, ya Hinata-chan #di jyuken neji#.

Oh iya, kayaknya di chap ini Sasu perannya dikit ya? Huhu, di sini saia emang sengaja membuat Sasuke rada misterius gitu…#dijitakRame-rame# kira-kira apa yang sedang sasu rencanaain ya? Kenapa dia nyerang Hinata gitu? Mungkin di antara kalian ada yang bisa nebak?#halah.

Ok, untuk mempersingkat waktu, adakah yang bersedia meng-klik tulisan REVIEW di bawah ini?#puppy eyes#