Tales of Samurai-Assassin

Author : Honey Sho

Main Cast : Sakata Gintoki.

Rated : T

Genre : Action, Humor, Parody.

Summary : Sakata Gintoki memiliki sebuah rahasia. Ada alasan kenapa Dia selalu keluar malam. Ada alasan kenapa dulu saat Dia membolos saat pelajaran yang diajarkan oleh Shouyou. Ada alasan kenapa Dia membenci Bakufu. Itu semua karena Dia bukan hanya seorang Samurai yang menyukai makanan manis.

Disclaimed : Gintama punya Sorachi Hideaki, sementara Assassin Creed punya Ubisoft.

Warning : Ada ranjaunya Revenant #digebukcharafandombersangkutan (baca : typo), OOC (mungkin), gaje tothemax (maybe?), semi-AU.


...Well, Happy Reading...


Prolouge : Awal dari Segalanya - Pertemuan, Kansei Purge, dan Brotherhood.


Seorang anak berambut perak dengan mata crimson hanya melihat malas ke kedua teman dekatnya yang sedang belajar di kelas. Ini pertama kalinya Dia membolos hanya untuk tidur di ranting pohon di hutan dekat Shouka Sonjuku. Biasanya Dia akan tidur di pohon sekitar sekolahnya itu. Mungkin kali ini Dia sedikit malas untuk tidur di ranting bunga Sakura? Entahlah, hanya Dia dan Tuhan yang tahu.

DOORR!

Suara Tembakan itulah yang menyebabkan Anak itu - Atau yang lebih kita kenal sebagai Sakata Gintoki terbangun dan segera melihat sekitar dengan tatapan serius. Tangan kanannya segera memegang gagang dari Katana yang Dia bawa. Dia pun melihat sekitar dengan serius - saking seriusnya Tanpa Dia sadari ada yang Berbeda dari dirinya.

Gintoki hanya bingung. Kenapa ada bayangan manusia berwarna merah? Dia pun menatap ke arah Shouka Sonjuku, dimana Dia mendapati bahwa ada juga bayangan beberapa orang dengan warna biru tua - seperti daerah sekitarnya. Apa yang terjadi dengan penglihatannya?

Di sisi lain, Orang berwarna merah itu mendekat ke arah dirinya.

"Hei! Ada anak kecil disini!" Katanya sambil mengeluarkan katana miliknya - pertanda untuk menyerang Gintoki.

"Bunuh saja Dia" Balas yang lain.

Semuanya pun buyar. Bayangan orang itu pun menghilang - menunjukkan orang yang didepannya tadi. Dengan sigap Dia mengeluarkan katana - pemberian Sensei kesayangannya - yang selalu Dia bawa - dari sarungnya dengan cepat dan mulai menyerang orang itu. Dia mengayunkan pedang itu dengan akurat, walaupun kurang menguasai.

Gintoki berhasil menusukkan katananya ke bagian kaki orang itu lalu menebas perutnya. Setelah itu Dia menusukkan lagi katana yang Dia pegang di bagian ulu hati, lalu menyobeknya. Orang itu pun langsung tumbang - tewas dengan kubangan darah.

Tapi, mungkin pepatah 'mati satu tumbuh seribu' itu benar apa adanya.

Gerombolan orang yang ternyata merupakan teman dari orang yang baru saja Dia bunuh muncul dan melihat apa yang terjadi. Bukannya lari, yang lain malah menyerangnya dengan cepat. Gintoki agak kewalahan ketika melawan mereka semua, karena jumlah mereka sekitar 20 orang.

Hell, Dia belum pernah melawan orang yang berjumlah lima kali lipat daripada yang Dia lawan sebelum Dia dipungut oleh Shouyou!

Tiba-tiba sepuluh orang yang memakai kimono pendek dengan haori yang sudah dimodifikasi memiliki hoodie melompat dari pohon dan menusukkan sesuatu dari lengannya ke leher dari beberapa orang yang Dia lawan. Sementara itu Orang yang menyerangnya langsung kaget.

"Itu para Assassin! Bunuh Mereka!" Teriak salah satu dari mereka yang tadi menyerangnya. Sementara rekan-rekannya yang lain segera menyerang orang-orang yang menyerang mereka secara mendadak.

Gintoki hanya terdiam sambil melihat orang yang menyerangnya tadi terbantai oleh orang yang memakai hoodie - lebih tepatnya Assassin -tersebut. Dia masih terdiam sampai orang terakhir yang menyerangnya ambruk setelah salah satu Assassin menusukkan sesuatu dari lengannya - lagi - di bagian leher. Salah satu dari mereka langsung berjalan menuju arah Gintoki. Mengetahu parai Assassin berjalan menuju ke dirinya, Gintoki segera memasang kuda-kuda.

"Tu-tunggu dulu, nak! Kami takkan membunuhmu." Ucap salah satu dari Assasain itu sambil mencoba menghentikan Gintoki walau jarak jauh - meskipun tahu itu akan sia-sia.

Gintoki tak memperhatikan sama sekali orang-orang itu dan terlalu fokus untuk melihat orang-orang itu dan hal yang sama pun terjadi.

Daerah sekitarnya menjadi biru tua, dan orang-orang didepannya menjadi hijau. Gintoki hanya terdiam lagi, sementara orang-orang yang memakai hoodie itu terlihat kaget kepalang.

"I-itu..." guman salah dari dari mereka sambil menunjuk Gintoki dengan tangan bergetar, sementara yang ditunjuk hanya bingung.

"Sepertinya tidak hanya Kau dan anak-anakmu saja yang memilikinya sejak kecil." Kata salah satu dari para Assassin. Dia memakai baju serba biru kehitaman .

"Mungkin Ayah atau Ibunya Assassin."

"Mungkin bisa kedua-duanya. Atau mungkin juga tidak keduanya. Kalian ingat Edward Kenway?"

"Ah... benar juga."

"Kalian tahu apa yang terjadi denganku?" Kata Gintoki bingung - membuat penglihatannya menjadi normal - yang membuat Mereka semua menatap Gintoki. Sementara orang itu mengangguk.

"Iya. Kami tahu apa yang Kau miliki. Kau memiliki Eagle Vision*)." Jelas Orang itu

"Eagle Vision? Apa itu?"

"Eagle Vision adalah indra keenam aktif yang manusia miliki , sebagai akibat dari yang diciptakan oleh Peradaban Pertama dan juga melalui kawin silang antara beberapa manusia purba dan prekursor mereka. Biasanya Eagle Vision ini akan didapatkan setelah mendapat pelatihan yang intensif. Tapi ada kasus dimana ada anak-anak seumuranmu sudah ada yang memiliki Eagle Vision ini. Siapapun yang memiliki Eagle Vision ini akan bisa merasakan orang dan benda-benda berhubungan dengan mereka, yang bermanifestasi sebagai cahaya berwarna , seperti aura. Beda warna, berbeda pula artinya. Merah menunjukkan musuh atau darah, hijau menunjukkan sekutu, biru menunjukkan Bakufu, putih menunjukkan sumber informasi atau tempat bersembunyi, dan emas menunjukkan target atau obyek yang menarik."

"Hah? Maksudnya?"

"Intinya, Eagle Vision adalah kemampuan khusus visual seseorang yang didapat dari dari orang tua mereka dengan cara pelatihan intensif atau sudah memilikinya sejak kecil. Jika Kau memiliki kemampuan ini Kau bisa tahu Dia ada dipihak mana sesuai dengan auranya." Gintoki pun terdiam.

"Apakah kemampuanku ini bisa dilatih?"

"Bisa saja! Kenapa tidak?" Kata seorang Assassin yang memakai baju serba ungu gelap. "Bahkan Kau bisa mengembangkannya."

"Benarkah?" Tanya Gintoki sambil melihat Assassin berpakaian hitam kelam. Assassin itu mengangguk.

"Iya. Kau bisa melatihnya dan mrngembangkannya. Dan ngomong-ngomong kami semua juga punya lho... bahkan sudah berkembang." Katanya sambil tersenyum simpul.

"Bisakah Kau melatihku untuk menggunakannya?" Tanya Gintoki dengan semangat. Tak pernah Dia merasa se-semangat ini. "Aku tahu, Kalian adalah orang-orang yang berbeda dengan samurai. Tapi, Aku tahu Kalian mau menolongku. Aku takut kehilangan teman lagi."

Para Assassin pun terdiam. Mereka baru menyadari jika apa yang dialami Gintoki sebelumnya pasti sangat berat. Assassin berbaju biru kehitaman pun merubah posisinya menjadi duduk.

"Kami akan mengajarimu. Aku merasa pengandalianmu dalam Eagle Vision sangat rendah, sementara Eagle Visionmu sendiri terlalu kuat. Aku akan melatihmu." Katanya dengan tersenyum kecil. Sementara Gintoki tersenyum.

"Domo Arigatou." Katanya yang dibalas oleh anggukan Assassin berbaju biru kehitaman.

"Ethan Fyre."

"Eh?"

"Watashi wa Ethan Fyre." Kata Assassin berbaju biru kehitaman itu - Ethan Fyre - dengan senyum kecil. "Kau?"

"Gintoki. Sakata Gintoki."

"Nah, Gintoki. Bisakah Kau datang tiga hari lagi pada jam yang sama? Aku akan melatihmu menggunakannya." Kata Ethan sambil tersenyum kecil.

"Hai. Mungkin aku harus segera kembali." Kata Gintoki sambil bersiap-siap. Ethan pun mengangguk pelan, lalu bersiap untuk pergi dari tempat itu.

"Oh iya Ethan-san." Kata Gintoki tanpa menghadap ke arah Ethan itu sendiri, sementara itu Ethan menengok ke arah Gintoki.

"Kalian adalah orang kedua yang tidak berniat untuk menyerangku sama sekali, bahkan Kalian adalah orang pertama yang melindungiku." Katanya sambil meninggalkan tempat itu - sekaligus meninggalkan sekelompok Assassin yang tercengang dengan pernyataan Gintoki.


Sudah beberapa bulan sejak kejadian itu. Gintoki sering membolos karena berlatih untuk mengendalikan Eagle Visionnya. Jadwal latihan yang diberikan Etossan - Panggilan Gintoki untuk Ethan - sangat acak sehingga Shouyou tidak mencurigainya. Walau Dia sering membolos untuk tidur...

Tapi malam itu berbeda. Sekelompok orang datang dan menghancurkan bangunan sekolahnya. Shouka Sonjukunya. Semuanya. Seluruh Teman-temannya menghilang dan melarikan diri. Senseinya ditangkap. Sekolahnya terbakar dan hancur. Dua tentara -atau siapapun mereka - kini menahannya untuk membebaskan Senseinya. Rasa penyesalan pun muncul. Dia hanya mengingat apa yang dikatakan oleh Senseinya.

Berjanjilah untuk menjaga mereka untukku, Itu katanya.

Hell, Dia tidak bisa melindungi Senseinya, bagaimana Dia bisa melindungi temannya?

Tiba-tiba kedua tentara itu tumbang dan tangannya terasa lebih bebas. Saat Dia menengok ke belakang, Mentor**) yang telah melatih Eagle Visionnya pun muncul.

"Aku melihat asap disekitar sini, dan ternyata Sekolahmu yang terbakar. Apa Kau baik-baik saja?"

"Etossan?" Ucap Gintoki yang hanya melongo ketika batu tahu Ethan kini ada di belakangnya.

"Oi, Jawab pertanyaanku, dong..." ucap Ethan dengan nada kesal.

"Hai... Aku 'baik-baik' saja. Senseiku ditangkap, seluruh temanku menghilang, dan sekolahku hancur. Apa Aku masih 'baik-baik' saja?" Ucap Gintoki dengan sarkasme yang kuat. Ethan pun hanya mendengus.

"Oke. Kau baru kehilangan segalanya, eh? Baiklah. Apa kata Senseimu sebelum Dia pergi?" Tanyanya yang dijawab oleh Gintoki.

"Berjanjilah, untuk menjaga Mereka untukku. Itu katanya." Kata Gintoki dengan wajah tertunduk. Ethan pun mengangguk paham.

"Baiklah. Aku sudah membuat keputusan. Bagaimana jika Kau ikut denganku? Aku akan melatihmu lebih daripada Eagle Vision saja. Aku akan melatihmu sebagai Assassin sepertiku. Tapi Aku juga akan berusaha melatihmu untuk menjadi Samurai." Ucapnya dengan penuh dengan keyakinan.

Gintoki pun terdiam sejenak, Dia merasa tak bisa mempercayai orang lain selain Mentornya sendiri. Selain itu, untuk melindungi teman-temannya Dia harus menjadi kuat. Tidak ada pilihan lain.

"Baiklah Etossan. Aku ikut denganmu." Kata Gintoki dengan penuh keyakinan. Ethan pun tersenyum.

"Ayo kita pulang, Gintoki-kun."

Dan Saat Takasugi san Katsura mencari Gintoki di tempat dimana dia seharusnya ada, yang ada hanya dua mayat yang telah dibunuh oleh Ethan.


"Tadaima..." ucap Ethan yang langsung disambut oleh kedua anaknya

"Okaerinasai, Otou-san." Balas keduanya dengan nada yang riang. Sang anak perempuan yang menyadari Gintoki hanya menunjuknya dengan penasaran.

"Otou-san, siapa Dia?" Tanya sang anak perempuan yang kini melihat ayahnya dengan penasaran. Sementara itu si anak laki-laki menganalisis Gintoki.

"Bau asap, berarti disekitarnya ada kebakaran. Lalu ada bekas penganiayaan bagian leher di sisi kanan dan kiri, berarti Dia ditahan oleh sesuatu. Dari ukurannya Mungkin sebuah tongkat besi. Di pergelangan tangannya ada bekas ikatan. berarti saat itu Dia dalam keadaan terikat. Lalu ada lumpur disekitar lututnya. Dari semua itu..." Anak laki-laki itu terdiam sejenak, lalu matanya membesar ketika menarik kesimpulan. "Ayah, anak ini..."

"Benar Jacob. Anak ini baru saja kehilangan segalanya yang dimilikinya. Sekolahnya dibakar, Senseinya ditangkap, dan Teman-temannya menghilang." Kata Ethan sambil menatap Gintoki - yang kali ini hanya bisa menunduk sampai-sampai poni rambutnya yang lumayan panjang menutupi mata crimsonnya.

"Seperti biasa, Jacob. Kau selalu menganalisis orang disekitarmu. Semakin lama Kau mirip dengan Ibumu." Kata seorang lansia yang kini menatap Anak laki-laki itu - Jacob Fyre - dengan tenang, sementara Jacob hanya tersenyum malu. Lansia itu kembali menatap Ethan.

"Aku ingin bicara denganmu, Ethan." Katanya dengan tegas dan Dia pun pergi dari depan pintu. Ethan pun hanya mendesah pelan.

"Gintoki-kun, kenalakan. Yang laki-laki itu Jacob Fyre, dan yang perempuan itu Kakak kembarnya, Evie Fyre. Jacob, Evie, Ini Sakata Gintoki." Kata Ethan sambil menepuk pundak Jacob, sang anak perempuan - Evie Fyre - dan Gintoki secara bergantian.

"Yoroshiku..." ucap Gintoki malas.

"Yoroshiku Na, Gintoki-san." Balas mereka dengan riang.

"Nah, Gintoki-kun, Kau bersama Evie dan Jacob dulu ya... Evie, Kau siapkan baju ganti untuk Gintoki. Jacob, Kau siapkan air panas untuknya juga. Jika ada luka, kalian urus itu juga ya? Aku akan bicara dengan nenek kalian." Katanya yang diikuti dengan anggukan mantap dari Evie dan Jacob. Ethan pun segera mengikuti lansia itu ke tempat lain.

Sepeninggal Ethan, Evie dan Jacob segera melakukan apa yang disuruh Ayahnya. Evie segera mencari baju yang layak untuk dipakai, sementara Jacob segera menyiapkan air panas. Setelah itu Dia mengambil sedikit air panas untuk mengurus luka Gintoki.

"Gintoki-san, airnya sudah siap. Ayo mandi." Kata Jacob dengan semangat. Gintoki pun langsung masuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Dia keluar dan berganti baju yang telah disiapkan Evie. Lalu, Jacob dan Evie mengurus semua luka yang ada di dirinya.

"Mou... Mereka kurang ajar juga, ya. Lukamu banyak sekali." Komentar Jacob yang sedang mengurus luka lebam yang ada di tangan kanannya.

"Bukan kurang ajar lagi, ini sudah kejam!" Timpal Evie yang sedang mengurus luka sabet yang ada di lengan kiri bagian atas. Ethan pun datang dengan wajah ceria.

"Semuanya. Kita memiliki sebuah kabar." Katanya dengan nada senang. "Gintoki-kun akan tinggal disini bersama Kita. Dan Aku akan melatihnya bersama dengan kalian."

Si kembar Fyre tersenyum dengan gembira. Gintoki hanya tercengang. Sementara itu Ethan segera menarik Gintoki ke suatu ruang.

"Nah, Gintoki-kun. Ini ada ruang kosong. Biasanya Jacob yang tidur disini. Sekarang ini akan menjadi kamar tidurmu, ya..." Kata Ethan sambil menunjukkan kamar tidurnya yang baru. Gintoki hanya bisa ternganga akan hal ini.

"Arigatou, Etosaan." Katanya dengan lirih. Ethan hanya bisa tersenyum dan memeluknya dengan erat.

"Iya, Gintoki-kun. Selamat datang di Keluarga Fyre."


...5 Tahun Kemudian...


Ini sudah lima tahun semenjak Dia tinggal dirumah Ethan. Sudah lima tahun semenjak Ethan mengajarinya banyak hal. Sudah lima tahun pula Dia mengenal Jacob dan Evie. Dan sudah lima tahun pula banyak kejadian disekitarnya. Dan sudah lima tahun Dia dilatih menjadi seorang Samurai dan juga Brotherhood***).

Sejak saat itu Ethan melatihnya sebagai Assassin dan Samurai. Melatihnya untuk menggunakan berbagai senjata, dan melatihnya menggunakan katana dengan benar. Bahkan Dia diajari berbagai aliran Samurai dan cara menyerang mereka dengan cepat.

Dia juga diajari tentang Assassin Brotherhood dan Templar****). Sejarah Mereka, Pieces of Eden*****), segalanya. Dia juga diajari tentang Assassin yang paling berpengaruh, seperti Altair Ibn La'Ahad, Ezio Auditore da Firenze, Kenway Family, Arno Victor Dorian, dan lainnya. Anehnya, Jacob dan Evie selalu menyamakan Dia dan Altair dalam satu hal.

Dia dan Altair tidak bisa berenang.

Terkadang hal itu membuatnya sebal sendiri dengan mereka. Dan Dia juga mempelajari personalisasi dari keduanya. Jacob adalah anak yang ceroboh, polos, tapi kreativitas, analisis dan kepedulian yang tinggi******). Evie adalah anak yang penurut, pintar, tapi selalu membawa perasaannya dalam misi*******). Ethan selalu saja mengingatkan Evie tentang professionalitas - sampai-sampai Jacob hafal di luar kepala akan nasehat Ethan.

Gintoki masih saja menyukai hal-hal yang manis. Tiap tanggal ulang tahunnya, orang Lansia yang tinggal disana - yang ternyata adalah Neneknya si kembar Fyre - selalu membuatkannya kue manis dan beberapa gelas dari parfait cokelat yang dimakan bersama-sama. Dia juga mengajari Gintoki memasak semua masakan yang ada.

Ada juga beberapa peristiwa yang menyenangkan (Ethan mengajak mereka untuk berendam di pemandian air panas dan berakhir dengan perang air antara Gintoki dan Jacob), menjengkelkan (Evie yang tak sengaja menumpahkan kuah ramen ke buku pemberian Shouyo yang berakhir dengan dibuangnya buku itu oleh Jacob), menegangkan (Jacob diculik oleh beberapa amanto********) yang menimbulkan kemarahan dari Ethan), dan lainnya.

Sekarang? Dia berada di hutan untuk melatih kemampuan parkournya. Dia melompat kesana kemari bagai tupai yang berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Awalnya sih lancar. Sampai...

"Gintoki!"

Seseorang memanggil namanya - membuatnya kehilangan fokus, tergelincir dari pohon dan jatuh ke tanah setinggi tiga meter. Untung Dia langsung mengambil ancang-ancang bergulir ke belakang, dan langsung memegang katana miliknya dan mengambil ancang-ancang.

"Gintoki, ini Aku, Katsura." Ujar Orang yang memanggilnya - yang ternyata adalah teman kecilnya, Katsura Kotarou. Gintoki pun menurunkan kewaspadaannya.

"Oh, itu Kau Zura." Katanya dengan nada malas.

"Zura janai. Katsura da. Dan darimana saja Kau ini?" Tanya Katsura yang menatap Gintoki dengan lekat.

"Oh itu... sejak Sensei ditangkap, Aku diselamatkan oleh seseorang dan dilatih olehnya. Me-"

"Zura? Siapa yang Kau ajak bicara?" Tanya seseorang yang mencari Katsura yang ternyata adalah Takasugi. Perkataan Gintoki pun terpotong karenanya.

"Zura janai. Katsura da! Takasugi, Aku menemukan Gintoki." Ucap Katsura yang telat bagi Gintoki untuk disumpal. Takasugi yang mendengar hal itu langsung menuju ke tempat dimana Katsura berada. Sesampainya disana, Takasugi hanya terdiam. Teman lamanya sudah ditemukan. Yep, teman lamanya, temannya satu sekolah, Sakata Gintoki.

"Hisashiburi na, Zura. Takasugi." Katanya dengan nada datar.

"Gintoki, darimana saja Kau? Kami semua mencarimu, Kau tahu!?" Bentak Takasugi yang ingin memukul Gintoki.

"Zura, jelaskan apa yang kukatakan tadi." Ucap Gintoki yang mau meninggalkan Mereka berdua. Dia teringat jika nanti Etossan ingin berbicara dengannya. "Aku pergi d-."

"Tunggu, Gintoki." Cegah Katsura. Gintoki menghentikan langkah kakinya. "Kami ingin bicara denganmu."

Gintoki menengok ke arah temannya, dengan wajah serius. Tatapan teman kecilnya mengatakan bahwa Dia harus mendengarkan mereka. Dia pun mendesah.

"Karena Aku akan ada keperluan nanti, maka kuberi waktu setengah jam untuk berbicara." Katanya sambil mengeluarkan jam kantung pemberian Ethan. Takasugi dan Katsura hanya menatap satu sama lain, lalu menatap Gintoki.

"Gintoki, Kau masih ingat dengan ditangkapnya Sensei?" Tanya Takasugi yang diikuti dengan anggukan Gintoki.

"Mereka berencana untuk mengeksekusinya." Lanjutnya -dengan reaksi Gintoki yang kini membuka matanya lebar.

"Apa itu benar, Takasugi? Zura?" Tanya Gintoki yang kini menatap Katsura - meminta Konfirmasi.

"Sayangnya itu benar apa adanya, Gintoki." Kata Katsura dengan tenang. Gintoki kini hanya terdiam.

"Maka dari itu, Gintoki. Aku dan Katsura ingin menyelamatkan Sensei selama kami bisa." Kata Takasugi yang meneruskan perkataannya.

"Dengan apa?"

"Dengan menjadi Jouijinshi*********)." Mata Gintoki membulat. "Kita akan ikut perang Joui yang selama ini terjadi dan menyelamatkan Sensei. Bagaimana?"

"Demme... Apa Kalian berdua gila? Perang itu sangat menyeramkan, Kau tahu!" Ucap Gintoki - memperingati mereka. "Dan juga, Orang yang menyelamatkanku dari pasukan yang menghancurkan sekolah kita mengatakan jangan pernah membawa perasan dalam suatu hal yang tak membutuhkan perasaan itu sendiri. Dan yang Kalian hadapi itu perang, bukan piknik keluarga, Bakayarou!"

"Jadi Kau lebih mementingkan hal 'jangan membawa perasaan'mu itu daripada nyawa Sensei, hah!?"

"Aku juga ingin menyelama-"

"LALU KENAPA KAU TIDAK IKUT KAMI SAJA, HAH!? LUPAKAN HAL ITU DAN IKUTLAH DENGAN KAMI, DASAR BODOH!" Dan hujatan Takasugi lainnya didengarkan dengan baik oleh Gintoki. Dia ingin menghujat balik temannya ini. tapi, pikirannya mengalahkan egonya kali ini. Dia merasa bahwa Dirinya harus tenang untuk menghadapi Takasugi yang marah. Setelah Takasugi selesai dengan acara 'menghujat Gintoki', Gintoki dengan tenang menghadap ke Takasugi.

"Baik. Kau adalah penghujat yang baik, Takasugi. Tapi, Kau lupa satu hal. Perang bukanlah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah. Aku akan memikirkannya. Tapi, Sebelum membuat keputusan, Kuharap Kau merubah pikiranmu." Katanya dengan tenang. Dia pun menatap ke Jam kantung miliknya. "Waktuku sudah habis. Aku duluan."

Gintoki pun meninggalkan Katsura dan Takasugi yang sedikit terkejut akan perkataannya Gintoki.

"Gintoki."

Gintoki berhenti tanpa melihat ke belakang.

"Minggu depan, hari dan jam yang sama." Ucap Takasugi dengan tenang. Gintoki hanya bisa mendengus pelan.

"Baiklah."


"Tadaima..." Kata Gintoki sambil menutup Shoji setelah menutupnya. Ethan pun datang ke depan.

"Okaerinasai, Gintoki-kun." Katanya sambil mengajak Gintoki ke suatu tempat. "Ikuti aku."

Ethan mengarahkannya ke sebuah ruangan. Dia pun menyiapkan teh yang diminum bersama. "Gintoki-kun, Kita sudah berada di Keluarga Fyre selama lima tahun, kan?"

Gintoki mengangguk.

"Satu Minggu lagi, Kami akan kembali ke Inggris. Sudah waktunya untuk Evie dan Jacob menjadi Assassin disana. Bagaimana dengan Kau? Apa Kau akan ikut dengan Kami?"

Gintoki hanya terdiam. Dia ingin sekali ikut dengan Keluarga Fyre dan menjadi Assassin disana. Tapi Dia masih ingat dengan janji Shouyo-Sensei untuk melindungi teman-temannya untuk Sensei sendiri. Dia pun menatap Ethan yang kini menunggu jawaban.

"Arigatou, na... Etossan. Demo, Aku masih ada janji dengan Sensei. Mungkin suatu hari nanti, Etossan." Katanya dengan tersenyum. Ethan yang mendengarnya pun tersenyum juga.

"Baiklah. Kalau itu keputusanmu, Aku terima. Aku pergi dulu." Kata Ethan yang akan berjalan menjauhi Gintoki. Gintoki pun teringat akan pembicaraannya dengan Takasugi dan Katsura.

"Chotto Matte, Etossan." Katanya sambil berbalik - membuat Ethan berhenti. Gintoki mengambil napas. "Aku ingin tanya sesuatu."

"Apa itu Gintoki-kun?" Tanya Ethan sambil membalikkan tubuhnya. Mengetahui tatapan mata Gintoki, Ethan kembali ke tempat duduknya. "Kelihatannya Kau ragu untuk mengambil keputusan. Ada apa?"

"Etossan, Apakah boleh jika seseorang menggunakan perasaannya untuk berperang? Apakah orang yang tidak menggunakan perasaannya dalam berperang itu... disebut kejam?"

Ethan terkejut saat Gintoki mengatakan hal seperti itu. Dia merasa ada yang aneh dengannya.

"Gintoki-kun, Siapa yang mengatakan hal itu padamu, hah?" Tanya Ethan dengan penasaran. Gintoki mengalihkan pandangannya ke depan.

"Aku tadi bertemu dengan Takasugi dan Katsura, teman satu sekolahku dulu. Mereka mengajakku untuk ikut Perang Joui demi menyelamatkan Sensei."

Ethan membulatkan mata ketika mendengarkan Gintoki berbicara. Ternyata Gintoki baru saja dihadapkan dengan pilihan sulit.

"Gintoki, Memang saat kita sedang melaksanakan sesuatu yang tidak perlu memasukkan perasaan sebaiknya jangan lakukan. Itu yang Kita lakukan. Kau tahu kenapa? Karena jika Kita melakukannya, dan saat orang yang kita cintai terluka atau tewas, maka Kita akan termakan oleh amarah. Parahnya malah Kita yang kalah." Jelas Ethan dengan tenang. "Tapi hal itu berbeda dengan Perang."

Gintoki langsung menatap Mentornya dengan tatapan tidak percaya.

"Perang terjadi karena melindungi apa yang ingin dilindungi. Bukan karena tugas. Itu dua hal yang sangat berbeda. Jangan samakan itu. Jika Kau ikut perang, silakan. Apalagi Kau sudah berjanji untuk melindungi teman-temanmu, 'kan?" Tanya Ethan dengan nada ke-ayah-nya. Sementara gintoki hanya diam.

"Jadi? Apa pilihanku, hm? Gintoki-kun?"

Gintoki hanya terdiam. Beberapa saat kemudian Dia menatap kedepan dengan wajah mantap - yakin akan pilihannya.


...Satu Minggu kemudian...


Pagi itu Di Pelabuhan, Gintoki dan seluruh keluarga Fyre saling berhadapan. Hari ini Keluarga Fyre akan kembali ke Inggris. Tak ada haru dari mereka, namun senyum tulus yang menandakan rasa terima kasih dari diri masing-masing.

"Gintoki-san, Aku senang Kau bisa berada diantara kami selama lima tahun ini. Semoga kau baik-baik saja selama Kami tak ada." Ucap Evie sambil tersenyum kecil.

"Gintoki, Aku berharap Kita akan bertemu lagi. Bukan dalam keadaan yang buruk, namun dalam keadaan yang lebih baik lagi." Ucap Jacob dengan senyum ala p***o***.

"Gin-kun, Aku hanya bisa berpesan jika ada apa-apa bersabarlah. Hidupmu masih sangat panjang, Dan Aku merasa Kau akan lebih menderita mulai sekarang. Selalu berpikirlah yang positif, dan jangan terbenani dengan apa yang ada." Nasehat Sang Nenek Si Kembar Fyre yang diikuti anggukan dari Gintoki. Sang Nenek pun tersenyum. "Aku akan merindukan saat Kita masak bersama, Gin-kun."

Air mata Gin ingin keluar. Enam pun maju kedepan dan memberikan kalung berupa lambang Assassin Brotherhood yang diletakkan di telapak tangannya.

"Ingat pesanku kemarin. Jangan samakan antara melindungi dan tugas karena itu sudah berbeda jauh. Itu yang namanya professionalitas. Jangan masukkan perasaan kita saat menjalankan tugas, tapi masukkan perasaan itu apabila Kita ingin melindungi. Aku berharap Kita bertemu lagi, Gintoki-kun." Kata Ethan yang terduduk - menyamakan tingginya dengan Gintoki.

"Etossan... Minna..." Air mata dari mereka semua tak bisa terbendung lagi. Jacob dan Evie memeluk satu sama lain, Gintoki yang kini memeluk Ethan dengan kuat, yang disusul oleh Jacob, Evie dan sang Nenek. Beberapa lama kemudian Keluarga Fyre pergi menuju ke kampung halamannya.


Gintoki menuju ke hutan dimana Dia bertemu dengan Takasugi satu minggu yang lalu. Kini Dia membawa baju perang dan katana yang diberikan oleh Ethan lima tahun yang lalu - mengetahui Katana pemberian Shouyo hilang pada saat Dia ditemukan oleh Ethan setelah ditangkapnya Shouyo. Disana telah menunggu Takasugi yang bersender di salah satu pohon.

"Jadi, bagaimana?" Tanya Takasugi yang kini menatap Gintoki dengan lekat. Gintoki pun menggenggam kalung pemberian Mentornya itu dengan kuat. Dia pun menatap Takasugi dengan mantap.

"Tunjukkan strateginya padaku."


To Be Continued...


Chapter 1 : 'Saudara' yang telah kembali


Hai... Author Honey udah mulai pulih dari hiatus dan menuju ke semi-active. Dan kali ini Author Honey mau memulainya dengan Fanfic GintamaXAC ini... Karena yang satunya rame satunya nggak, jadi mohon direview ya... *nggak nyambung loe* Good Luck and Salute Writer...


Vocabulary :

Eagle Vision : Indra keenam aktif yang manusia miliki , sebagai akibat dari yang diciptakan oleh Peradaban Pertama dan juga melalui kawin silang antara beberapa manusia purba dan prekursor mereka. Biasanya Eagle sense ini akan didapatkan setelah mendapat pelatihan yang intensif. Tapi ada kasus dimana ada anak-anak seumuranmu sudah ada yang memiliki Eagle Vision ini. Siapapun yang memiliki Eagle Vision ini akan bisa merasakankan orang dan benda-benda berhubungan dengan mereka, yang bermanifestasi sebagai cahaya berwarna , seperti aura. Beda warna, berbeda pula artinya. Merah menunjukkan musuh atau darah, biru menunjukkan sekutu, putih menunjukkan sumber informasi atau tempat bersembunyi, dan emas menunjukkan target atau obyek yang menarik. (sumber : ac . wikia /wiki/Eagle_Vision)

Mentor : Gelar yang diberikan untuk para Assassin dikarenakan skills dan kebijaksanaannya di suatu daerah. (sumber : ac . wikia /wiki/Mentor) (P.S : Disini, Ethan telah menjadi Mentor untuk daerah Jepang saja, sementara di Inggris Dia masih Master Assassin.)

Brotherhood (lebih tepatnya Assassin Brotherhood) : Nama sebenarnya dari perkumpulan para Assassin itu sendiri. Biasanya Mereka itu lebih memihak ke kebenaran dan akan mempertahankannya bagaimanapun caranya. (kayaknya, tapi lihat sumber aja deh...) (sumber : ac . wikia /wiki/Assassins)

Templar : Musuh dari Assassin. Dulunya Mereka itu militer, namun berubah menjadi korup karena ingin dunia yang sempurna dengan mengontrol masyarakat. (sumber : ac . wikia /wiki/Templars)

Pieces of Eden : Sebuah perangkat berteknologi maju yang dikembangkan oleh ISU untuk berbagai kepentingan. (Sumber : ac . wikia /wiki/Pieces_of_Eden)

Jacob's Personality : Selama Author liat Gameplay AC Syndicate, Author langsung liat kalo sebenarnya Jacob itu pinter banget (bahkan sepertinya jika soal Analisis lebih pintar Dia daripada Kakak kembarnya). Jika kalian melihat keseluruhan Gameplay AC Syndicate ditambah dengan semua DLCnya, Jacob lebih pantas jadi Detektif daripada Assassin. Dan Author merasa Dia lebih observer daripada Evie. Jika kalian ingintahu personality dari Jacob, bisa dilihat di sumbernya. (sumber : ac . wikia /wiki/Jacob_Frye)

Evie's Personality : Seperti Jacob, Author merasa Dia itu terlalu berambisi sekali buat nyari yang Pieces of Eden, tapi pas Dia bertemu dengan Henry, Dia malah kepikiran Henry mulu. Sampai-sampai pas mau ending, pas Henry diserang Starrick sampai pingsan, Evie malah ngamuk. Padahal Jacob pernah ngingetin sama Evie soal perasaan. Kalo mau tau soal personalitas dari Evie, bisa dilihat di sumbernya. (sumber : ac . wikia /wiki/Evie_Frye)

Amanto : Sebutan orang Edo untuk Alien. (sumber : gintama . wikia /wiki/Amanto)

Jouijinshi : Sekelompok orang yang membenci bakufu dan mau menggulingkannya. ( Sumber : gintama . wikia /wiki/Jouishishi (baru)| gintama . wikia /wiki/Old_Jouishishi (lama)


Published : 22 Juli 2016