Chap 1
I Love You, Ajushi!
Genre : ?
Cast : Se7Min ( Se7en & Changmin TVXQ)
Murasakibara ZeeCchi
.
.
.
.
.
Seorang namja tinggi tengah melewati salah satu jalan di Seoul yang terbilang sepi saat ini. Sepertinya namja ini baru pulang sekolah, nampak dari pakaian seragam salah satu sekolah yang masih dikenakannya. Padahal matahari sudah bersembunyi dari tempatnya dan digantikan oleh bulan dan para bintang.
Namja tinggi yang dilihat dari huruf yang terlulis diseragamnya bernama Shim Changmin adalah salah satu murid dari Tohoshinki Junior School. Dia murid kelas IX di sana.
Mwo? Junior School. Ne, Junior School, dia memang masih SMP. Dilihat dari tinggi badannya mungkin tidak ada yang percaya jika dia masih duduk di bangku kelas IX Tohoshinki Junior School. Banyak yang mengira jika dia murid high school atau anak kuliahan. Dia memang dianugrahi tinggi badan yang berlebih oleh tuhan.
Changmin POV
Ku langkahkan kaki jenjang ku sambil merutuki kebodohanku yang tertidur di tempat sepupuku Dongwoo. Aku ke sana ingin mengambil beberapa buku yang tertinggal. Sialnya aku malah tertidur setelah aku merampok(?) habis semua isi kulkasnya.
Jalanan sekitar yang saat ini kulewati terlihat sepi. Tak banyak orang yang melewati jalan ini, mungkin karena hari sudah hampir larut. Sebenarnya ada sedikit rasa takut yang menghampiriku. Bukan takut karena hantu atau semacamnya, jika dibandingkan hantu dan semacamnya aku lebih takut dengan sesama manusia. Kenapa? Karena, manusia itu bisa lebih kejam dari pada hantu. Kalau hantu masih bisa diusir dengan mantra-mantra atau doa-doa. Sedangkan manusia apa bisa? Tidak bukan.
Apa yang sejak tadi aku takutkan sekarang terjadi. Dihadapanku, lebih tepatnya dipersimpangan jalan yang ada dihadapanku. Nampak seorang namja yang sedang dipukuli oleh beberapa namja lainnya. Namja itu tampak babak belur namun masih saja dipukul habis-habisan oleh namja lainya.
"Apa yang mereka lakukan? Namja itu sudah babak belur tapi mereka masih saja memukulinya. Jika dipukuli terus namja itu bisa mati." Kataku entah pada siapa.
Ingin sekali aku menolong namja itu namun aku masih kecil dan aku tidak sebanding melawan mereka. Lagi pula kesalahan apa yang dilakukan namja itu sehingga dia dipukuli sampai begitu.
Ketengokkan kepalaku kekanan dan kekiri, kedepan dan kebelakang. Berharap ada seseorang yang lewat untuk kumintai bantuan. Namun sialnya malam ini tidak ada satu pun yang lewat di sekitarku. Hanya ada seekor kucing yang sedang makan makanan yang ada di tong sampah dekat aku berdiri. Tak mungkin kan jika aku meminta bantuan pada kucing itu, memangnya dia 'CatWoman'. Oh~ ayolah, jangan bercanda disaat seperti ini.
Ditengah kebingungan dan ketakutanku tanpa sengaja mataku bertemu dengan mata namja yang dipukuli itu. Nampak dari sorot matanya dia meminta pertolongan dariku.
"Mata yang indah." Gumamku terpaku dengan pancaran mata namja itu.
"Apa yang harus kulakukan. Lebih baik pergi dari sini aku tak ingin terlibat dengan mereka. Aku masih ingin hidup dan aku juga belum merasakan masa-masa SMA." Kataku beranjak pergi meninggalkan tepat aku berdiri tadi.
Entah kenapa setelah jarak ku dengan TKP tadi sedikit jauh. Sorot mata namja yang dipukuli tadi terus saja terbayang olehku. Aku tak tega juga meninggalkan seperti ini, namun apa daya aku masih anak SMP kelas tiga. Setelah cukup lama, akhirnya kaki panjangku berlari kembali ke TKP. Aku tak tau kenapa bisa aku kembali.
"YACK! APA YANG KALIAN LAKUKAN EOH?" teriaku setelah sampai di TKP pada namja-namja sangar yang sedang memukuli seseorang. Mereka menghentikan aksi pukul-pukulan mereka setelah aku berteriak.
"Siapa kau anak manis, dan mau apa kau eoh?" tanya namja sangar berbadan besar dengan tato di lengan kanan nya. Kuteguk air liurku takut dengan namja itu yang berjalan mendekat padaku dan spontan aku manjauh darinya.
"Kau tak pulang manis? Ini sudah larut, nanti dicari mama lagi?" Kata namja sangar yang memiliki bekas luka yang mengerikan diwajahnya dengan nada meremehkan.
"Uhh.. rushhh… anhhh …Kahh…lianhh… dengan.. kuhhhh (Urusan kalian denganku)" kata namja yang dipukuli tadi berusaha bangkit.
"Diam kau bodoh." Kata salah satu namja sangar kembali menendang namja yang dipukuli tadi. Membuat namja yang mereka pukuli tadi jatuh tersungkur kembali.
"Kau ingin ikut bermain dengan kami cantik?" tanya namja sangar berbadan besar tadi.
"Yack! Aku ini namja, jangan memanggilku dengan sebutan cantik pabo. Memukuli orang sampai dia babak belur seperti itu, apa itu cara kalian bermain. Aku tidak ikut." Kata ku menujuk kearah namja yang sedang tersungkur ditanah.
Semua namja sangar-sangr itu. "Hwahahaha….." Tawa mereka terdengar mengerikan ditelingaku.
"Kau berani sekali mengatakan kalau kami pabo eoh? Apa kau ingin berakhir sama denganya." Kata namja sangar berbadan besar. Mendekatiku dan ingin memukulku.
Namun ketika mereka hendak mekukulku tiba-tiba hp ku berdering tanda ada pesan masuk. Beruntungnya aku karena nada dering hp ku seperti suara sirene polisi. Aku memiliki ide dengan suara itu, aku berteriak sekerasnya seolah-oleh aku meminta bantuann kepada polisi. "PAK POLISI TOLONG SAYA PAK, DISINI ADA PEMBUNUHAN. DAN SELANJUTNYA SAYA JUGA AKAN DIBUNUH OLEH NAMJA-NAMJA JELEK INI PAK." Teriaku GAJE (?) namun sukses membuat namja-namja sangar itu berhenti ingin memukulku dan beranjak pergi satu-persatu.
"Kau beruntung kali ini." Kata salah satu namja sangar ketika melewati namja yang dipukulnya tadi lalu pergi menghilang dengan rombongannya.
"Dasar bodoh, badan saja besar namun otak kecil." Kataku meremehkan namja-namja sangar yang sudah pergi menghilang entah kemana lalu aku menghampiri namja yang dipukuli tadi.
"Ahhh~ hyung… andwae… emmp sumbae, … andwae….. aam~ ajushi,… andwae. Aish, aku bingung harus memanggilmu apa. Ya sudah terserah aku saja ne, mau menganggil mu apa." Tanyaku pada namja yang ada dihadapanku dengan wajah yang penuh lebam.
"Sepertinya dia pingsan! Bagaimana ini. Aku tidak tau dimana rumahmu, jangankan rumah namamu saja aku tidak tau." Kata ku pada namja itu yang tak direspon olehnya.
"Lebih baik kubawa saja dulu kerumahku, ku obati. Jika dibiarkan seperti ini aku yakin namja ini bisa mati." Kata ku sambil membopong tubuh namja itu sedikit susah kerena dia lebih besar dibandingkan aku.
"Sudah kuputuskan akan memanggilmu dengan sebutan ajushi saja ne." Kata ku padanya yang sedang kugendong dipunggung ku.
"Aaa~ kau berat juga ajushi, untung rumahku tidak jauh dari sini. Jika rumah ku masih jauh bisa-bisa aku yang mati karena menggendongmu."
.
.
Setelah sampai dirumah, aku langsung merebahkan namja tadi disofa rumah dan aku sedikit merenggangkan pinggangku yang terasa pegal karena menggendongnya. "Yack ajushi, punggungku rasanya seperti mau remuk gara-gara menggendongmu." Kataku padanya namun tak dijawabnya.
"Ahh~ aku seperti orang bodoh saja sejak tadi bicara dengan orang pingsan. Lebih baik aku mengambil obat-obatan dan lainnya untuk mengobati ajushi ini." Kataku beranjak pergi ke kamar untuk mengganti seragamku terlebih dulu.
Setelah selesai mengganti seragam, aku langsung menuju dapur menyiapkan air di wadah berukuran sedang untuk membersihkan luka dan mengambil beberapa obat yang diperlukan untuk mengobati luka ajushi itu. Setelah sampai di ruang tengah, dimana aku membaringkan ajushi tadi. Aku meletakan wadah berukuran sedang dan obat yang kubawa tadi diatas meja.
"Sekarang bagaimana? Harus kumulai dari mana? Aku bukan dokter atau suster, aku tidak tau bagaimana cara mengobati seseorang." Tanyaku pada diriku sendiri, binggung dengan apa yang harus kulakukan selanjutnya.
"Aku lihat di film-film, mereka(actor/actris film) membawa benda-benda ini untuk mengobati orang yang sedang terluka." Ucapku sambil menunjuk apa yang kubawa tadi.
"Aish, aku pusing. Ya sudah terserah aku saja ya ajushi mau dari mana dulu. Yang penting aku mangobatimu ne." kataku frustasi bertanya pada si ajushi.
Akhirnya aku memulai dengan membuka perlahan jaket yang dipakai oleh ajushi yang ada dihadapanku takut kalau aku menyakitinya. Dengan lancang aku mencari apa saja yang bisa membuatku mengetahui idensitas ajushi ini. "Mianhae ajushi, aku lancang memeriksa jaketmu. Ini kulakukan untuk mengetahui idensitasmu saja kok, jadi jangan takut jika ada barangmu yang hilang ne." kataku padanya namun lagi-lagi tidak mendapat balasan darinya.
Setelah mencari-cari aku tetap tidak menemukan sesuatu yang bisa menunjukan idensitasnya. Namun saat aku ingin meletakan jaket tersebut aku menemukan sebuah tulisan yang bertulis SE7EN dibagian depan sebelah kanan jaket tersebut.
"SE7EN?"
"Baru kali ini aku menemukan pakain dengan lebel (merek) nama SE7EN. Sepertinya ini bukan nama pakainan. Apa mungkin ini namamu ajushi? Apa namamu SE7EN ajushi?" tanyaku.
"Ahh~ aku lupa jika kau sedang pingsan ajushi, jadi percuma saja aku bertanya denganmu." Gerutuku lalu meletakan jaket denga tulisan SE7EN dibagian depan sebelah kanan jaket tersebut di atas meja.
Selanjutnya aku mulai membersihkan dan mengobati luka-laka yang ada diwajah ajushi itu. 'Tak kusangka wajahmu tampan juga ajushi. Mwo? Apa yang kukatakan tadi, kenapa aku memuji ketampanan ajushi ini.' Batinku dalam hati.
Perlahan dan dengan sedikit gugup aku membuka baju kaos yang dipakai ajushi yang mungkin bernama SE7EN itu. Aku membelalakan mataku terkejut dengan yang kulihat. Tubuhnya penuh dengan luka lebam. 'kasihan sekali kau ajushi tubuhmu penuh luka lebam seperti ini, dan sepertinya pekerjaan ku masih panjang melihat lukamu yang seperti ini.' Batinku melihat banyaknya luka yang ada ditubuh namja yang sedang kuobati ini.
Setelah cukup lama akhirnya pekerjaan ku mangobati ajushi yang tak ku ketahui namanya itu selesai juga dengan jangtung yang terus berdetag kencang. "Aishh, ini tak bagus untuk kesehatan jantungku." Ucapku sambil mengelus-ulus dadaku. Ada beberapa plester luka yang ku tempelkan di wajah tampannya. Mwo? Aish lagi-lagi aku memuji ketampanannya. Ok baiklah, ajushi ini memang tampan, ku akui itu. Selain plester luka aku juga memperban tubuhnya yang dipenuhi lebam tadi dengan beberapa perban.
"Ahh~ aku lelah. Mwo? Sudah jam 11:30 rupanya, pantas saja aku mengantuk, lebih baik aku tidur." Kataku ketika melihat jam dinding dirumahku.
"Ajushi aku tidur dulu ne, aku tidur dikamar itu. Pintunya tidak ku tutup ajushi, jika kau memerlukan sesuatu panggil saja aku. Aku sudah lelah ajushi, istirahatlah ne. Selamat malam ajushi." kataku menunjuk kamar yang ada dihapanku. Sepertinya perkataku tadi tidak akan mungkin akan dapat sahutan dari ajushi itu.
Kulangkahkan kakiku menuju kamar ingin istirahat, namun pintu kamar tidak ku tutup atau ku kunci. Karena kalau saja ajushi itu sadar dari pingsan nya dan memerlukan bantuan dariku, aku bisa langsung menolongnya kan.
Oh ya aku lupa memperkenalkan diriku pada kalian. Tapi nanti saja ne, aku memperkenalkan diriku dan keluargaku. Karena saat ini aku sangat lelah dan ingin tidur. Besok saja ne, kalau aku ingat! Yang sabar ne! Hehehe….
Selamat malam!...
Changmin POV End
.
.
Se7en POV
"Eungh…" lenguhku ketika aku sadar dari pingsanku.
Kubuka perlahan mataku. Walau pun sedikit sulit namun aku tetap beusaha untuk duduk. Ku kira aku sudah mati gara-gara dihajar oleh orang-orang sialan itu, ternyata tidak. Tapi tunggu dulu, kenapa bisa mereka berhenti menghajarku. Setauku mereka tidak akan berhenti menghajar seseorang jika orang tersebut tak mati. Lalu kenapa aku aku masih bisa bernapas sampai saat ini.
"Arggh!" Kepalaku terasa sakit memikirkan hal itu.
"Di mana ini?" Tanyaku entah kepada siapa. Setelah sadar dengan keadaan sekitar yang tak kukenali.
Jujur aku masih binggung kenapa aku masih hidup, sekarang aku bertambah binggung dengan keberadaan ku disini. Aku tidak mengenal tempat ini dan aku juga terkejut ketika mendapati tubuhku yang topless telah diperban dan wajahku juga terdapat beberapa plester luka. ' siapa yang menolongku?' batinku.
Ku edarkan pandangan mataku ke seluruh penjuru ruangan. Rumah yang tidak terlalu besar dengan dinding berwarna cream, sebuah dapur, ruang tamu yang sedang kutempati dan ada dua pintu, satu pintu tertutup dan satunya lagi terbuka. Namun sepertinya ini lebih tepat disebut dengan apartemen bukan rumah. Tapi itu bukan urusan ku. Mau ini rumah atau apartemen tidak masalah untukku.
Perlahan dan sedikit susah, aku berusaha bangkit(?) dari duduk ku dan berjalan mencari tahu siapa pemilik ruangan ini. Langkahku terhenti ketika melihat jam dinding yang menunjukan pukul 02:15. "Mwo? Sudah jam segini, memangnya sejak kapan aku disini."
Kulanjutkan langkahku perlahan dan tertatih. Karena penasaran dengan salah satu pintu kamar yang terbuka, lalu aku masuk dan melihat apa yang ada di dalam. Setelah masuk aku melihat seorang namja tidur dengan nyaman diranjangnya. Kudekati namja itu dan kupandangi wajahnya. Terlihat cantik, manis, dan menggemaskan. 'apa namja ini yang menolong ku?' bantinku sembari tersenyum melihat wajah lucunya.
Cukup lama aku memandangi wajahnya. Karena tidak ingin mengganggu tidurnya aku memilih untuk keluar dari kamarnya dengan susah karena lukaku yang masih terasa sakit. Namun beberapa langkah aku berjalan, aku mendengar ia bergumam.
"Yack ajushi! Kau tahu apa yang kita perlukan saat kita makan selain piring eoh?" Gumam namja itu. Kubalikan tubuhku 'apa dia bertanya padaku' batinku.
Walau pun terdengar aneh dan membingungkan aku tetap membalas. "Memangnya apa?"
"Aish bodoh sekali kau ajushi, itu saja tidak tahu. Jawabanya sendok pabo." Kata namja imut tadi. Berani sekali dia mengataiku pabo, dan apa katanya tadi 'ajushi'. Memangnya aku terlihat seperti ajushi apa? Oh ayolah aku masih muda.
"Yack! Jangan memanggil orang lain seenakmu saja." Kataku kesal dipanggil ajushi.
"Ajushi, kau tau apa yang kita perlukan lagi selain sendok eoh?" tanya namja itu lagi, sepertinya ucapanku tadi tak digubris olehnya. "Molla?" balasku.
Cukup lama aku menunggu jawaban darinya namun tak ada jawaban darinya. 'sepertinya dia mengigau' batinku mendengar suara dengkuran kecil darinya. Aku berbalik dan melanjutkan langkahku yang terhenti karena igauan namja imut tadi. Ketika aku sudah keluar dan berniat menutup pintu kamar namja tadi. Dia kembali bergumam menjawab pertanyaan tadi "Garpu ajushi." Katanya.
Aku tersenyum dan ku tutup rapat pintu kamarnya. 'Namja yang aneh' kataku dalam hati.
Sekarang aku binggung, apa yang harus kulakukan disini. "Ahh~ lebih baik aku tidur saja lagi. Tubuhku juga masih terasa sakit." Kataku lalu melangkah menuju sofa yang kutempati beberapa saat tadi. Aku terlalu malas untuk melihat ruangan apa yang ada di pintu satunya yang tertutup.
"Selamat malam namja aneh, terima kasih sudah menolongku." Kataku setelah kurebahkan tubuh penuh lukaku di sofa sambil melihat kearah pintu kamar yang ada dihadapanku, pintu kamar namja aneh itu. Lalu kepejamkan mataku menuju alan tidur lagi.
Se7en POV End
.
.
Kringggg!...
Suara alarm jam yang berhias menyerupai garpu dan sendok berbunyi dengan keras. Membuat seorang namja tinggi bernama lengkap Shim Changmin terlonjak kaget dari alam tidur indahnya. Changmin langsung berlari menuju pintu dengan mata yang sedikit terbuka, kaget dengan suara dari jam miliknya tadi.
Brukkk!
Karena berlari dengan mata yang hanya sedikit terbuka, Changmin dengan indahnya menabrak pintu dan pantatnya dengan mesra mencium lantai kamar yang dingin. "Aww… appo." Changmin meringis kesakitan karena tubuhnya menabrak pintu dan pantatnya mencium lantai. (kasihan kau Changminnie *plakk*).
"Aish, bukankah pintu ini tadi malam tidak ku tutup. Lalu siapa yang menutup pintuku?" tanya Changmin bingung entah pada siapa dengan tubuh yang masih dilantai.
Sementara Changmin yang masih yang duduk meringis sakit di lantai kamar. Seseorang yang sedang tertidur di luar, lebih tepatnya di sofa ruang tamu Changmin. Terusik dengan bunyi beturan yang cukup keras membuat namja yang kita ketahui tapi tidak diketahui Changmin bernama Se7en itu terbangun.
"Suara apa tadi, sepertinya dari kamar namja aneh itu." Kata Se7en sedikit penasaran dengan bunyi yang didengarnya tadi, lalu beranjak dari sofa dengan susah menuju kamar dihadapannya, kamar Changmin.
Setelah sampai didepan kamar Changmin, Se7en membuka pintu tersebut dan dia terkejut mendapati Changmin yang terduduk meringis kesakitan di lantai. "Gwencha?" tanya Se7en melihat Changmin meringis dilantai. Changmin mendongak kearah Se7en.
Ketika Se7en ingin berjongkok untuk membantu Changmin niatnya terhenti karena rasa sakit yang masih dirasanya. "Arghh…," ringis Se7en memegangi dadanya yang terasa sakit dalam balutan perban. Changmin yang melihat Se7en meringis kesakitan berubah khawatir dan berdiri dari duduknya. "Gwencha ajushi?" tanya Changmin khawatir yang sudah berdiri dihadapan Se7en. Se7en hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Changmin tadi. Entah mengapa kepalanya jadi terasa sakit dan tubuhnya un an saja menggantikan Changmin yang terjatuh di lantai kalau saja tidak ditangkap Changmin dengan sigap.
"Ajushi!" kata Changmin lebih khawatir dari pada yang tadi. Mengetahui Changmin yang merasa khawatir padanya, Se7en menatap mata Changmin dan tersenyum lembut padanya. Changmin yang ditatap dan mendapat senyum lembut dari Se7en dengan posisi yang masih memeluknya agar tak terjatuh, merasakan jika pipinya terasa panas. 'Benar-benar mata yang indah' un a Changmin. Ada semburat merah yang un an dipipinya dan menjadi dia gugup dengan keadaannya saat ini.
Karena rasa sakit yang menderanya, Se7en pun jatuh pingsan dalam pelukan hangat Changmin. "Ajushi!" teriak Changmin lagi yang mengetahui Se7en jatuh pingsan dalam pelukannya.
"Apa kau pingsan lagi ajushi?" tanya Changmin sambil menahan tubuh Se7en agar tidak jatuh kelantai.
"Aish, sepertinya kau senang sekali aku menggendongmu." Kata Changmin lalu membawa tubuh pingsan Se7en keatas kasur dan merebahkan disana.
.
.
Setelah merebahkan tubuh pingsan Se7en dikasur empuk dan diselimuti tubuhnya oleh Changmin, takut jika Se7en bertambah parah lagi. Changmin keluar dari kamarnya menuju dapur, "Ahh~ aku lapar." Kata Changmin mengelus-elus perutnya.
Setelah sampai di dapur "Masak apa ya?" gumam Changmin. Changmin mengobrak-abrik kulkasnya mencari bahan apa yang akan dimasaknya nanti. Setelah mengambil beberapa bahan untuk dimasak. Ada beberapa yang diambilnya seperti beberapa sayur, daging, telur dll. Lalu diletakannya di atas meja makan. "Lebih baik aku memasak bubur saja. Mungkin saja ajushi itu sadar dan ingin makan, jadi dia bisa makan bubur buatan un anti." Ucap Changmin memulai memasak.
Setelah beberapa saat bertarung(?) dengan pisau, beberapa bahan makanan dan beberapa alat masak lainnya akhirnya Changmin selesai melakukan pekerjaannya membuat bubur. 'Ahh~ akhirnya selesai juga aku membuata bubur enak untuk ajushi tampan itu. Mwo? Aiss, lagi-lagi aku memuji ajushi itu lagi.' Batin Changmin.
Changmin membawa nampan berisi bubur buatanya sendiri ke kamar untuk diberikan pada namja yang sudah ditolong olehnya. Dibukanya pintu kamar dengan susah karena nampan yang ada di tangan. Setelah berhasil membuka pintu kamar dan masuk kedalam. Diletakannya nampan tadi diatas meja kecil di samping rangjang miliknya. Saat itu namja yang sedang pingsan diranjang miliknya terbangun dari pingsan. "Eenghh." Leguh Se7en terbangun dan sambil membiasakan matanya pada cahaya matahari yang masuk dikamar
Setelah terbiasa dengan dengan cahaya matahari Se7en berusaha duduk, "Arggh," pekik Se7en berusaha bangun duduk. Changmin yang melihat hal tersebut membantu Se7en. "Ajushi." Ucap Changmin. Sekarang terjadilah acara(?) pandang memandang satu sama lain antara Se7en dan Changmin.
Deg, Deg! Detak bunyi jantung Changmin dan ada senburat merah dipipi nya.
"Yack, Bocah tubuh mu berat." Ucap Se7en yang sukses merusak suasanan dan membuat Changmin kesal dibuatnya.
"Mwo? Aishh kau menyebalkan ajushi." Ucap Changmin kesal dan mendorong tubuh Se7en cukup keras lalu keluar dari kamar.
Blammp!
Changmin membanting pintu dengan keras karena ucapan dari Se7en tadi. "Apa-apaan dia, memangnya tubuhnya tidak berat apa? Tubuhnya itu lebih berat dari pada tubuhku. Punggungku saja sampai encok (?) karena menggendongnya tadi malam." Gumam Changmin dari balik pintu. "KAU MENYEBALKAN AJUSHI TUAAAAAA." Teriak Changmin.
_TBC_
Aaah ,…
Mianhaeyo jika ni FF hancur, aku bikin ni FF dalam kondisi imajinasiku yang kurang sehat a.k.a imajinasiku rada hancur *readers: imajinasimu emang ancur kan?*
Buat yang udah baca, gomawo~Jeongmal and mind to review?
