HunHan
.
Sehun-ah kita harus bicara. Bisakah kita bertemu?
Luhan menggenggam ponselnya terlampau erat setelah memastikan pesannya terkirim untuk Sehun. Ia duduk di kursi tunggu rumah sakit, menunggu untuk Sehun membalasnya. Namun berapa menit berlalu, balasan dari Sehun tak kunjung datang.
Luhan menghela napas menyerah. Sejujurnya dia tidak ingin lagi menghubungi Sehun apalagi bertemu dengannya. Hubungan mereka sudah berakhir. Luhan pikir mungkin karena itu juga, Sehun merasa tidak perlu untuk membalas pesan dari mantan pacarnya atau menuruti permintaannya untuk bertemu. Luhan bukan lagi prioritasnya. Dan lagi Sehun adalah orang yang sibuk sekarang, banyak hal yang jauh lebih penting dari membalas pesan Luhan apalagi bertemu dengannya setelah ia menjabat sebagai COO di perusahaan ayahnya.
Luhan menunduk menatap sepatunya sebelum melihat kertas di tangannya sekali lagi. Dia butuh untuk menunjukan ini pada Sehun. Hasil tes medis yang menyatakan jika dia positif hamil.
Ya, Luhan hamil dan ia yakin ini adalah anak Sehun karena ia ingat ia berhubungan dengan Sehun tanpa pengaman sebulan lalu sebelum mereka memutuskan berpisah.
Luhan ingin memberitahu Sehun bukan untuk minta pertanggung jawaban, melainkan hanya berpikir jika; walau bagaimanapun bayi kecil yang di perutnya adalah anak Sehun juga, dan pria itu perlu tahu keberadaannya meski ia kemungkinan besar akan menolak anak mereka mengingat keduanya sudah tidak lagi memiliki hubungan apapun.
Menit berlalu tanpa balasan Sehun, Luhan memutuskan untuk pulang. Ia akan berdiri ketika ponselnya menyala.
Satu panggilan dari Sehun.
"Ada apa?" Suara Sehun menyambutnya segera setelah Luhan menjawabnya.
Laki laki hamil menggigit bibir ragu. "Sehun, aku ingin bicara,"
"Ya, aku tahu. Bicaralah,"
"Tidak bisa." Luhan melihat sekelilingnya. "Maksudku, tidak bisa disini, kita harus bertemu langsung."
"Luhan, kau tahu aku sibuk,"
"Hanya sebentar. Kumohon."
Luhan mendengar helaan napas Sehun sebelum kemudian pria itu memutuskan. "Baiklah." Sehun menyebutkan tempat dimana mereka akan bertemu.
.
Luhan menyerahkan kertas hasil tesnya pada Sehun. Sehun mengerutkan alis melihat itu, namun ia tidak bertanya apapun dan lebih memilih untuk segera memindai isi surat. Ekspersinya yang tenang berubah, tampak seolah ia berusaha untuk meyakinkan diri jika ini adalah kesalahan dan hal itu entah bagaimana mambuat Luhan kecewa.
Sehun tidak mengatakan apapun, namun begitu Luhan tahu bagaimana isi pikirannya.
Sehun tidak senang dengan keberadaan bayi mereka.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin kau tahu saja. Jangan merasa terbebani dengan ini." Luhan berkata kemudian, berusaha menyembunyikan nada kecewa dalam suaranya. "Aku pergi." Ia beranjak meninggalkan Sehun yang masih di tempatnya tanpa berusaha menghentikannya sedikitpun setelah itu.
Sebelum ini, ia sudah mempersiapkan diri untuk penolakan, tapi entah bagaimana air matanya seolah tidak bisa dihentikan ketika ia keluar dari kafe tempat mereka bertemu.
520!
