Title : Touch me, Doctor!

Cast :

Byun Baekhyun

Park Chanyeol

Kang Soyou ( Baek's mom )

Byun Soojung ( Baek's little sister a.k.a annoying girl a.k.a Baek's enemy )

Kim Jongdae ( Baek's best "fucking" friend )

Do Kyungsoo ( Baek's best "fucking" friend (2))

And others

Rated : M


Ekhem! Ekhem! Ekhem !

Apa kabar kesayangan ?

Mungkin aku bikin kalian kesel karena aku ngegantung FF Devil Beside Me, untuk itu aku bawain FF untuk kalian. Daripada FF ini jadi basi karena kelamaan di simpen, aku putusin untuk mem-publishnya itung-itung sebagai cemilan untuk menunggu FF DBM.

Aku milih publishcemilan ini, karena banyak yang nanya tentang kelanjutan DBM dan ngira aku gak bakal ngelanjutin DBM ( FYI , status aku sebenernya lagi hiatus menikmati libur tenang with family) wkwkwkwkw…

Tapi berhubung aku gak sempet ngetik DBM jadi aku putusin untuk publish ff lain buat kalian, karena banyak yang ngeluh juga kalau lagi krisis FF Chanbaek. Wkwkwkwkwk. Aku belum sempet check FFN , jadi aku gak tahu kalau ternyata lagi krisis, hehehehe..

Maaf beribu maaf guys! Tapi aku harap kalian bisa menikmati ff ini , dan bersabar untuk ff DBM chapter selanjutnya .


PERHATIAN!

Ff ini mengandung unsur dewasa berbau seks, hubungan sesama jenis yang menyebabkan beberapa orang mungkin mual, Bahasa yang berantakan, dan typo yang walau sudah berusaha dihilangkan tapi tetap muncul. Tidak untuk area bermain anak-anak, anak polos, antigay/ homophobic, AntiChanbaek dan segala yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia yaoi.


NO CO-PAST

NO-REPOST

NO-PLAGIAT

Okay?

There always be a place for the good person. So, don't steal people's effort , be honest dear.

Mulailah dengan sebuah kata, susunlah menjadi kalimat dan kembangkan dalam sebuah paragraph.

Cerita yang hebat bukan tentang siapa, tapi tentang apa dan bagaimana.

..

.

ParkShita

Present

..

.

"Tidak. Aku tidak mau." Ucap lelaki bersurai hitam yang kini duduk diatas ranjangnya sambil menyilangkan tangan di depan dada. Membuang wajahnya kesamping dengan dagu yang diangkat tinggi-tinggi, memperlihatkan bahwa ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Wanita yang berdiri di ujung ranjang dan memunguti beberapa potongan pakaian yang berserakan dilantai menghela nafas. Memeluk pakaian-pakaian kotor itu karena kedua tangannya menyilang di depan dada, sama persis seperti yang dilakukan remaja lelaki yang duduk diatas ranjang.

"Lalu sampai kapan kau akan membolos sekolah?" tanya wanita itu dengan mata melotot kearah putranya.

"Aku bilang , aku-tidak-mau. Titik. Tanpa koma." Ucap termuda sambil menatap ibunya dengan mata yang juga melotot, keduanya terlihat serupa tapi tak sama.

"Lagipula.." yang paling muda kembali mengeluarkan suara, memandang remeh kearah ibunya.

"Aku tidaklah membolos, bukankah ayah sudah mengirimkan surat izinku?"ucapnya santai. Wanita berkulit putih dengan rambut terurai panjang berwarna coklat itu mengatupkan bibirnya kesal. Putranya adalah makhluk paling keras kepala yang ia pernah temui.

"Apa kau tahu? Meminta izin sakit harus menggunakan surat pengantar dari dokter, ayahmu mengatakan itu pada ibu tadi. Ibu tidak mau jika kau tidak sekolah hanya karena penyakit_" wanita itu terdiam, wajah murkanya berubah menjadi ekspresi menahan tawa. Yang lebih muda melirik melalui sudut matanya ketika ibunya berhenti bicara, dan matanya melotot saat mendapati ibunya menahan tawa.

"Apa? APA? Ibu mau meledekku? Ledek saja! Akan aku laporkan pada ayah, bahwa istrinya Kang Soyou telah meledek anaknya yang sedang sakit." Bentak si remaja lelaki kesal. Bahkan mulutnya terbuka lebar ketika bicara, dan urat dipelipisnya tercetak jelas.

"Makanya lain kali jangan bermain di pantai seharian, Byun Baekhyun! Ibu sudah memperingatkanmu, jangan_"

"Ya..ya..ya.. ledek saja terus! Ceramahi aku seolah aku yang paling salah. Salahkan si duo idiot itu yang memaksaku untuk ikut dalam liburan musim panas murahan mereka." Ucapnya masih dengan nada ketus. Kang Soyou-ibu Baekhyun- berjalan memutar dan berdiri di samping ranjang putranya.

Ia berdecih melihat wajah kesal putranya lalu menjulurkan tangan dan meletakkanya di kening putranya , ia mendesah pelan.

"Yah, paling tidak demammu sudah hilang, hanya tinggal_" Kembali Soyou menahan tawa membuat Baekhyun kesal lalu mendorong tubuh ibunya, hingga Soyou nyaris terjungkal.

"Ibu aku pulang, dan_ hhmppttt." Keduanya menoleh kearah pintu, terlihat seorang remaja putri dengan seragam sekolahnya berdiri depan pintu kamar. Baekhyun menahan amarahnya, bukan karena kehadiran gadis itu tapi karena si gadis berseragam sailor itu menahan tawa sama seperti ibunya.

"Apa kau hah? Kau juga ingin meledekku?" bentak Baekhyun.

"Pfftt… hahahahaha… aku tidak tahu kenapa ibu memiliki putra konyol sepertimu. Disaat semua murid datang kesekolah setelah liburan musim panas yang panjang, kau malah berbaring di ranjang sambil_" Gadis itu menghentikan tawanya, lalu berdiri menyamping dan menggaruk tubuhnya seperti monyet.

"Yak! Byun Soojung. Mati kau!" bentak Baekhyun kesal sambil melepar bantalnya, gadis itu terkikik lalu pergi meninggalkan kamar , tedengar suara tawa yang menggema disepanjang koridor, bahkan Baekhyun mendengar sebutan "Baboon" yang ia yakin ditujukan untuknya.

Baekhyun menggeram kesal, tangannya kembali menyilang, dadanya naik turun akibat nafas pendek yang ia ambil. Soyou menggeleng sambil tersenyum kecil, ia menusuk pipi putranya membuat putra sulungnya menolehkan kepala dengan tatapan tajam.

"Puas kalian mengejekku?"

"Jadi, apa kau masih tidak mau ke dokter dan lebih bertahan dengan rasa gatal itu?" Baekhyun terdiam sebelum akhirnya menggeliat. Tubuhnya bergerak gelisah dengan pantat bergerak kekanan dan kekiri.

"Sudah ibu bilang kan? Jika kau masih keras kepala, maka namamu benar-benar akan berubah menjadi Byun Baboon."

"IBUUUUU!" teriaknya kesal sambil menendang selimutnya. Soyou terkikik lalu bergegas berjalan menuju pintu sebelum melihat amukan putranya.

Baekhyun bangkit dan segera berjalan kearah kamar mandi, membanting pintu dengan keras dan mengurung diri untuk beberapa jam ke depan. Hal yang sudah ia lakukan hampir satu hari penuh.

..

.

Dua orang lelaki berdiri di depan sebuah pintu apartemen, mereka ragu untuk menekan bel. Lelaki dengan wajah kotak melirik temannya yang bermata bulat, keduanya masih diam di depan pintu tanpa ada satupun yang berani menekan bel.

"Oh Jongdae oppa, Kyungsoo oppa?" keduanya menoleh dengan gerakan kepala yang kaku. Di depan mereka kini berdiri seorang gadis remaja dengan celana jeans pendek dan baju kaos bergambar monster sambil membawa sebuah kantung kresek. Gadis itu menarik permen yang ia hisap keluar, sambil mengarahkannya pada dua lelaki di hadapannya.

"Apa kalian datang untuk menjenguk Baboon oppa?" tanyanya dan kembali memasukan permennya ke dalam mulut. Kedua lelaki itu mengernyit dan saling melirik sesaat.

"Ba…baboon? Ah! Baboon." Ucap yang berwajah kotak –Jongdae- sambil mengangguk mengerti. Remaja bermata bulat –Kyungsoo- menahan senyumnya dan ikut menganguk paham.

"Ya, kami mencari…eerrr.. Baboon oppa." Ucap Kyungsoo sambil tersenyum ramah.

"Oh, masuk saja! Dia ada di dalam kamarnya, melakukan Monkey's dance." Ucap gadis itu –Soojung-. Jongdae dan Kyungsoo yang awalnya tidak mengerti, kembali paham setelah Soojung membuat gerakan monyet menggaruk di depan teman-teman kakaknya.

"Hahaha.. ya..ya..ya kami mengerti. Apa kami boleh masuk Soojung-ah?"

"Tentu. Tunggu sebentar, akan aku bukakan." Ucap gadis itu lalu berjalan kearah pintu, memasukan kata sandi dan mempersilahkan kedua tamu kakaknya masuk.

"IBUUUUU! Aku sudah kembali dan aku membawa dua teman untuk Baboon oppa." Teriak Soojung dari arah pintu, membuat wanita yang sedang berkutat di dapur itu memunculkan kepalanya dan tersenyum lebar.

"Jongdae-ah, Kyungsoo-ah. Masuklah! Baekhyun ada dikamarnya, dia_"

"sedang melakukan Monkey's dance…uuukk..uuukk..aaakk…aaaakk…" potong Soojung bahkan kembali menirukan gerakan monyet.

"Hentikan Soojung-ah! Kakakmu bisa mengamuk kalau dia mendengar." Ucap Soyou, Soojung mengangguk dan meletakkan kantung belanjaannya diatas meja dapur, di depan ibunya. Jongdae dan Kyungsoo memutuskan untuk menjauh dari dapur dan menuju kamar Baekhyun.

"Habisnya, dia lucu kemarin malam. Aku tidak bisa melupakannya ibu, seharusnya aku merekamnya dan menjadikan bahan ancaman kalau dia mengangguku." Ucap Soojung sambil membuka lemari pendingin.

"Yang ada kau yang selalu menganggunya hingga kakakmu kesal dan menangis." Ucap Soyou sambil memotong beberapa sayuran. Soojung terkekeh ketika mengingatnya, karena ibunya berkata benar, memang dialah yang lebih suka mengerjai kakak sulungnya, yang kata ibunya terlahir sebagai lelaki tapi sikapnya lebih manja dan cengeng daripada perempuan.

"Aku yakin setelah ini dia akan_"

"PUAS KALIAN HAH!"

"….berteriak." Sambung Soojung sambil melirik ngeri kearah kamar Baekhyun, begitu juga Soyou yang bergedik ngeri.

"Suasana hatinya sedang buruk."

"Mana pernah suasana hatinya baik? Dia kan selalu seperti gadis yang terkena PMS." Soyou tertawa mendengar celotehan putri bungsunya.

Benar. Baekhyun memang terlahir sebagai anak laki-laki pertama di keluarga Byun 17 tahun lalu. Tapi sikapnya sungguh manja dan juga cengeng. Dia sangat suka merengek dan sangat manja pada ayahnya, Byun Minho. Tiga tahun pernikahannya Soyou tidak kunjung dikaruniai seorang anak, hingga mereka berinisiatif untuk melakukan segala pengobatan, hingga ke pengobatan alternatif.

Hingga suatu malam Soyou bermimpi didatangi oleh seekor ikan emas berbicara yang minta untuk dirawat. Dan dua bulan kemudian Dokter mengatakan bahwa ia mengandung . Keluarga Byun dan Kang sangat bahagia, mereka menyambutnya dengan sebuah pesta besar, mendatangkan beberapa peramal untuk meramalkan kelahiran cucu mereka, dan dua diantaranya berkata Soyou akan melahirkan bayi perempuan sementara satu lagi berkata bahwa ia tidak bisa menerawang dengan jelas.

Soyou dan Minho tidak memikirkannya , karena dua peramal saja sudah cukup. Lagipula anggota keluarga yang lain memiliki pendapat yang sama jika anak mereka adalah perempuan, karena menurut mitos ketika sang ibu mengandung dan terlihat semakin cantik tiap harinya bahkan gemar berdandan maka bayinya dipastikan perempuan.

Dan semua melihat itu pada Soyou, dia semakin hari semakin cantik dan sangat suka berdandan, terutama menghias bagian kelopak matanya. Karena itu Soyou dan Minho sudah menyiapkan segala keperluan untuk putri pertama mereka, baju, perlengkapan bayi bahkan Minho sudah membuatkan kamar dengan desain serba pink.

Ketika menginjak usia 4 bulan mereka melakukan pemeriksaan USG dan dokter mengatakan jika bayi mereka memang perempuan, yangmana semakin menambah rasa bahagia untuk Soyou. Walau sebenarnya mereka tidak mempermasalahkan jenis kelamin anak mereka asalkan buah hatinya selamat, tapi membayangkan mendandani putri kecilnya adalah impian Soyou sejak dulu.

Hingga di awal bulan Mei tepatnya pada tanggal 6, sehari setelah hari anak , seorang bayi terlahir dengan selamat, wajahnya cantik,kulitnya putih pucat, bibirnya mungil, matanya jernih , benar-benar cantik hanya saja Soyou membulatkan matanya ketika melihat lonceng kecil di tengah selangkangan anaknya, dan Soyou baru mengetahui jika buah hatinya adalah laki-laki.

Ia tidak masalah, ia tetap merasa bahagia dan bersyukur. Namun karena masih terobsesi memiliki anak perempuan, Soyou gemar mendandani putra kecilnya dengan berbagai barang-barang yang telah terlanjur mereka beli, hingga tiga tahun kemudian Soyou hamil lagi.

Merasa bersalah akan perbuatan masa lalunya, kali ini dikehamilan keduanya ia tidak terlalu berangan-angan menginginkan bayi dengan jenis kelamin impiannya, walau dalam hatinya ia berharap memiliki bayi perempuan. Tuhan mengabulkan, seorang bayi cantik lahir, dan tumbuh besar dengan sehat. Karena telah memiliki mainan baru, Soyou meminta suaminya untuk mendidik putranya sementara dia akan mendidik anak perempuannya menjadi seorang gadis terhormat.

Hanya saja, Minho bukan tipe ayah yang tegas. Dia sangat memanjakan Baekhyun dan tidak pernah menolak permintaan putranya. Sementara Soyou sangat tegas pada putri kecilnya yang sangat nakal. Untuk itu, anak-anak mereka tumbuh dengan kepribadian yang sedikit tertukar.

"Ibu, kenapa tidak kita culik saja dia, masukkan ke mobil lalu kita bawa kerumah sakit." Ucap Soojung tiba-tiba yang kini berdiri disamping ibunya yang sedang mengiris bawang.

"Hahaha… dia akan membunuh kita berdua setelah itu."

"Setidaknya dia sembuh, bagaimana pun aku kasihan melihat dia bertingkah seperti monyet. " Kembali Soojung terkikik membuat Soyou menggeleng dan memukul kepala putrinya dengan pangkal pisau pelan.

Baekhyun berdecih kearah Jongdae dan Kyungsoo yang sejak tadi hanya memperlihatkan deretan gigi mereka.

"Ingatkan aku untuk tidak termakan rayuan murahan kalian. Liburan musim panas apa? Pulang-pulang aku malah seperti ini" sindir Baekhyun. Jongdae melebarkan cengirannya.

"Tapi kemarin itu mengasyikan kan? Kau saja bilang ingin datang ke pantai itu lagi."

" . Tidak akan. Nebeu!"

"Never!" ucap Kyungsoo membenarkan. Baekhyun melirik Kyungsoo tajam yang duduk di kursi di depan meja belajarnya.

"Terserah. Aku tidak peduli." Ucap Baekhyun kembali menyilangkan kedua tangannya.

"Baek, apa kau benar-benar tidak ingin ke dokter. Setidaknya periksakan dulu, karena hanya kau yang terkena sementara kami tidak." Ucap Jongdae.

"Lalu apa? Aku harus memperlihatkan ini di depan mereka? Tidak." Ucap Baekhyun kekeh.

"Aku…aku sempat membaca tadi." Kyungsoo membuka suara dengan wajah serius, kedua temannya memperhatikan.

"Ada sebuah kasus dimana seorang pria yang berlibur ke Afrika dan berenang di salah satu sungai, lalu ia juga mengalami gatal sepertimu. Awalnya ia pikir hanya gatal biasa, jadi ia mengabaikannya. Hingga saat ia tidak bisa menahan gatalnya lagi, sehingga ia memilih memeriksakannya ke dokter." Kyungsoo menghentikan ucapanya, membuat Baekhyun mengernyit.

"Lalu?" tanya Baekhyun penasaran, namun tetap memperhatankan sikap tak acuhnya.

"Lalu dokter bilang ada sebuah larva yang hidup di bawah bagian kulitnya, dan berkembang biak."

"EEUUUHH." Jongdae mengernyit jijik, Baekhyun menenggang.

"Jadi…aku…aku hanya takut, jika_"

"IBUUUUUUUU!" teriak Baekhyun membuat kedua temannya menutup telinga. Soyou tiba di pintu dengan wajah terkejut, diikuti oleh Soojung yang juga membulatkan matanya.

"Ada apa?" tanya Soyou panik.

"Antarkan aku ke dokter! Sekarang juga!" bentak Baekhyun, Soyou yang awalnya terkejut lalu tersenyum. Baekhyun menyibak selimutnya kasar, berjalan ke lemari untuk mengambil baju dan membanting pintu kamar mandi dengan keras.

"Kalian hebat." Ucap Soyou sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Aku tidak akan memiliki kakak Baboon lagi dan tidak akan melihat tarian monyetnya." Desah Soojung kecewa dan dihadiahi sikuan pelan dari Soyou. Wanita itu bergegas pergi untuk mengganti pakaiannya.

"Wah, kau hebat Kyungsoo. Tidak salah nilai bahasamu tertinggi dikelas, kau pandai mengarang rupanya." Ucap Jongdae bangga, Kyungsoo menatap Jongdae datar.

"Aku tidak mengarang. Itu kisah nyata." Dan senyum Jongdae lenyap digantikan oleh wajah terkejut.

"Hiiii! Mendadak aku merasa gatal." Ucap Jongdae sambil menggaruk lehernya ngeri.

..

.

Baekhyun, Soyou dan Soojung telah tiba di rumah sakit. Baekhyun mengeratkan jaket coklatnya yang kebesaran sebelum akhirnya turun dari mobil sementara Soojung keluar dengan melompat kecil, membuat Baekhyun memutar bola matanya malas melihat sikap tidak sopan adiknya.

"Ibu akan memarkirkan mobil. Kalian masuk duluan dan tunggu ibu di lobby!" Ucap Soyou sebelum akhirnya melajukan mobilnya untuk mencari parkir.

"Ayo!" ucap Soojung sambil berjalan mendahului Baekhyun. Baekhyun menatap adiknya dari belakang, sungguh sangat tidak mencerminkan perempuan yang sopan. Dia hanya mengenakan celana jeans rumahnya, dengan baju kaos yang lengannya dilipat keatas, lalu berjalan seperti seorang preman, jangan lupakan topi yang ia gunakan terbalik.

"Yak! Tunggu aku!" ucap Baekhyun. Soojung menoleh dan berdecih melihat betapa lamban kakaknya. Berjalan seperti seorang ratu, mengenakan jaket disaat sisa-sisa musim panas masih terasa, dan caranya memeluk jaketnya untuk menutupi seluruh tubuhnya benar-benar membuat Soojung mencemaskan masa depan kakaknya. Apalagi dengan tudung jaket yang ia gunakan untuk menutupi kepalanya, membuat Soojung ingin menarik paksa benda itu agar kakaknya setidaknya terlihat seperti laki-laki karena rambut pendeknya terlihat. Bukannya malah terlihat seperti seorang gadis remaja pemalu yang takut hitam karena tersengat matahari.

"Cepatlah siput! " ucap Soojung sambil berkacak pinggang dan menguyah permen karetnya.

"Yak Baboon cepatlah!" Baekhyun mendelikan matanya. Ia tidak suka ketika dipanggil Baboon, karena itu sungguh sebuah penghinaan berat untuknya. Ia berjalan lebih cepat sambil mengacungkan jemarinya kearah adiknya.

"Yak! Jaga mulutmu, sekali lagi kau memanggilku akh!" Tubuh Baekhyun terpental hingga ia terduduk diatas lantai di depan pintu masuk rumah sakit. Baekhyun meringis merasakan pantatnya yang nyeri, ditambah gesekannya membuat rasa gatalnya kembali timbul.

"Maafkan aku. Maaf, aku sungguh tidak sengaja, kau baik-baik saja?" Baekhyun menatap tangan terulur di depannya dengan tajam, lalu beralih menatap tajam kehadapanya dan bola matanya seketika terbuka lebar.

Sosok di depannya bagaikan malaikat, wajahnya sungguh tampan dengan rambut hitam yang disisir keatas memperlihatkan dahinya yang menawan, matanya bulat tapi tajam, bibirnya penuh dan terlihat seksi. Belum lagi tubuhnya menjulang tinggi, dengan lekukan tubuh yang gagah. Bahkan blazer biru yang bagian tangannya ia lipat keatas terlihat cukup kekecilan ditubuhnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sosok itu. Baekhyun mengerjap masih setengah sadar, sebelum akhirnya jitakan Soojung membuat ia meringis.

"Yak! Bangun! Kenapa malah duduk disini? Kau memalukan sekali, aish!" Ucap Soojung kesal, sosok itu membulatkan matanya melihat sikap Soojung. Baekhyun bangkit perlahan masih dengan menatap kearah sosok di depannya.

"Baekhyun, Soojung!" suara ibunya membuat sosok itu menoleh dan ia menegakan tubuhnya. Baekhyun segera bangkit ketika tubuhnya ditarik paksa oleh adiknya yang tidak berperasaan.

"Ah, nyonya. Maafkan aku telah membuat putri anda terjatuh. Aku buru-buru dan tidak melihat jika ia sedang berjalan cepat." Ucap sosok itu meminta maaf. Soyou membulatkan mulutnya sejenak lalu mengangguk mengerti.

"Tidak apa-apa, putriku memang nakal. Dia pasti bermain-main dengan kakaknya." Ucap Soyou. Sosok itu mengangguk, lalu segera undur diri. Ketika berjalan dengan cepat, ia sempat melirik kearah Baekhyun dan Soojung lalu tersenyum dan sedikit memberi hormat. Baekhyun masih setengah sadar, dan kehilangan kesadarannya lagi ketika melihat senyuman tampan itu, sementara Soojung memaksa kepala kakaknya untuk menunduk.

"Isssh! Lepaskan! Kau tidak ada sopan-sopannya sama sekali denganku." Bentak Baekhyun sambil menghempaskan tangan Soojung.

"Soojung, kau tidak apa-apa?" tanya Soyou sedikit cemas ketika sudah di depan anak-anaknya. Soojung mengangkat satu alisnya.

"Yang kenapa-napa itu dia bu! Bukan aku. Sudah jalan seperti siput, lalu isi acara terjatuh segala." Ucap Soojung kesal, Baekhyun mendesis sebal. Soyou mengernyit.

"Tapi tadi dia bilang_putri?" suara Soyou mengecil diakhir sehingga tidak didengar oleh kedua anaknya, dan kemudian ia tersenyum melihat penampilan putranya yang memang terlihat cantik, bahkan jauh lebih cantik dari adiknya yang pada kenyataannya adalah perempuan.

"Ah! Ayo!" ucap Soyou berjalan mendahului. Ia meminta kedua anaknya menunggu di sebuah sofa, sementara ia berbicara pada bagian pusat informasi.

"Soojung-ah?"

"Hm?" gadis itu menyahut seadanya karena sedang memainkan ponselnya.

"Apa menurutmu lelaki tadi pasien disini?" tanya Baekhyun. Soojung menghentikan permainannya lalu mendongak.

"Aku rasa bukan, dia terlihat sehat untuk ukuran pasien. Mungkin dia adalah penjenguk yang menjenguk salah satu kerabatnya yang dirawat disini." Ucap Soojung, Baekhyun mengangguk.

"Yah, syukurlah. Aku tidak bisa membayangkan jika seandainya penyakitku parah dan aku harus dirawat dalam satu ruangan dengannya."

"Memangnya kenapa?" tanya Soojung.

"Dia terlalu tampan kau tahu? Dan aku tidak sanggup untuk mengatakan alasan aku dirawat padanya." Soojung terkekeh.

"Apa kau tertarik padanya?" tanya Soojung. Baekhyun mengedikkan bahu.

"Entahlah, tapi sejenak dunia terasa berhenti saat aku memandangnya." Ucap Baekhyun. Soojung berdecih.

"Dasar gay!"

"Diam kau!" bentak Baekhyun. Soojung memang sudah menebak jika kakaknya memiliki penyimpangan orientasi seksual, karena siapapun akan menebak seperti itu saat melihat Baekhyun. Ia juga sering mengatai kakaknya gay, dan menjodohkannya dengan beberapa teman lelaki di sekolahnya, namun ia hanya bercanda tidak dalam artian sesungguhnya mengharapkan kakaknya menjadi gay.

"Ayo!" Soyou memanggil kedua anaknya dan berjalan lebih dulu sambil membawa sebuah kartu registrasi yang baru ia dapat dari bagian administrasi.

Mereka berjalan dikoridor dan menuju sebuah elevator.

"Ibu, apa dokterku perempuan?" tanya Baekhyun saat mereka berada di dalam elevator. Soyou membuka sebuah kartu yang ia masukan di dalam kertas-kertas.

"Iya, sepertinya perempuan. Namanya Han Min-ah." Ucap Soyou, Baekhyun menghela nafas lega membuat Soojung menoleh.

"Kenapa kau senang? Bukankah seharusnya kau malu?" tanya Soojung. Baekhyun mengedikkan bahunya.

"Dengan wanita itu lebih baik, ketimbang sesama pria akan terasa aneh." Ucap Baekhyun malas, Soojung menggeleng heran.

"Apa dia tua ibu? Berapa usianya?" tanya Baekhyun lagi ketika pintu elevator terbuka.

"Ibu tidak tahu sayang. Disini hanya berisi, nama, ruangan, lantai dan nomer panggilanmu." Ucap Soyou sambil melangkah anggun dengan kaki jenjangnya. Baekhyun dan Soojung mengikuti dibelakang dan mereka berhenti saat melihat beberapa orang yang mengantri.

"Wah, cukup ramai juga." Ucap Soyou , sambil menatap antrian orang-orang yang duduk bahkan ada yang berdiri.

"Kau jangan berkecil hati sayang, lihat mereka!" ucap Soyou, Baekhyun tersenyum merasa mendapatkan semangat baru. Setidaknya ia tidak sendiri, dan itu membuat Baekhyun merasa sedikit lega.

"Iya , tapi belum tentu penyakit mereka sama. Tidak mungkin ada orang yang gatal-gatal dibagian an_"

"Diam! Atau aku tendang kau!" Baekhyun menutup mulut adiknya kesal. Soyou mendelik pada soojung dan gadis itu memilih diam. Soyou hanya tidak ingin putra sulungnya merajuk dan membatalkan rencana berobat mereka, karena sejujurnya Soyou sudah lelah mendengar omelan Baekhyun sejak kemarin malam.

"Duduklah !" Soyou memberikan dua kursi yang masih kosong untuk anaknya duduk, sementara ia bersandar pada dinding sambil bersidekap.

"Cukup ramai ya?" ucap Soyou pada salah seorang pasien yang juga mengantri, seorang wanita masih cukup muda, dengan riasan wajah yang menurut Soyou sedikit berlebihan hanya untuk berobat kerumah sakit.

"Iya, Dokter Park selalu ramai pasien." Ucap wanita itu. Soyou mengernyit dan kembali melihat kearah kartunya.

"Park? Bukankah nama dokternya Han Min-ah?" tanya Soyou lagi, wanita itu menoleh dan tersenyum cukup ramah.

"Dokter Han adalah ketua divisi, dia berada dalam satu tim dengan dokter Park. Kadang mereka berdua bersama , tapi dokter Han jarang ditempat , beliau lebih sering melakukan operasi." Ucap wanita itu, Soyou mengangguk sambil mengerutkan bibirnya.

Terkadang dalam satu tim yang sama, siapapun boleh berjaga sesuai atau tidak sesuai dengan jadwal mereka. Mungkin antara bagian administrasi dan divisi kurang komunikasi sehingga tidak tahu bahwa terjadi pertukaran shift, atau mungkin pertukaran itu hanya kesepakatan internal antara kedua dokter dalam satu tim tersebut. Soyou memaklumi itu dan tidak terlalu mempermasalahkannya.

"Anda seperti tahu banyak." Ucap Soyou.

"Hahaha, aku sering kemari."

"Benarkah? Oh pantas." Ucap Soyou lagi, tidak tahu harus mengomentari apa.

" Aku suka di rumah sakit ini, karena aku bisa memilih dokternya jika keduanya sedang berada di tempat. "

"Oh iya? Hehehe.. aku cukup awam untuk ini. Aku jarang datang ke rumah sakit, biasanya kami ke dokter praktek nya langsung. Lebih mudah dan praktis. Tapi berhubung ini cukup serius, aku rasa aku harus mengunjungi rumah sakit. Lalu antara dokter Park dan dokter Han mana yang lebih baik?" Ucap Soyou.

"Dokter Han lebih berpengalaman karena dia seorang senior, tapi dokter Park menjadi pilihan utama bagi yang sudah pernah bertemu dengannya."

"Kenapa? Apa dia hebat?"

"Anda akan melihatnya sendiri nanti." Ucap wanita itu, keduanya menoleh ketika melihat antrian mulai berkurang, dan kini tidak terlalu ramai, mereka terlalu asyik berbincang hingga tidak sadar pasien yang mengantri sudah mulai sedikit.

"Sebenarnya bukan aku yang berobat, tapi putraku." Ucap Soyou, wanita itu melirik kearah belakang Soyou.

"Putra? Yang berjaket coklat?" tanya wanita itu lagi, Soyou mengangguk.

"Iya, dia putraku."

"Ah, aku pikir dia seorang gadis diawal karena wajah kedua anakmu sama-sama cantik."

"Hm, yah. Anda tahu sendiri tentang gen dan semacamnya." Ucap Soyou. Wanita itu kembali mengangguk dan mereka kembali melanjutkan percakapan yang entah mengarah kemana.

Baekhyun melirik kearah Soojung yang sedang bermain di ponselnya dan ia menghela nafas malas.

"Ibu!" rengeknya, Soyou menghentikan acara rumpinya dan menoleh.

"Kenapa sayang? Apa gatalnya kambuh lagi?" Baekhyun menggeleng.

"Apa masih lama? Aku bosan." Ucap Baekhyun. Soyou tersenyum lalu mendekati putranya.

"Tidak. Sebentar lagi, dua orang lagi lalu giliranmu dan_ah lihat! Berkurang satu orang lagi." Ucap Soyou dan seketika menoleh ketika wanita yang tadi mengobrol dengannya memberi salam dan berjalan masuk ke dalam ruangan.

"Ibu. Apa nanti akan sakit?" tanya Baekhyun. Soyou tersenyum dan melepaskan tudung kepala jaket putranya.

"Tidak. Mungkin akan sedikit…eehmmm.. geli?" ucap Soyou, walau ia tidak tahu akan seperti apa nanti tapi ia tidak ingin membuat putra manjanya takut dan memilih urung.

Dua puluh menit kemudian, nama Baekhyun di panggil. Soyou menegakkan tubuhnya dan menyuruh Baekhyun masuk.

"Ibu tunggu disini!" ucap Soyou dan Baekhyun mengangguk, walau dia manja tapi dia tidak terlalu pengecut yang tidak bisa masuk seorang diri. Lagipula jika ibunya masuk, itu berarti Soojung juga masuk, dan itu juga berarti bahwa adik menyebalkannya akan menjadikannya bahan ledekkan sepanjang hari.

Pintu dibukakan oleh seorang perawat yang berjaga di depan dan bau khas obat-obatan dan alkohol menyapa penciuman Baekhyun, ia melangkah masuk dan mendapati ruangan yang serba putih.

"Silahkan masuk, dan anda bisa duduk!" ucap perawat itu sebelum akhirnya keluar lagi. Baekhyun mengedarkan pandangannya melihat ruangan yang cukup besar dengan dua bagian ruangan terpisah. Ada sebuah ruangan lain, dan ketika Baekhyun mengintip ruangannya persis sama.

"Oh, maaf membuat menunggu. Aku mencuci tanganku tadi." Tiba-tiba suara berat menyapa, Baekhyun menegang di tempat ia tidak berani menolehkan kepalanya kebelakang. Seingatnya ibunya berkata jika dokternya wanita, dan seorang wanita tidak mungkin memiliki suara berat dan rendah seperti yang baru saja ia dengar.

"Jadi." Sosok itu mengambil sebuah kartu yang berada paling atas dari tumpukan-tumpukan kartu serupa.

"Tuan Byun Baekhyun? Apa keluhan anda?" Baekhyun dapat menangkap sosok itu melalui sudut matanya sedang berjalan pelan memutari meja dan kini duduk dihadapanya. Baekhyun membulatkan matanya tidak percaya dengan sosok berjas putih yang kini duduk dihadapannya sambil tersenyum ramah.

"Bukankah kau ?" sosok itu menunjuk Baekhyun sambil mengernyit.

"... gadis yang ku tabrak tadi?" sambungnya. Baekhyun menelan ludahnya gugup, bahkan tubuhnya kaku hanya sekedar untuk mengangguk. Jemarinya meremas dengan kuat bagian luar jaketnya.

"Jadi, apa yang_"

"Maaf, sepertinya aku salah ruangan. Aku permisi." Baekhyun bangkit dan memberi hormat dengan terburu.

"Tunggu! Namamu Byun Baekhyun kan?" Tanya sosok itu. Baekhyun menghentikan langkah kakinya, sebuah tangan menyentuh pundaknya dan Baekhyun semakin menegang.

"Hei! Jangan takut! Aku berjanji akan melakukannya dengan perlahan. Aku tidak akan menyakitimu, jadi katakan apa keluhanmu?" tanya sosok itu, tubuh Baekhyun pasrah ketika kedua pundaknya ditekan untuk kembali duduk.

"A..aku…" wajah Baekhyun memerah, ini sungguh memalukan.

"A…aku…" bibir Baekhyun kelu. Sosok dokter itu masih mempertahankan senyumannya. Dinginnya suhu ruangan tidak membantu Baekhyun sama sekali, ia bahkan merasakan bulir-bulir keringat mulai timbul dikeningnya.

"Hmm… aku merasa gatal di..di…"

"Di?"

"Di..an…hhmmm…anusku." ucap Baekhyun cepat diakhir, dokter itu terdiam sebelum akhirnya terkekeh.

Ia yang semula sudah duduk segera bangkit, berjalan kearah ranjang dan duduk disana.

"Kemarilah!" ucap sosok itu. Baekhyun bangkit dan berjalan kesana. Dokter itu tersenyum, dia menarik ujung jaket Baekhyun hingga mendekat dan perlahan menurunkan resleting jaket Baekhyun.

"Jangan malu! Kau sudah berada di tempat yang benar." Ucap sosok itu.

"A..aku tidak malu."sergah Baekhyun ketika jaketnya sudah terlepas, dokter itu menatap wajah Baekhyun dengan sebuah senyuman yang Baekhyun berani bersumpah jika sekarang pasokan oksigennya berkurang karena melihat senyuman itu.

"Baiklah, Byun Baekhyun. Sekarang silahkan buka celana anda!" Ucap Dokter itu yang kini telah bangkit dari atas ranjang pemeriksaan dan berjalan kearah sebuah lemari kecil di dekat mejanya.

Dokter itu mengenakan sepasang sarung tangan sterile latex di kedua tangannya, menimbulkan bunyi ketika benda itu ditarik. Sang Dokter menoleh dan ia sempat terkejut melihat Baekhyun yang masih berdiri tertunduk sambil meremas celananya.

"Hei! Kenapa belum dilepas?" tanya Dokter itu lembut berbanding terbalik dengan suaranya yang berat. Baekhyun melirik sebentar sebelum dengan ragu membuka celananya, hingga terjatuh ke lantai.

"Naiklah Byun Baekhyun!" Dokter itu berjalan pelan sambil menarik sebuah meja besi beroda yang terdapat banyak peralatan.

"Silahkan buka celana dalam anda, lalu berbaring dengan posisi menungging!" Baekhyun sungguh malu, ia benar-benar menyesal telah mengikuti ucapan kedua sahabat bodohnya untuk pergi berobat. Ia juga kesal dengan ibunya yang memilih rumah sakit ini, ia bahkan kesal dengan Soojung yang sudah membuatnya bertabrakan dengan lelaki yang ternyata adalah dokternya. Yang sekarang akan melihat lubang anusnya.

Baekhyun bersumpah setelah ini ia tidak akan pernah mau mengikuti ajakan berlibur kedua sahabat bodohnya, dan tidak akan mendatangi rumah sakit ini.

Pertemuan pertama mereka diawali dengan sebuah tabrakan kecil yang hampir mirip dengan kejadian-kejadian di drama romantika yang suka ia tonton, namun pertemuan kedua mereka harus berakhir dengan ia yang menungging dan memperlihatkan anusnya yang gatal. Ini sungguh memalukan, dan Baekhyun benci hidupnya.

Baekhyun menundukan wajahnya, menguburnya dalam permukaan kasur. Kini Baekhyun merasakan tangan berkaret itu menyentuh pipi pantatnya, dan Baekhyun merinding. Rasanya aneh dan juga dingin, perlahan belahan pantatnya terbuka dan Baekhyun menutup matanya erat.

Ia tak merasakan pergerakan sama sekali, tapi ia tidak ingin menoleh untuk memastikan, dan ketika sebuah benda basah dan dingin menyentuh permukaan kulitnya Baekhyun menengang. Sensasi aneh yang ia rasakan membuatnya secara refleks meremas sprei dan jemari kakinya teremas kuat.

"Tenang! Aku sedang mengusapkan alcohol." Suara Dokter itu tidak membantu sama sekali, malah semakin membuat Baekhyun merasakan perutnya terpelintir kuat.

Gerakan memutar dari kapas beralkohol itu membuat Baekhyun tanpa sengaja mengetatkan kerutan anusnya. Gerakan itu terhenti dan kapas itu terangkat, Baekhyun mendengar suara dentingan besi yang berarti dokter itu sudah selesai dengan kegiatannya.

Ketika akan menoleh Baekhyun kembali menegang saat merasakan sebuah usapan lembut di sekitar anusnya, dan rasanya dingin namun sedikit lengket. Baekhyun menutup matanya, berharap pemeriksaan itu cepat selesai. Menit-menit berlalu dan Baekhyun masih merasakan gerakan-gerakan pada sekitar lubang anus perawannya, dan itu semakin membuatnya ingin mengubur kedua temannya hidup-hidup di halaman belakang rumahnya.

"Baiklah! Sudah selesai." Ucap dokter itu dan segera bangkit. Baekhyun mendesah lega, ia segera menaikkan celana dalamnya dengan cepat, menoleh kesamping dan dokter itu sedang disibukkan dengan perlatannya, dengan cepat Baekhyun memakai celananya.

Baekhyun duduk diatas ranjang, sambil memandang dokter yang kini berjalan kearah mejanya setelah melepas sarung tangannya. Baekhyun segera turun dan duduk di tempat semula.

"Kau mengalami iritasi akibat gesekan benda." Ucap sang dokter. Baekhyun mengangguk ragu.

"Apa tidak ada binatang yang berkembang di dalam anusku?" Dokter itu tertawa dan menggeleng pelan.

"Tidak. Memangnya kenapa? Apa kau baru saja berpergian kesuatu tempat?"

"Ya, aku dan teman-temanku berlibur ke pantai. Setelah dari pantai, malam harinya aku merasa gatal pada anusku." Ucap Baekhyun.

"Ya, itu karena iritasi. Kemungkinan karena pasir-pasir pantai masuk kedalam sana, jadi saat celana renangmu bergesekan dengan permukaan bokongmu akan menyebabkan iritasi." Dokter itu kembali tersenyum, Baekhyun mengangguk.

"Jadi apa ini tidak parah?"

"Hmm, tidak terlalu parah untuk dirujuk ke proctologist ." Baekhyun menghela nafas. Dokter itu mengambil sebuah buku resep dan mulai menuliskan beberapa keterangan.

"Berapa usiamu Baekhyun?" tanya sang dokter tanpa melihat Baekhyun.

" Aku 17 tahun."

"Benarkah?" dokter itu mengangkat wajahnya membuat Baekhyun menelan ludahnya gugup. "Aku pikir kau masih duduk di tingkat menengah pertama. Dan percaya atau tidak, saat menabrakmu tadi aku pikir kau adalah anak perempuan, tapi…" Baekhyun membulatkan matanya menantikan kelanjutan ucapan sang dokter.

"Melihat belalai kecilmu aku mematahkan asumsi itu." Baekhyun mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan maksud belalai hingga ia tersadar arti kata 'belalai'. Tidak! Baekhyun melotot horror, itu artinya dokter di hadapanya telah melihat miliknya.

Pertama anus dan sekarang penisnya, ini sungguh memalukan. Baekhyun bahkan ingin mengubur dirinya hidup-hidup juga sekarang.

"Kau cantik untuk ukuran laki-laki." Baekhyun yang tersadar dari lamunanya menoleh, ia memang melamun tapi ia masih mendengar dengan jelas ucapan dokter itu.

"Cantik?" pipi Baekhyun bersemu.

"Hm. Kau cantik, itu kenapa aku pikir kau adalah perempuan diawal. Maafkan aku." Dokter itu kembali melanjutkan menulis.

"Hm, ini." Sebuah kertas diserahkan pada Baekhyun.

"Kau harus menebus ini dibagian farmasi. Ini adalah resep salep antiiritan untukmu, dan juga salep penahan gatal. Oleskan tiga kali sehari setelah dibersihkan. Untuk sementara hindari menggunakan celana terlalu ketat, dan usahakan menjaga kebersihan. Aku tidak memberimu obat oral, karena ini hanya iritasi dibagian permukaan kulit." Baekhyun mengangguk, ia bernafas lega setelah ini ia akan segera keluar dari ruangan ini dan tak akan sudi untuk kembali.

Baekhyun akan melupakan cinta pertamanya, yang mana adalah cinta pada pandangan pertama juga.

"Setelah itu, tiga hari lagi kau harus kesini untuk memeriksa ulang!"

"Apa?" Baekhyun melototkan matanya.

"Kenapa?"

"Tapi..tapi…"

"Aku harus memastikan jika iritasinya sudah mereda dan obatnya bekerja dengan efektif karena jika tidak memberikan efek aku harus menggantinya atau paling tidak meninggikan dosisnya."

"I..itu berarti aku harus membuka celanaku lagi?" tanya Baekhyun ragu, dokter itu terkekeh lalu mengangguk.

"Ada apa? Apa kau malu?" Baekhyun ingin berteriak di depan wajah sang dokter , jika ia merasa amat –sangat- malu. Orang normal mana yang tidak malu harus menungging memperlihatkan lubang anusnya yang gatal pada orang yang menjadi cinta pertamanya. Tuhan sungguh tidak adil.

"Hm.. i…itu…" Baekhyun menundukan kepalanya, mencoba mencari alasan agar dokter di hadapannya membatalkan pertemuan itu.

"Aku tidak terlalu suka pergi ke rumah sakit. Lagipula tiga hari lagi ibu dan ayahku ke luar kota, jadi tidak ada yang bisa mengantarku kemari."

"Tidak masalah. Kau tidak harus datang ke rumah sakit ini." Baekhyun bersorak dalam hati, ia memang memiliki bakat akting. Seharusnya ia menjadi seorang aktor kelak.

"Ini." Dokter itu memberikan sebuah kartu, Baekhyun menerima dan membaca kartu yang ternyata sebuah kartu nama.

"Apa ini?"

"Kartu namaku, dan disana ada alamat tempat praktekku. Aku membuka praktek setelah aku usai berkerja di rumah sakit. Kau bisa datang kesana. Tiga hari lagi jam 5 sore, aku akan menunggumu Byun Baekhyun. Pastikan kau datang!"

JEDEEERRRR!

Bagaikan disambar petir disiang hari, Baekhyun merasakan jiwanya tercabut mendadak. Matanya menatap syok kearah sosok dihadapannya.

" Dan kau tidak membutuhkan kartu identitas oraangtuamu disana, jadi kau bisa datang seorang diri. Dan, oh aku lupa memperkenalkan nama. Aku Park Chanyeol, senang bisa mengenalmu Byun Baekhyun." Baekhyun masih terdiam di tempat tidak berkutik sama sekali.

..

.

Soyou melirik kearah Soojung yang berada disampingnya lalu keduanya sama-sama melirik kearah sosok Baekhyun yang berjalan di depannya dengan gelagat aneh. Sejak keluar dari ruang Dokter Park , wajah Baekhyun berubah cemberut dan suasana hatinya memburuk, ia bahkan tidak menjawab pertanyaan Soyou ketika ditanyai tentang keadaannya.

Itu berlanjut hingga mereka sampai di rumah. Soyou yang geram melihat sikap putranya berteriak kesal.

"Yak! Apa yang terjadi Byun Baekhyun?" teriak Soyou saat putranya itu melepas sepatunya dengan asal, bahkan sedikit menendang hingga sepatunya terlempar dan nyaris mengenai kepalanya.

"Aku tidak tahu!" bentak Baekhyun kesal dan berjalan cepat kearah kamarnya. Soyou yang geram menarik tangan putranya, membaliknya cepat dan ia terkejut melihat wajah Baekhyun memerah dengan mata berkaca-kaca.

"Kata ibu dokternya seorang perempuan, kata ibu aku tidak akan malu memperlihatkan anusku pada dokter itu. Tapi nyatanya aku malu ibu, aku malu. Dia melihat lubang anusku , dia menyentuhnya dan sekarang….hiksss…" Baekhyun menundukan wajahnya. Soyou menghela nafas pelan, putranya memang akan selalu menangis ketika sedih, marah maupun kesal.

Soojung yang melihat dari tempatnya berdiri , hanya menatap datar kearah kakak laki-lakinya, yang baginya terlalu mendramatisir. Itu hanya sebuah pemeriksaan kecil dan ia menangis hanya karena anusnya dilihat, kakaknya bahkan seorang laki-laki. Laki-laki, Soojung menggaris bawahi kata itu.

"Aku malu ibu. Hiks… kalian memaksaku berobat, ini salah kalian." Baekhyun terisak.

"Hei! Jangan berlebihan sayang! Kau tidak usah malu, lagipula kau tidak akan bertemu dengannya lagi, memang ada apa dengan dokter itu?" tanya Soyou bingung.

"Apanya yang tidak bertemu, tiga hari lagi aku harus melakukan pemeriksaan dengannya. Bahkan ia sudah mengaturkan jam pertemuan kami."

"Ya sudah, kau tinggal kesana saja lagi. Kenapa kau mempermasalahkannya sih?" tanya Soyou santai, baginya Baekhyun sungguh berlebihan.

"Hiks.. ibu tidak akan tahu dan ibu tidak akan pernah mengerti aku. Aku butuh ayah. Huweee.." Baekhyun berlari kearah kamarnya dan membanting pintu.

"Ibu, apa sih yang ibu idamkan dulu hingga melahirkan anak sepertinya. Dia terlalu berlebihan untuk ukuran seorang lelaki bu." Ucap Soojung. Soyou menaikkan satu sudut bibirnya dengan dahi berkerut.

"Ibu bahkan tidak menangis seperti itu saat nenekmu memotong pendek rambut ibu secara paksa." Ucap Soyou lalu tertawa dan memilih berjalan ke kamarnya.

..

.

Minho menghela nafas ketika menuruni anak tangga, Soyou yang sejak tadi menantikan kabar gembira dari suaminya ikut menghela nafas kecewa. Wanita cantik itu membanting tubuhnya keatas sofa, diikuti oleh Minho yang mengambil duduk disamping istrinya.

"Dia bahkan tidak membukakanku pintu." Ucap Minho yang masih berbalut kemeja kerjanya. Ketika pulang dengan sekotak es krim stroberi dan cup cake stroberi kesukaan Baekhyun, Minho tidak mendapatkan sambutan hangat dari putra manjanya seperti biasa. Hanya ada Soyou seorang diri dan Soojung yang memang lebih suka berada di dalam kamar setelah makan malam.

"Setidaknya dia menjawab panggilanmu. Dia bahkan tidak mengatakan apa-apa ketika aku membujuknya untuk makan malam." Ucap Soyou dengan suara lelah. Sejak tadi wanita itu sudah melakukan segala upaya agar putranya mau membukakan pintu kamar.

"Sepertinya dia sangat marah. Bahkan dia tidak ingin memakan es krim stroberi kesukaannya." Ucap Minho sambil melonggarkan dasinya.

"Aku tidak mengerti dengannya, itu hanya pemeriksaan kecil dan dia bertingkah seperti seseorang yang baru saja patah hati. Bagaimana_yak! Soojung-ah kau mau kemana malam-malam begini?" tanya Soyou ketika melihat putrinya menuruni anak tangga dengan pakaian rapi.

"Aku pergi kerumah temanku sebentar ibu, dan oh! Hai ayah." Sapa Soojung pada Minho, Soojung memang tidak terlalu dekat dengan Minho karena gadis itu lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sangat jarang bertemu ayahnya, lagipula ia tidak suka bergelayut manja pada ayahnya seperti apa yang kakak laki-lakinya lakukan.

"Ini sudah malam. Tidak baik bila_"

"Aku sudah 14 ibu. Jika ibu lupa, aku bukan anak kecil lagi." Ucap Soojung malas.

"Seingat ibu, 14 tahun masih terhitung harus berada dalam pengawasan orangtua. Terlebih kau adalah perempuan dan ini adalah Seoul, kota besar dengan kemungkinan besar kriminalitas bisa terjadi."

"Aku tahu. Tapi aku bisa bela diri. Ibu bahkan pergi berkencan ketika ibu berusia 13 tahun dengan mengendap-endap" ucap Soojung. Soyou menegakkan tubuhnya dengan mata melotot.

"Jangan tanya aku tahu darimana, aku dan nenek cukup dekat." Ucap Soojung tidak mau kalah, Soyou sudah akan bangkit dan menjewer telinga putrinya jika saja Minho tidak menahan tangannya.

"Biarkan saja. Lagipula ini belum melewati jam malamnya. Sejam lagi kau sudah harus berada di rumah, bisakah kau menjanjikan itu?" ucap Minho. Soojung tersenyum sumringah lalu menaikkan telapak tangan kanannya.

"Aku Byun Soojung bersumpah akan pulang sebelum pukul 9." Ucap gadis itu lantang. Ia tahu ayahnya akan membelanya, ayah mereka ibarat malaikat di dalam rumah.

Soyou kembali terduduk dengan tangan disilangkan di depan dada, ia marah dengan sikap suaminya.

"Aku berangkat ayah, ibu." Ucap Soojung lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Kau selalu seperti itu, kau terlalu memanjakan mereka." Ucap Soyou kesal.

"Aku tidak memanjakan mereka, aku hanya memberikan mereka kepercayaan dan mengajarkan mereka arti tanggung jawab. Lagipula Soojung juara bertahan karate tingkat sekolah, kita tidak usah terlalu mengkhawatirkannya." Ucap Minho sambil memeluk pinggang istrinya, Soyou menghela nafas pelan.

"Lalu bagaimana dengan putra kita?" tanya Soyou sambil melihat kearah tangga.

"Aku masih memikirkan cara."

..

.

Soyou melirik dua orang lelaki berseragam yang kini duduk di meja dekat dapur dengan wajah cemberut sambil menyedot minuman berasa mereka tanpa minat.

"Jangan terlalu dipikirkan. Bibi dan Paman telah mencoba semalaman penuh dan pintu itu tidak pernah terbuka." Ucap Soyou sambil memasukan dua potong roti ke dalam mesin pemanggang.

"Aku hanya merasa bersalah padanya Bi, aku yang memiliki ide untuk berlibur ke pantai dekat desa nenekku." Ucap Jongdae dengan wajah lesu. Kyungsoo melirik sahabatnya dan ikut menghela nafas.

"Itu bukan salahmu sepenuhnya Jongdae-ah, dia hanya sedang sial."

"Dan aku juga menyesal Bi, telah menceritkan kisah itu pada Baekhyun, hingga ia setuju untuk berobat kerumah sakit. Aku hanya ingin dia berobat, tidak lebih." Kini Kyungsoo yang memajukan bibirnya dengan ujung sedotan masih menempel pada permukaan bibirnya.

"Seharusnya aku berterima kasih padamu Kyungsoo-ah, berkatmu Baekhyun mau berobat. Sebenarnya bibi tidak mengerti, ia merajuk seperti itu sejak pulang dari rumah sakit." Ucap Soyou yang kini memecahkan dua butir telur dan menggorengnya.

"Memangnya apa yang terjadi di rumah sakit Bi?" tanya Kyungsoo penasaran.

"Bibi tidak terlalu yakin, tapi Baekhyun mengungkit masalah dokter yang menanganinya, ia berkata dia malu karena dokter itu melihat anusnya. Lucu sekali, tentu saja dokter itu harus melihat anusnya karena alerginya berada pada bagian itu, kadang bibi tidak mengerti dengan sifat cengengnya." Ucap Soyou sambil mengiris bawang Bombay dan memasukannya ke dalam roti panggang yang sudah berisi telur goreng.

"Hm, apa dokternya laki-laki?" tanya Jongdae dan Soyou mengangguk sambil menuangkan saos dan mayonise keatas dua buah sandwich buatannya.

"Apa masih muda?" tanya Kyungsoo. Soyou mengedikkan bahu sambil meletakkan dua piring sandwich dihadapan sahabat-sahabat putranya.

"Bibi tidak tahu karena bibi tidak ikut masuk. Memangnya kenapa?" tanya Soyou, Jongdae dan Kyungsoo saling toleh dengan tatapan yang sulit diartikan. Mereka memiliki firasat jika acara merajuk Baekhyun ada sangkut pautnya dengan dokter yang menanganinya. Hanya saja kedua lelaki itu tidak mungkin mengatakan pada Soyou, jika putra sulung manjanya adalah seorang ,gay.

..

.

Baekhyun duduk di dalam kamarnya dengan wajah ditekuk, ia bahkan belum mandi sejak pulang dari rumah sakit kemarin. Ia juga menolak makan malam dan sarapan yang ditawarkan ibunya, karena untungnya ia telah menyimpan berbungkus-bungkus snacks di dalam lemari pakaiannya, yang ia simpan dengan baik sebelum adik menyebalkannya mengambil alih bungkusan-bungkusan nikmat itu.

Baekhyun masih kesal dengan kejadian kemarin, dan seorang Byun Baekhyun akan menyebarkan kekesalannya pada semua orang termasuk yang tidak bersalah sekalipun, seperti ayahnya. Ia hanya mencari-cari kesalahan orang tersebut agar memiliki alasan untuk marah.

"Baekhyun, kau harus makan sayang. Ibu benar-benar tidak menyukai sikapmu yang seperti ini." Ucap Soyou dari balik pintu. Baekhyun melirik kearah pintu dengan kesal.

"Ya sudah jangan urusi aku bila ibu tidak menyukai sikapku, atau kirim aku kembali kerumah sakit itu agar aku bisa menungging dan memperlihatkan anusku ke dokter sialan itu." Ucap Baekhyun.

"Yak! Baekhyun! Sebenarnya apa yang terjadi? Apa dokter itu berbuat macam-macam padamu?" bentak Soyou.

"Aku tidak tahu. Dan aku tidak peduli." Bentak Baekhyun lalu menenggelamkan kepalanya pada bantal dan mulai merengek seperti bayi raksasa.

Tanpa Baekhyun sadari ia jatuh tertidur untuk beberapa jam ke depan, dan rasa gatal yang muncul membuatnya terbangun. Ia segera meraih salep yang ia terima dari dokter Park, dan berlari ke dalam kamar mandi.

Ketika selesai dengan urusannya, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Dengan malas Baekhyun mengeceknya, dan itu ternyata adalah pesan dari nomer adiknya.

"Keluar dari kamarmu dan berhenti merajuk seperti anak gadis! Demi Tuhan, ibu dan ayah berkata akan mendatangi dokter yang menanganimu karena curiga kau telah dilecehkan. Aku tahu itu tidak mungkin karena kau sama sekali tidak menarik, tapi Demi anus gatalmu, KELUAR DARI DALAM KAMARMU BODOH!"

Mata Baekhyun membola ketika melihat sederet pesan yang lebih seperti deretan umpatan di layar ponselnya, dengan segera ia melompat dari atas ranjang dan berjalan kearah pintu, kaki mungilnya menuruni anak tangga dengan cepat dan ia mendapati ibu dan ayahnya dengan pakaian rapi dan bersiap-siap untuk berangkat.

"Baekhyun?" tanya Soyou sedikit terkejut melihat putra sulungnya berdiri di ruang tamu dengan wajah cemas.

"Ibu, ayah. Dokter Park tidak melecehkanku." Ucap Baekhyun lantang, membuat dua orang dewasa di depannya mengernyitkan dahi.

Baekhyun menggeram emosi dan bersumpah akan membakar seluruh koleksi film action milik Soojung karena adiknya itu telah mengerjainya. Baekhyun bahkan masih ingat dengan jelas bagaimana ayah dan ibunya yang akan berangkat untuk menghadiri pesta pertemuan yang diadakan perusahaan ayahnya tertawa seperti orang gila karena menganggap dirinya terlalu berlebihan.

"Kau berlebihan sayang. Dokter Park tidak mungkin melecehkanmu, kau laki-laki dan dia adalah pria tampan yang dikelilingi banyak wanita." Itu adalah ucapan ayahnya yang mengetahui Dokter Park melalui teman kantornya. Baekhyun masih ingat dengan jelas, dan kini ia memandang kesal kearah kedua orangtuanya yang masih tertawa di depannya, walau kini mereka tengah duduk berhadapan di sofa ruang tengah.

"Jadi kau merajuk hanya karena dokter yang menanganimu adalah Dokter yang tampan? Baekhyun, kenapa kau begitu berlebihan sayang?" Baekhyun menatap tajam kearah ibunya yang tertawa seperti iblis.

"Aku tidak berkata begitu." Bentak Baekhyun.

"Kyungsoo yang mengatakannya, katanya dia telah mencari tahu tentang Dokter Park, dan dia juga berkata jika kau sedikit terobsesi dengan pria tampan karena kau tidak bisa menjadi tampan. Hahahaha.. kau benar-benar lucu."

"Terus saja tertawa, terus tertawai aku sampai kalian puas. Aku_" Baekhyun terdiam ketika rasa gatal itu mulai menyerang, sial obatnya bekerja dan Baekhyun membenci bagaimana gel itu bergerak-gerak di dalam anusnya.

"Aku kembali ke kamar." Ucap Baekhyun yang menaikki tangga sambil menghentak-hentakan kakinya. Baekhyun membanting pintu kamar, dan ketika akan mengunci pintu matanya melotot lalu rahangnya mengeras.

"BYUN SOOJUNGGGGG" teriaknya kencang. Soojung melempar kunci kamar Baekhyun dari atas tangga dan Soyou menangkapnya dengan cepat, ia bahkan mengacungkan ibu jarinya pada putrinya dan tersenyum senang.

Soojung menempuk tangannya dan tersenyum bangga, ia melakukannya bukan tanpa alasan, tapi karena imbalan besar yang ibunya berikan padanya. Kenaikan uang bulanan, dan hadiah skateboard baru dari ayahnya.

..

.

Baekhyun menatap sebuah gedung berlantai tiga di depannya sambil mencocokan alamat yang sedang ia pegang. Ia masih marah pada kedua orangtua dan adiknya, untuk itu ia tidak meminta bantuan mereka untuk mengantarkannya kembali memeriksakan keadaan. Dan juga tidak sudi meminta tolong pada kedua sahabat pengkhianatnya yang lebih berpihak pada ibunya ketimbang dirinya.

Jadi, disini Baekhyun sekarang. Ia melangkah mendekat ke pintu kaca di bagian terbawah gedung. Ia mendorong pintu kaca tersebut dan aroma obat-obatan tercium dengan jelas, sama seperti ketika ia memasuki rumah sakit.

Baekhyun melihat ke sekeliling dan tempat itu nampak sepi, hingga seorang wanita resepsionis yang muncul tiba-tiba dari balik meja tinggi di hadapan Baekhyun.

"Oh, maaf tapi kami sudah tutup." Ucap wanita itu sambil tersenyum ramah. Baekhyun mengerutkan keningnya.

"Tapi dokter Park memintaku datang pukul lima sore tiga hari yang lalu" ucap Baekhyun. Wanita itu mengernyit lalu segera meraih gagang telpon dan mendial panggilan cepat.

"Selamat sore Tuan, Tuan ada seorang anak laki-laki mencari anda , namanya.. Ehm! Siapa namamu anak muda? " tanya wanita itu pada Baekhyun sambil menutup gagang telponnya dengan telapak tangan.

"Byun Baekhyun."

"Oh, namanya Byun Baekhyun, katanya dia memiliki janji dengan anda, dan ….oh, baik. Baiklah. Ehm, apa aku boleh… oh, terima kasih Tuan terima kasih banyak." Ucap wanita itu lalu mematikan panggilannya.

"Silahkan ikut aku!" ucap wanita itu dan keluar dari tempatnya, ia berjalan mendahului Baekhyun dan membawa kaki mereka menapaki koridor pendek hingga berhenti pada sebuah pintu berwarna putih.

"Masuk dan tunggulah di dalam, Dokter Park akan segera turun sebentar lagi." Ucap wanita itu.

"Turun?" tanya Baekhyun.

"Dia tinggal di lantai tiga gedung ini." Dan Baekhyun mengangguk mengerti, lalu membiarkan wanita itu undur diri.

Baekhyun melangkah masuk dan melihat kesekitar, ruangan itu tidak jauh berbeda dengan ruangan di rumah sakit hanya saja terlihat lebih santai dan nyaman, aromanya tidak terlalu menyengat dan aroma parfum yang Baekhyun yakini adalah aroma parfum Dokter itu cukup kuat, dan benar saja karena sebuah jas berwarna putih tergantung rapi di sudut ruangan.

Ceklek

Pintu terbuka dan Baekhyun mendengar suara langkah kaki yang mendekat, Baekhyun merasa jantungnya berdetak kencang dan tubuhnya mendadak kaku hanya sekedar untuk berbalik badan.

"Hei, Baekhyun." Sapa suara berat itu, Baekhyun mengerahkan seluruh tenaganya untuk berbalik dan matanya membulat. Dokter itu terlihat lebih menawan dan lebih muda. Ia tidak mengenakan kemeja lengan panjang dan celana hitam kain seperti pertama kali mereka bertemu, saat ini Dokter itu hanya mengenakan celana jeans panjang berwarna hitam dan baju turtle neck berwarna coklat muda, membuatnya terlihat jauh lebih casual dan tentu saja tampan.

"Ehm, hei Dokter Park." Ucap Baekhyun sedikit gugup, namun ia mencoba terlihat tenang.

"Silahkan duduk!" ucap Chanyeol dan ia juga berjalan untuk mengambil duduk dikursinya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Chanyeol ramah, Baekhyun mencoba mengurangi kontak mata antara mereka, karena demi apapun Baekhyun sungguh merasa malu.

"Ehm, jauh lebih baik."

"Apa masih gatal?"

"Tidak Dokter, gatalnya sudah hilang." Ucap Baekhyun, Dokter itu mengangguk.

"Karena itu kau mengenakan celana jeans ketat?" Baekhyun menundukan arah pandangnya untuk melihat celananya yang ia kenakan, dan ia baru tersadar dengan celana yang ia kenakan, ia hanya mengambil secara acak tadi, dan tidak menyangka jika Dokter tampan itu menyadarinya.

"Ehm, itu.. aku pikir aku sudah bisa…ehm…"

"Baiklah, mari kita periksa." Ucap Chanyeol yang segera bangkit. Baekhyun bangkit dengan ragu dan berjalan kearah ranjang pemeriksaan. Baekhyun melepas jaketnya dan meletakkannya diatas kursi.

Baekhyun membuka celananya, ketika dokter itu menarik meja berodanya mendekat. Baekhyun menaikki ranjang dan menungging, sebelumnya Baekhyun sempat melirik kebelakang dan ia mengernyit heran karena Dokter itu tidak mengenakan sarung tangan Sterile latexnya dan juga masker seperti biasa, mungkin Dokter itu lupa atau kehabisan stock.

Baekhyun dapat merasakan celana dalamnya diturunkan dan belahan pantatnya dibuka, kembali ia merasakan olesan alkohol dingin pada sekitar anusnya, dan ia tidak merasakan perih seperti saat kali pertama.

"Iritasinya sudah mereda dan tidak meninggalkan bekas. Ini bagus, obat itu bekerja dengan baik." Ucap Chanyeol dan Baekhyun mengangguk.

"Apa bagian ini sakit?" tanya Chanyeol ketika jemarinya menekan salah satu bagian dari anus Baekhyun dan Baekhyun menggeleng.

"Ini?" bagian lain dan Baekhyun kembali menggeleng.

"Kalau yang ini?"

"Tidak Dok."

"Baiklah, bagaimana dengan yang ini?" Baekhyun menegang ketika merasakan sesuatu mengganjal lubang analnya. Sesuatu yang terasa hangat tapi keras, dan Baekhyun tahu itu adalah jari Dokter Park.

"Dok..eehhhm…" Baekhyun menggigit bibir bawahnya.

"Kenapa Baekhyun?" tanya sang dokter. Baekhyun menggeleng pelan sambil menenggelamkan wajahnya.

"Apa disini sakit?" tanya Chanyeol lagi sambil mendorong jemarinya semakin dalam.

"Aaahh.. .." Baekhyun merutuki bibirnya yang mengeluarkan suara yang aneh.

"Kenapa Baekhyun?"

"Ge…gelihhh." Ucap Baekhyun.

"Geli?" Dokter itu menaikkan satu alisnya.

"Bagaimana dengan ini?" sejenak Baekhyun merasa lega karena jemari itu terlepas dari lubangnya, namun seketika tubuhnya menegang ketika merasakan benda hangat dan basah yang menyentuh lubang analnya, Baekhyun mendongak dan menoleh kebelakang untuk memastikan benda apa yang sedang membasahi dan bergerak-gerak disekitar lubangnya, hingga matanya melotot .

Wajah Dokter itu tenggelam didalam belahan pantatnya, dan parahnya Dokter tampan itu sedang menjilati pantatnya.

"Dok..Dokter…aaahh… geliihhh."

TBC or END ?

Maaf untuk typo nya, dan semoga kalian suka. Ini hanya Ff selingan, seperti yang aku bilang cuma untuk cemilan jadi gak lebih dari 5 chapter, tapi tergantung kalian juga sih mau dilanjut atau nggak wkwkwkw, aku gak maksa toh Ff ini jugaan Ff lama yang udah berjamur di dalam laptop wkwkwkw, kasian juga kalo gak di publish.

Ini rated M, of course di next chap ( kalo mau lanjut ) bakal ada adegan ranjangnya, jadi kalau kalian gak suka dan ngerasa aneh silahkan jangan lanjut baca, wkwkwkw..

Untuk DBM bakal tetep lanjut kok jangan khawatir , cuma berhubung status aku hiatus jadi aku aku gak sempet untuk lanjutin ngetik. Buat yang rajin chat jangan khawatir ya, aku tahu kok rasanya nungguin Ff yang disuka, aku tahu gimana gregetan dan penasarannya sama Ff yang lagi gantung, wkwkwkw tapi aku janji gak bakal gantung kalian lama-lama, karena apa? karena masa liburan aku udah nyaris berakhir. Sedih sih, tapi yah mau gimana lagi.

Mungkin kalau berkenan bisa tinggalkan review, supaya aku tahu kalau Ff ini diharapkan atau nggak wkwkwkw..

See you in next Ff and chapter guys, Love you !

Jaga kesehatan dan salam Chanbaek is real :)