Disclaimer : Naruto - Masashi Kishimoto

LOVE & CAREER

Chapter 1

Bad Luck


TOKYO, 10.07 AM.

Gedung-gedung pencakar langit menghiasi ibukota negeri matahari terbit, ya tentu saja Tokyo. Kota Tokyo merupakan salah satu kota metropolitan terbesar dengan jumlah penduduk sekitar 33 juta jiwa tersebut. Kota itu bahkan dijuluki "kota yang tak pernah tidur", karena penduduknya yang setiap hari sibuk menjalankan aktivitasnya hingga lupa waktu. Salah satunya Haruno Sakura.

Wanita berumur 25 tahun itu sedang sibuk melakukan fitting dengan salah satu model. Mata emerald-nya beberapa kali melirik kertas desain yang dipegangnya. Memastikan apakah sketsa desainnya telah sesuai dengan ekspetasinya atau tidak. Tangan kanannya cekatan memperbaiki ujung dress tersebut. Akhirnya setelah setengah jam lebih, senyuman menghiasi wajah cantiknya. Itu artinya fitting-nya berhasil. Yeah!

Sakura adalah lulusan Fashion Design dari University of Westminter. Sebelumnya Sakura pernah mengambil studi Fashion Journalism di London Collage of Fashion. Setelah menyelesaikan studinya di negara dengan julukan "The Black Country" itu, dia kembali ke Jepang dan mengikuti Fashion Design Competition, dia berhasil meraih best womanswear. Hal itulah yang menarik perhatian Deidara untuk merekrut Sakura sebagai asistennya.

Sakura sudah hampir setahun tinggal di Tokyo bersama nenek dan kakaknya. Sebelumnya, saat sakura berusia 14 tahun, ayahnya mendapatkan promosi kerja ke London. Dia dan kedua orangtuanya pindah ke London. Sedangkan kakaknya, Sasori, tidak ikut pindah ke London karena dia ingin menemani neneknya di Tokyo.

"Sakura, bagaimana fitting-nya tadi? Berjalan lancar?" Suara Deidara mengagetkan Sakura yang sedang asik mewarnai koleksi desainnya. Deidara adalah salah satu famous fashion designer di Jepang. Setiap pakaian rancangannya yang terkenal detailing dan clean itu sangat pemikat para penikmat mode.

"Ya, berjalan dengan baik, Deidara-san." Sakura tersenyum puas. "Oh iya, aku sudah menelpon Tsunade-sama kalau dress-nya sudah oke. Jadi lusa sudah bisa melakukan pemotretan."

"Aku memang tidak salah memilihmu." Deidara mengacungkan jempolnya.

"Tapi, bukan Ino yang menjadi modelnya."

"Hah!? Bukannya Tsunade bilang kalau Ino yang akan jadi modelnya. Kenapa dia tidak menelponku." Deidara kaget dan tangannya langsung menyambar smartphone-nya.

"Aahh, Deidara-san! Tunggu dulu! Tadi Tsunade-sama sudah menelponmu berkali-kali. Tapi kau mengabaikannya."

"Aku tadi sedang meeting untuk persiapan Fashion Week Fall/Winter. Aku tidak sempat mengecek ponselku. Padahal aku sangat senang kalau Ino yang menjadi modelnya. Haaa... Nilai seniku jadi berkurang. Kau tahu, desain dress yang aku buat itu hanya cocok dipakai Ino. Aku memikirkan desainnya sambil membayangkan wajah Ino. Hanya Ino yang bisa membuat dress itu meledakkan mata pembaca " Deidara memonyongkan bibirnya.

"Tadi Tsunade-sama sudah mengkonfirmasi kalau Ino masih belum bisa meninggalkan rumah sakit. Lagian pemotretan juga tidak bisa diundur. Semua jadwal sudah diatur. Aku juga berharap Ino yang jadi modelnya. Ya mau gimana lagi, temanku itu terlalu sibuk akhir-akhir ini sampai mengabaikan kesehatannya." Sakura juga sedikit menyesal.

"Ah sudahlah! Lupakan itu! Sakura, untuk Fashion Week Fall/Winter nanti aku berencana mengambil inspirasi dari xray. Nantinya akan ada 35 koleksi. Aku akan membuat 25 design collections, dan sisanya kau. Aku akan memikirkan collage-nya nanti. Aku berharap para undangan akan meledak-ledak melihat karya seniku yang indah! Dan kemudian mengagung-agungkan namaku. HAHAHA...!" Deidara terbahak-bahak sambil menari-nari. Sakura hanya melongo melihat tingkah Deidara yang tadinya kesal seketika tertawa keras.

Mungkin dia sudah gila?

.

TOKYO 09.57 PM

"Tadaima," sahut Sakura membuka pintu rumahnya. Kemudian melepas Ankle boots-nya dan meletakkannya di rak sepatu.

"Kau baru pulang jam segini?! Kau kemana saja?! Aku kan sudah bilang jemput aku di bandara jam 4 sore!" Sasori langsung mengomel tanpa membalas salam Sakura.

"Aku lupa dan ponselku habis baterai. Maaf yah, kak. Hehehe. Ngomong-ngomong siapa yang menjemputmu?" Sakura menyengir.

"Kau ini! Benar-benar menyebalkan! Kau membuat aku kerepotan membawa pesananmu. Koperku bahkan sampai tidak muat membawa seluruh pesananmu. Kau pikir aku kurir barang! Ditambah lagi kau tidak menjemputku! Aku menunggu satu jam lebih disana! Aku terpaksa pulang naik taksi!" Sasori melipatkan tangannya. Matanya menatap tajam ke arah Sakura. Sementara Sakura hanya menyengir merasa tidak bersalah.

"Hehehe! Selamat datang Sasori-sama! Dua minggu tidak bertemu denganmu. Aku sangat rindu padamu" Sakura langsung memeluk Sasori, tak peduli kakaknya itu sedang mengomelinya. "Mana pesananku?" Sakura mengedip-ngedipkan kedua kelopak matanya. Tangannya menengadah ke Sasori.

"Mencoba merayuku?! kau benar-benar manja. Aku memang tidak bisa mengomelimu lama-lama." Sasori mengacak-acak mahkota merah muda Sakura. Sakura kemudian menggandeng tangan Sasori manja.

.

Sakura duduk bersila di kamar Sasori. Tangannya sedang asik mencari-cari pesanannya dari koper Sasori. Ya, Sasori baru saja pulang dari London. Kakaknya menghadiri event London Anime & Gaming Con sebagai guest dua minggu yang lalu. Siapa sih yang tidak kenal dengan Sasori? Sasori merupakan salah satu orang yang sangat terkenal di dunia otaku.

Pria berumur 28 tahun itu adalah pencipta Smart Doll Eiri Watanabe. Boneka itu memiliki tinggi sekitar 60 cm dengan tampilan body yang khas anime Jepang. Bermata bulat, badan langsing dan berdada besar. Boneka ini memiliki titik-titik sendi layaknya manusia sehingga posenya dapat diubah-ubah. Harga boneka shoujo nan kawaii itu dijual sekitar 60.000 yen. Ya, cukup membuat para otaku mengelus dada dan merogoh dompet hingga lembar terakhir.

"Barang pesananmu di koper yang coklat." Sasori mengarahkan jarinya ke koper berwarna coklat yang masih tertutup. Sasori yang baru selesai mandi duduk di sofa kamarnya sambil mengecek smartphone-nya.

Sakura langsung mengambil koper coklat besar milik Sasori sambil bersenandung menyanyikan lagu No. 1 milik Nishino Kana.

"Cause baby you're my number number number one... And you're the only only only one..." Senandung Sakura bersemangat. Tangannya sibuk memilih-milih pesanannya.

"Kau yang tidak punya kekasih malah menyanyikan lagu cinta. Sungguh ironi." ejek Sasori. Sakura hanya mendengus kesal.

"Felting, wool air light, rib fabric..." Sakura menyebutkan satu persatu jenis bahan kain di koper sasori. Pantas saja Sasori kesal. Sakura malah menitip kain. Ya Ampun! "Fendi handbag, Alexander mcQueen heels, Kate Spade wallet... Alexander Wang? Kak, aku tidak menitip tas ini kan?" Tanya sakura sambil mengangkat tas brand ternama itu.

"Oh itu, ibu yang membelikan untukmu sewaktu di New York. Katanya hadiah ulang tahunmu," jawab Sasori sambil membalas chat Line tanpa menoleh Sakura. Mungkin dari kekasihnya?

Sakura membuka isi tas tersebut dan menemukan secarik kertas dari ibunya.

"Happy Birthday, Sakura. Aku harap kau tidak menghabiskan waktumu untuk karir dan segera menikah. -your mom."

"Hah? Menikah? Kenapa ibu memaksa aku untuk segera menikah. Aku kan sudah menyusun jenjang karirku untuk sepuluh tahun kedepan. Itu artinya tidak ada pernikahan selama sepuluh tahun kedepan." Sakura hanya menggidikan bahunya.

"Kau itu sudah berumur 25 tahun. Dari kecil kau habiskan waktumu hanya untuk menggambar sketsa design fashion. Bahkan selama di London, kau juga tidak memiliki kekasih. Ya ampun... Kau tahu kan ibu menginginkan seorang cucu." Sasori hanya menggeleng kepala.

"Kenapa kau yang mengomel! Kau tahu kan untuk menjadi seorang fashion designer ternama kau harus memilih dua pilihan yang berat. Menikah atau karir. Kalau memilih menikah secara otomatis pikiranmu ke karir akan terbelah dua. Untuk fokus ke karir itu tidak mudah, kak. Kau lihat sendiri kan banyak desainer ternama yang tidak menikah. Dan mereka sukses. Oh iya, kau sendiri juga belum menikah. Kau juga terlalu fokus dengan dunia bonekamu. Kau kan lebih tua dari aku, kalau begitu kenapa tidak kau saja yang menikah duluan dan memberikan ibu seorang cucu." Sakura membela dirinya.

"Kau tahu kan saat ini aku juga sibuk bolak balik Menghadiri event. Hei satu lagi. Aku ini seorang pria. Pria bisa menikah diumur berapa saja. Dan kau itu wanita, wanita diumur 30 tahun keatas itu sudah tua untuk dinikahi." Sasori tidak mau kalah.

"Aku kan sudah punya rencana karir 10 tahun ke depan. Berarti aku akan menikah diumur 35 tahun setelah impianku tercapai. ya kalau itupun aku langsung menemukan pria yang ideal. Kalau tidak berarti 35 tahun keatas," jawab Sakura santai.

"Apa? 35 tahun ke atas? Ya Tuhan, pria mana yang mau dengan wanita perawan tua?" Sasori bergidik ngeri.

"Kau ini semakin cerewet seperti ibu." Sakura melempar kaos yang ada di koper ke arah Sasori. "Oyasumi!" Suara Sakura ketus sambil berjalan keluar kamar Sasori dan menutup pintu kamar dengan keras.

"Ya ampun, Sakura. Tengah malam begini masih saja ribut dengan Sasori," sahut nenek Chiyo itu yang kebetulan lewat didepan kamar Sasori. Wanita tua berusia sekitar 70 tahun itu adalah nenek Sakura dan Sasori.

"Kakak menyebalkan, nek." Sakura cemberut. "Nenek belum tidur?" Tanya sakura.

"Sebentar lagi. Oh iya, minggu depan aku akan ke Yoshino-cho. Aku mau reuni dengan teman-temanku. Jadi minggu depan kau atau Sasori bisa mengontrol perpustakaanku. Kau cukup datang sebelum tutup dan mengecek buku pengunjung," kata nenek Chiyo sambil memegang kedua pipinya.

"Ya, baiklah." Sakura mengangguk.

Yoshino-cho adalah sebuah desa yang indah di Nara. Desa itu adalah tempat nenek Chiyo dibesarkan. Disana nenek Chiyo memiliki rumah yang cukup besar dan sering bolak balik Yoshino-cho-Tokyo. Katanya, tinggal di desa sangat nyaman dan damai dari keributan kota. Di Tokyo, nenek Chiyo mengelola sebuah perpustakaan yang isinya hanya terdiri dari buku-buku Art dan Science.

.

Suara notifikasi Tri-tone Line milik Sakura terdengar. Sakura langsung menoleh dan ibu jari kanannya langsung ditempelkan pada tombol home. Sakura menggunakan fingerprint untuk privasi smartphone-nya.

Naruto: Sakura. Kau nanti malam datang kerumahku ya. Ibuku mengajak makan malam bersama jam 7 malam. Aku sudah memberi tahu Sasori dan nenek Chiyo. Jangan telat!

Sakura langsung membalas Line Naruto dengan menggunakan stiker oke. Sakura kembali fokus mengambil dress yang akan dipakai untuk photoshoot nantinya. Nada panggilan telepon sakura berdering. Terlihat nama Deidara muncul di layar Sakura. Sakura segera menyentuh tombol hijau.

"Halo, Deidara-san."

"Sakura, kau masih di store? Yaampun. Aku sudah sampai di kantor Norche. Segera datang kesini. Jangan membuat nilai seniku jadi berkurang karena kau terlambat."

"Ah baiklah. Aku segera kesana."

Sakura segera memasukan dress itu ke plastik gantung dan memasukkannya ke dalam tas jinjing. Kemudian ia berlari mengambil heels dan beberapa Accesoris. Tangan putihnya langsung menyambar tas kecilnya, mengambil kunci mobilnya dan segera menuju pintu keluar.

"Aku pergi dulu ya!" Teriak Sakura kepada pegawai store milik Deidara tersebut.

Disisi lain, terlihat seorang pria tampan dengan rambut hitamnya sedang menerima telepon dari seseorang. Wajahnya datar menuju ke depan. Disampingnya terlihat seorang wanita yang anggun berjalan bersamanya. Wanita itu menoleh ke pria disampingnya. Sepertinya dia penasaran dengan percakapan pria itu. "Baiklah. Aku sedang menuju Deidara store. Kapan ka-"

Bruk!

Smartphone pria tampan itu terpental dan masuk ke celah selokan.

"YA TUHAN!" Sakura memekik kaget saat dirinya menabrak pria itu dan melihat ponselnya terpental masuk ke celah selokan. Sakura langsung berlari menuju selokan tersebut. Dia langsung bersujud dan matanya mengintip-intip selokan tersebut mencari Smartphone yang malang itu. Smartphone itu sudah tidak terlihat karena tenggelam bersamaan dengan air selokan yang mengalir deras.

Sakura segera berdiri dan menunduk. Matanya takut-takut menatap wajah pria yang kelihatan sangat marah tersebut.

"AKU SUNGGUH-SUNGGUH MINTA MAAF! AKU BENAR-BENAR TIDAK SENGAJA!" teriak sakura penuh penyesalan sambil membungkukkan badannya. Orang-orang yang lalu lalang spontan menoleh kearah Sakura. Emerald-nya sekilas melirik jam tangannya. Sudah tidak ada waktu lagi, dia harus segera menuju kantor Norche.

"KAU! Apa kau tidak melihat sekitar saat berjalan!" Geram pria tersebut. Kedua tangannya mengepal. Wanita disampingnya langsung mengelus punggung pria itu agar tenang. Sakura sudah tidak punya pilihan lain, tangannya langsung membuka resleting handbag-nya. Mengambil iPhone 6s-nya dan segera menaruh ditangan pria itu.

"Password-nya 2828. Kau bisa gunakan ponselku terlebih dahulu. Aku akan segera mengganti milikmu. Aku sedang terburu-buru. Sekali lagi maafkan aku!" Sakura berbicara dengan cepat dan langsung berlari menuju parkiran mobil di basement meninggalkan pria yang sedang kesal itu.

"Ck!" Pria itu mendengus kesal. Bola mata hitam miliknya menatap tajam lurus mengikuti arah Sakura yang kemudian menghilang dikerumunan orang-orang. Tangannya mengepal keras ponsel yang diberikan Sakura tadi.

"Sasuke... Mungkin dia sedang teburu-buru. Dia juga sudah minta maaf kan?" Kata wanita disampingnya dengan lembut mencoba menenangkan pria yang 10cm lebih tinggi darinya.

"Hn." Sasuke menghela nafas dan menekan tombol home iPhone milik sakura. Kemudian memasukkan password 1212. Sasuke langsung memilih aplikasi Phone dan memasukkan beberapa digit nomor kemudian menyentuh layar calling.

"Nii-san. Ini aku, Sasuke. Sementara hubungi aku ke nomor ini. ponselku jatuh keselokan."

.

Sakura memarkirkan mobilnya di basement gedung kantor Norche. Kantor Norche ini bergerak dibidang fashion and lifestyle magazine. Majalah Norche sangat terkenal dikalangan wanita jepang. Banyak para model, actress ataupun penyanyi yang menginginkan wajahnya menghiasi cover majalah Norche. Majalah mode ini menjadi salah satu majalah yang paling berpengaruh di Jepang.

Sakura berjalan tergesa-gesa, sesekali dia menyapa para pegawai Norche. Wanita berambut pink itu langsung menuju lift. Ting! Pintu lift pun terbuka.

"Ino!" Pekik Sakura langsung memeluk Ino di dalam lift. "Kau sudah sehat? Berarti hari ini kau yang akan jadi modelnya?!" Sakura kelihatan begitu girang saat melihat wanita blonde setinggi 170cm itu. Jari telunjuknya segera menekan tombol angka 5 di dinding lift tersebut.

"Yup! Seperti yang kau lihat! Model yang sebelumnya akan menggantikanku dipindah untuk photoshoot bulan depan." Ino tersenyum. Ino adalah teman dekat Sakura sewaktu SD dan juga salah satu model yang sedang naik daun di Jepang. Dia sudah masuk ke dunia model sejak masih kecil.

"Tapi berat badanmu tidak berkurang kan? Aku takut dress-nya malah longgar." Sakura sedikit ragu sambil memperhatikan pinggang Ino.

"Santai saja. Aku terlalu banyak menyerap cairan infus. Terakhir aku cek, berat badanku hanya berkurang setengah kilo," jawab Ino santai. "Sakura, ponselmu ketinggalan? Tadi aku menghubungimu, kenapa malah kakakmu yang mengangkat?" Tanya Ino.

"Ahh aku sedang sial hari ini." Raut muka Sakura langsung layu. "Dia bukan Sasori. Tadi aku terburu-buru, menabrak seseorang dan ponselnya terpental masuk selokan. Aku terpaksa memberikan iPhone-ku sementara. Haaa... Sudahlah jangan dibahas." Gadis musim semi itu kelihatan sangat badmood.

"Hahaha... Malang sekali! Eh tunggu dulu, kau menabrak pria tampan atau jelek?" Ino penasaran.

"Tidak setampan kakakku." Jawab Sakura asal.

"Kelihatannya kau memperhatikan detail wajahnya. Kau bahkan bisa membandingkan dengan Sasori. Apa ini pertanda kau dipertemukan jodohmu setelah 25 tahun men-jomblo!" Ino mengedipkan mata kanannya dengan sedikit ejekan.

"Sudahlah, Ino. Mood-ku sedang jelek."Sakura mengecurutkan bibir. Ino hanya tersenyum jahil.

Ting! Pintu lift terbuka.

"Astaga! Padahal aku tadi mau mengambil ponsel dimobilku. Kenapa aku malah jadi balik lagi ke lantai ini." Ino menepuk jidatnya. Dia baru ingat kalau dia sebenarnya dia berencana ke basement tapi karena bertemu Sakura, dia jadi lupa.

.

Ting Tong!

Sakura sedang menekan tombol bel sebuah rumah yang tepat disebelah rumahnya. Rumahnya dan rumah itu hanya dibatasi oleh pagar tembok yang cukup tinggi.

"Hai, Sakura," Seorang wanita berambut panjang merah membuka pintu dan menyapa Sakura.

"Hai, bibi Kushina. Apa aku terlambat?" Sakura melongok kedalam ruangan memastikan yang lainnya sudah sampai atau belum.

"Tidak. Masuklah! Sasori dan nenek Chiyo sudah diruang makan." Kushina tersenyum sambil mengandeng tangan sakura. Kushina merupakan ibu kandung Naruto yang sangat periang dan juga cukup galak.

Sakura dan Kushina masuk keruang makan, disana sudah menunggu Ayah Naruto, Naruto, Sasori, neneknya dan Karin. Karin adalah sepupu Naruto yang berasal dari Nagoya. Dia tinggal bersama keluarga Naruto sejak diterima sebagai host sebuah acara gosip yang memiliki rating tinggi di channel K! Entertainment Television. Itu adalah salah satu channel yang menyajikan tayangan seputar kehidupan para selebritis, reality television, red carpet, dan sebagainya.

"Hai, flat-chest!" Sapa Karin santai.

"Waahh... Jidat lebar sudah datang! Tumben tepat waktu?! Berarti saatnya makan!" Teriak Naruto. Naruto adalah teman dekat Sakura. Dia seumuran dengan Sasori. Sewaktu kecil mereka sering bermain bersama, dan Sakura sering dikerjai Naruto. Tapi bagaimanapun juga Naruto tetaplah teman terbaiknya. Saat ini Naruto bekerja di perusahaan Namco Bandai. Dulunya dia kuliah di Stanford University, jurusan Management Science and Engineering. Setelah lulus studi, dia kembali ke Tokyo.

Mereka menikmati hidangan dengan tenang dan sesekali bersenda gurau. Setelah makan malam selesai, Sakura dan bibi Kushina langsung merapikan meja makan dan mencuci piring. Karin tidak ikutan membantu dan pamit tidur duluan, sepertinya dia kelelahan setelah seharian sibuk melakukan aktivitasnya.

Sakura dan Sasori duduk santai disofa, sedangkan Naruto terbaring dengan satu kaki naik keatas punggung sofanya. Tangan Sakura sesekali mengambil cemilan yang terhidang di meja. Sakura melirik Sasori yang sejak tadi menatapnya serius.

"Hahaha..." Naruto tertawa sendiri. Dia sedang asik membaca komik ber-genre komedi.

"Sakura..." Panggil Sasori. Akhirnya Sasori buka suara.

"Ya," jawab Sakura sambil meneguk air putih.

"Tadi aku menghubungimu berkali-kali, kenapa kau tidak menjawabnya. Aku juga chat Line, tapi sama sekali tidak kau read. Kau masih marah hanya karena pembahasan itu?" Tanya Sasori.

"Hmm... Itu... Tidak kok! Aku sudah tidak marah lagi, tadi hanya... Hmm...," OH TIDAK! Sakura bingung mau memberikan alasan apa ke Sasori. Tidak mungkin kan mengatakan kalau dia sudah menghilangkan ponsel orang lain. Sasori pasti akan mengomelinya seharian penuh.

"Hanya?" Sasori menunggu jawaban Sakura.

"iPhone-ku sedang bermasalah. Hehehe... Sepertinya aku akan memakai iPhone lama-ku sementara. Kau bisa menghubungi aku pakai nomorku yang satu lagi." ALIBI! Yah itu hanya alasan palsu Sakura untuk menghindari omelan Sasori.

"Kenapa harus nomor lain? Kau kan bisa memakai nomor yang biasa." Tanya Sasori.

"Aku tadi langsung ke Apple Store dan lupa mengambil sim-card-nya. Hehehe..." Sakura Cengengesan. "Oh iya, ngomong-ngomong Naruto sejak kapan kau jadian dengan Hinata? Aku tidak menyangka Hinata bisa tertarik denganmu" Sakura mengalihkan topik agar tidak diintrogasi terus-terusan. Sasori tampaknya mulai mempercayai alasan bodoh Sakura. Ya ampun, Sasori yang malang.

"Butuh jurus tertentu untuk melelehkan hati Hinata. Aku sudah mengincarnya sejak beberapa tahun yang lalu," jawab Naruto penuh percaya diri.

"Dan kau tahu, dia sudah menyukaimu sejak kita masih kecil dulu. Hinata pernah mengatakannya padaku." Sakura mengejek Naruto.

"Hah?! Benarkah? Kenapa kau tidak bilang dari dulu! Kalau begitu aku tidak perlu mengalami cinta segitiga yang merepotkan!" Naruto kaget.

"Haa... Kau saja yang tidak peka. Dasar para pria!" Sakura menghela napas. Sasori hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua.

.

Sakura membuka salah satu lemarinya, terdapat banyak tumpukan box didalam lemari tersebut. Emerald-nya melirik kesana kemari mencari benda yang akan diambil. Ah itu dia! Tangan sakura mengambil sebuah box berwarna putih tersebut. Itu adalah box iPhone 5s miliknya. Dia kemudian membuka kotak berwarna putih tersebut, mengambil iPhone 5s itu, kemudian mengaktifkannya.

"Ah syukurlah. Ternyata masih bisa diaktifkan." Sebuah senyuman tersungging diwajahnya. Sakura kemudian memastikan sim-card cadangannya masih berfungsi atau tidak. Ternyata masih bisa digunakan. Sakura lalu menyentuh beberapa digit nomor dan menyentuh tombol call. Dia sedang mencoba menelpon nomornya yang sekarang dipegang pria malang tadi siang.

"Pulsa Anda tidak cukup melakukan panggilan ini." Tut... Tut...

Ah sial! Pulsanya habis. Tentu saja pulsanya habis, Sakura sudah dua bulan tidak mengaktifkan nomor itu. Sakura langsung meluncur ke kamar Sasori.

"Kak, pinjam ponselmu sebentar. Pulsaku habis. Aku harus menghubungi seseorang," pinta Sakura.

"Ah, ambil saja diatas tempat tidur," balas Sasori tanpa menoleh Sakura. Pria baby face itu sedang asik merakit prototype Smart Doll-nya. Sepertinya dia berencana menambah karakter baru.

.

Tek tek tek!

Ssbuah jam dinding di kamar pria tampan menunjukkan pukul 11.47 malam. Jarum yang menunjukkan detik tersebut terus berdetak dengan lembut. Ya, ini adalah kamar milik pria bernama Sasuke. Kamar dengan style classic elegant masculine itu terlihat begitu rapi dan nyaman. Kamarnya dihiasi dengan warna hitam putih klasik. Didalamnya terdapat perabotan modern dan kontemporer. Ya, tentu saja Sasuke bisa mengganti perabotan dikamarnya sesuka hati, karena keluarganya memiliki perusahaan ritel yang bergerak dibidang perlengkapan rumah dan produk gaya hidup yang terkenal di Jepang. Ya, itu bernama Izanami Hardware.

Sasuke keluar dari kamar mandinya. Handuknya menggantung di lehernya. Rambut raven-nya terlihat masih basah. Sesekali dia mengelap rambut yang mencuat tersebut. Dia langsung menuju ponsel Sakura saat ponsel itu berdering. Tertera nama Sasori di ponsel tersebut. Sasuke tidak segera menjawab ponsel tersebut karena dia tidak mau terjadi salah paham.

"Sasori?" Gumam Sasuke. Kelihatannya Sasuke sedang berpikir saat melihat nama Sasori di ponsel Sakura. Mungkin dia mengenalnya.

iPhone berwarna rose gold itu berhenti berdering. Sasuke tidak berniat menjawab telepon tersebut. Tak sampai satu menit, pesan masuk di ponsel tersebut. Sasuke menggeser kebawah layar untuk menampilkan notifikasi. Sasuke menggeser layar tersebut dan kemudian menyentuh salah satu notifikasi yang masuk.

Hmm... Maaf mengganggu tidurmu. Ini Aku, yang menjatuhkan ponselmu tadi siang. Bisa kau jawab panggilan teleponku. Ada yang ingin aku bicarakan. Hehehe :D

Beberapa detik kemudian iPhone itu berdering lagi. Sasuke segera menyentuh tombol hijau.

"Hn." jawab sasuke seadanya.

"Halo Hehehe... Maaf menganggu tidurmu. Hmm... Itu... Aku mohon akun Line-ku jangan diganti dengan akunmu. Disana banyak file penting dari atasanku dan juga chat dari klien-ku. Please!" Seseorang diseberang sana sedang memohon kepada sasuke.

"Hn."

"Oh iya. Aku akan segera mengganti ponselmu. Bisakah lusa jam tujuh malam ketemuan denganku di Apple store - Ginza. Aku tidak tahu kau memakai iPhone yang mana, kau bisa memilihnya disana nanti. Aku mohon jangan marah lagi denganku. Maafkan aku! Aku benar-benar tidak sengaja!"

"Tidak bisa. Aku sibuk."

"Hmm bagaimana kalau kamis jam 5 sore?"

"Aku sibuk jam segitu."

"Bagaimana kalau jam 7 malam?"

"Hn."

"Baiklah! Hehehe... Sampai ketemu hari kamis nanti." Seseorang disana sedang cengengesan kaku.

Tut! Panggilan tersebut sudah diakhiri. Sasuke masih menatap datar layar ponsel tersebut. Terlintas dipikirannya nama Sasori. Ada rasa penasaran dibenak Sasuke. Jari jempolnya perlahan menyentuh aplikasi photos. Disana terdapat banyak foto Sakura, dress, pakaian ready to wear dan juga beberapa sketch design buatannya. Sasuke menggerakkan jempolnya untuk scroll foto-foto semakin keatas. Ibu jarinya berhenti saat melihat beberapa foto. Matanya tertuju pada beberapa foto, ia mengklik foto tersebut untuk memperbesar. Terlihat disana terpampang foto Selfie Sakura dan Sasori. Sasuke menggeser ke foto selanjutnya. Terdapat pula beberapa foto Sakura, Sasori dan Naruto.

"Sasori dan Naruto ya..." Gumamnya.

Sasuke kemudian mengambil iPad-nya dan memilih aplikasi Line. Dia mencari nama Sasori di friendlist-nya dan mengklik tombol chat.

Sasuke: Sasori kau jadi datang ke kantorku kamis ini?

Nada dering bell dari iPad Sasuke berbunyi, itu pertanda bahwa ada notifikasi masuk. Sepertinya Sasori yang membalas chat Sasuke. Yap! Benar! Mungkin Sasori sedang pegang ponsel saat ini.

Sasori: Ya, aku akan datang siang. Tumben sekali kau memakai akun ini. Akun yang biasa kemana?

Sasuke: Ponselku rusak. Aku tunggu kedatanganmu. Ada hal lain yang ingin aku bicarakan.

Sasori: Baiklah.

Sasuke mengakhiri chat-nya dengan Sasori. Dia meletakkan iPad-nya kesembarang tempat dan merebahkan badannya dikasur yang sangat empuk itu. Menutup bola mata hitam legamnya dan terlintas dibenaknya beberapa kejadian hari ini.

.

Sasori sedang mengutak-atik layar iPhone-nya. Ponselnya sudah dikembalikan Sakura sebelum chat dari Sasuke masuk. Dia menyentuh aplikasi messages. Matanya menatap heran sebuah pesan yang tadi diketik Sakura. Sakura lupa menghapus pesan tersebut.

"...yang menjatuhkan ponselmu tadi siang... Hah?" Gumam Sasori sambil membaca isi pesan tersebut. Keningnya berkerut, pertanda dia sedang berpikir. Setelah berpikir sejenak, Sasori akhinya mendengus kesal. Sakura berhasil membohonginya.

Sepertinya Sakura harus mempersiapkan diri dan ribuan alasan karena akan segera diomeli Sasori.

...

To be Continued