shingeki no kyojin by hajime isayama
(no profit gained from this ff)
warning: typo(s), etc.
ENJOY!
.x.
Hening.
Hening sekali di sini, Erwin. Tidak seperti biasanya. Seperti saat kita melenyapkan makhluk-makhluk besar itu, dulu. Hening sekali di sini. Tidak terdengar suara jangkrik, suara serangga lain, ataupun suara putus asa; cuma ada suara ledakan sebelumnya. Tapi sudah lewat, Erwin. Sudah tak terdengar lagi sejak… satu menit? Tiga menit? Lima menit? Atau sudah berpuluh-puluh menit? Erwin, bahkan bunyi waktu tak terdengar di sini.
Bagaimana aku menjelaskannya? Bukan putih, bukan hitam juga, abu-abu pun tidak; benar-benar tak ada warna di sekelilingku. Tidak ada pohon di sini, Erwin. Tidak ada dinding—kami sudah lama keluar dari dinding-dinding yang mengurung mimpimu. Mimpi… ataukah ini hanya sekedar mimpi? Mimpi buruk? Mimpi indah? Mimpi yang seperti apa ini, Erwin? Tidak ada siapapun di sini, Erwin. Tidak ada Hanji. Tidak ada Eren.
Eren… sudah berapa lama aku tidak bertemu dengannya? Aku tidak ingat, Erwin. Aku sama sekali tidak ingat. Yang aku ingat hanya lengan kananmu putus karenanya. Karena si brengsek itu! Seharusnya kau biarkan saja dia dari dulu, Erwin. Biarkan saja dia diculik, dibawa pergi, atau dia memilih pergi; karena dia melakukan hal yang terakhir sekarang. Haha… Letih lelah kau korbankan tangan, batang hidungnya bahkan tak tertangkap lensa sekarang. Si bangsat itu! Si brengsek itu!
Si bangsat itu! Ia sudah berkubu dengan saudaranya—dengan si Zeke yang juga bangsat! Si titan jelek menjijikkan yang membuat lubang di perutmu. Yang membuatmu dimakan waktu, Erwin. Yang membunuhmu. Yang ingin sekali kubunuh; apakah dia sudah mati? Si bangsat Zeke? Apakah ia sudah hancur? Aku tidak tahu, Erwin. Seharusnya ia hancur terkena tombak petir, seperti diriku. Aku tidak bisa merasakan apapun. Tubuhku, kepalaku, kakiku; tidak terasa apapun, Erwin. Apa seperti ini rasanya kehilangan tangan? Rasanya perut berlubang? Tapi seharusnya sakit, kan?
Hening sekali di sini, Erwin. Hening sekali! Jika boleh memilih, aku ingin mendengar deru mesin manuver gear. Aku ingin suara teriakan bersahut-sahut dari pejuang-pejuang kavaleri bunuh diri. Suara tawa setelah titan dicincang dan dihabisi. Suara putus asa pun boleh—apapun itu asalkan bukan keheningan ini.
Ataupun jika memang harus hening seperti ini—setidaknya aku ingin melihat wujudmu. Aku ingin berjumpa denganmu, Erwin. Setidaknya biarkan aku bertemu denganmu. Lalu kita hidup berdua. Tak apa jika memang harus hening. Tak apa… tapi tidak ada kau, ataupun titan, ataupun pohon tempat kita biasanya beristirahat sambil menunggu. Tidak ada, Erwin. Jadi, di mana sebenarnya aku berada sekarang? Dalam keheningan ini?
FIN
p.s: allo! nara is finally back! and for the really first ff on 2019, i bring you the angsty Levi ff. (since on Indonesia aot fandom is too quiet?) sorry for never move on and always bring you a sorrow things. at least i've tried. and happiest (late late late super late) new year. Big Love, Nara Y.
p.s.s: it's Levi really died? he's my favorite one there. my heart into pieces right now. hikseu.
