"Baek, ayolah hanya acara kecil saja. Aku pastikan si brengsek itu tidak akan ada. Please~" Jongdae memberi puppy eyes andalannya di hadapan seorang yeoja yang nampak tidak peduli dan tetap membaca bukunya di perpustakaan itu.
"Ingat terakhir kali kau mengajakku? Jung Daehyun terus menatapku, dan demi apapun aku tidak ingin bertemu laki-laki itu lagi" kata Baekhyun tanpa menatap Jongdae.
"Kau tau kan, aku tidak kuat alkohol terlalu tinggi dan Minnie masih di Korea saat ini. Jadi kalau kau tidak mau menemaniku yasudah, biarkan saja aku tidur di jalanan" Baekhyun menghela nafas, sahabatnya ini kadang-kadang bisa berubah menjadi anak kecil jika sedang merajuk.
"Sebenarnya aku tidak keberatan menemanimu. Hanya saja mengingat kau berteman dengan Daehyun, aku khawatir dia akan datang"
"Aniyo, aku pastikan mantan kekasihmu itu tidak akan ada. Bukankah sudah ku bilang kalau sejak bulan lalu Daehyun sudah pindah ke Jepang"
Ya, mereka adalah beberapa di antara orang Korea yang bersekolah di Taiwan, Baekhyun dengan jurusan seni modernnya dan Jongdae dengan jurusan managemen. Memang kampus mereka menyediakan asrama namun tidak wajib, sehingga Baekhyun memilih untuk mengontrak apartemen bersama kekasih Jongdae, Kim Minseok. Sedangkan Jongdae sendiri tadinya sempat di asrama tapi hanya tahun pertama, setelahnya dia memutuskan untuk ikut menyewa apartemen yang sama dengan Baekhyun.
"Baiklah, aku akan pulang sekarang dan bersiap" Baekhyun merapikan tasnya dan mengembalikan buku ke dalam rak.
"Kau yang terbaik, Baek" Jongdae mengecup sekilas pipi Baekhyun sebelum yeoja itu pergi.
Baekhyun mengenakan gaun sederhana untuk menemani Jongdae malam ini, beberapa kali dia berpapasan dengan teman jurusannya yang berpacaran dengan teman sefakultas Jongdae. Baekhyun duduk di meja bar sambil menyesap minumannya dan sesekali menatap sekilas ke sekelilingnya, sedangkan Jongdae sedang asyik berbincang dengan beberapa orang, selesai dengan satu orang lalu bertemu lagi dengan yang lain, dan mengobrol lagi, meninggalkan Baekhyun yang mulai bosan mengaduk minumannya.
"Baek, kenalkan ini Park Chanyeol, dia murid pindahan dari Korea" Jongdae tiba-tiba datang bersama seorang pria yang lebih tinggi darinya. Baekhyun mengulurkan tangannya dan menyebut namanya sambil berusaha tersenyum.
"Oh hai, Eddie!" pandangan Jongdae beralih saat melihat kawannya diantara lautan manusia, dan dengan begitu saja meninggalkan Baekhyun dan Chanyeol yang baru saja dikenalkannya.
"Maafkan dia, dia memang suka seenaknya dan gampang teralihkan" kata Baekhyun pada Chanyeol yang kini mendudukkan dirinya di sebelah yeoja itu.
"Hahaha..yah, sepertinya begitu. Tapi Jongdae sangat menyenangkan" Baekhyun mengangguk menyetujui.
"Jadi, kau seangkatan dengan Jongdae?" Chanyeol mengangguk sambil menenggak minumannya.
"Aku sudah 1 semester di sini. Aku meminta pindah kuliah, karena aku rasa aku terlalu manja pada Appa dan Hyung ku jika aku di Korea" jelas Chanyeol.
"Anak Appa, eoh?" kata Baekhyun dengan wajah sedikit mengejek.
"Tentu saja, karena Umma ku sudah meninggal" Baekhyun hampir tersedak saat mendengarnya.
"Mianhae, aku tidak bermaksud menyinggungmu, Chanyeol-ssi" Baekhyun berkata dengan wajah memerah.
"Aniyo, aku tidak apa-apa. Lagipula Appaku sudah lama menikah lagi, sejak itulah aku punya Hyung" jawab Chanyeol santai tanpa wajah sedih sedikitpun.
"Pasti menyenangkan punya saudara" Baekhyun mempoutkan bibirnya.
"Kau anak tunggal?" Tanya Chanyeol, Baekhyun mengangguk-anggukan kepalanya.
"Appa dan Umma kadang terlalu memanjakanku, jadi aku memilih untuk sekolah jauh" Chanyeol terkekeh mendengarnya.
"Alasan yang sama denganku?"
"yah, kira-kira begitu" mereka pun terlibat perbincangan ringan seputar kuliah dan keluarga mereka yang membuat mereka tampak akrab. Dari situ Baekhyun tau, sebenarnya Chanyeol dekat dengan Jongdae di kampus, namun semenjak putus dengan Daehyun, Baekhyun jarang mengunjungi fakultas Jongdae dan selalu menolak diajak pergi jika Jongdae bilang megajak 'teman'.
"Sepertinya aku meninggalkanmu dengan orang yang benar?" Jongdae datang dan membuat kedua orang didepannya menoleh.
"Asal kau tau Baek, Chanyeol juga baru saja patah hati sepertimu, jadi mungkin kalian bisa saling menyembuhkan?" goda Jongdae.
"Yak! Kim Jongdae jangan bicara macam-macam" Baekhyun memukul dahi Jongdae pelan.
"Yak! Appo!" protesnya. Chanyeol hanya tersenyum melihat kedekatan mereka.
"kalian memang selalu seperti ini?" tanya Chanyeol.
"Kebetulan saja, aku harus kenal dengan namja ini saat high school" jawab Baekhyun.
"Ya, dan yeoja ini sangaaaaat menyayangiku sampai-sampai dia menyusulku kuliah di sini" balik Jongdae, Baekhyun mendengus.
"Itu karena Umma yang terlalu berlebihan, aku ingin kuliah di Jepang, tapi katanya akan lebih aman jika berada di negara lain bersama dia dan eonni"
"Eonni?" Chanyeol mengernyit.
"Minseok, kekasihku yang pernah ku kenalkan denganmu, dia masih sepupu Baekhyun, kami sudah berpacaran sejak high school" Jongdae menjelaskan.
"Ah Chanyeol, daripada kau tinggal di asrama kenapa tidak tinggal bersamaku saja di apartemen? Aku tinggal sendirian, lagipula Baekhyun tinggal satu lantai denganku, kalian akan sering bertemu nantinya, buk-oouuch!" Baekhyun mencubit pinggang Jongdae yang membuat namja itu mengaduh.
"Terima kasih tawarannya, Chen-ah, aku akan bicarakan nanti dengan Appaku jika aku akan pindah. Lagipula memang membosankan di asrama, aku sudah beberapa kali berencana mencari apartemen, tapi tinggal sendirian juga akan lebih membosankan" jawab Chanyeol.
"Arraseo, pikirkan baik-baik dan aku akan dengan senang hati tinggal denganmu" Jongdae tersenyum lebar.
Mereka bertiga menghabiskan malam sampai Baekhyun mengantuk, Jongdae yang menyadarinya segera mengajak Baekhyun untuk pulang. Setelah berpamitan pada Chanyeol, mereka segera kembali ke apartemen.
"Chanyeol menarik bukan? Ku rasa kalian berdua cocok" kata Jongdae saat Baekhyun hampir sampai di flatnya.
"Jangan membicarakan masalah percintaan di depanku" kata Baekhyun malas sambil membuka kunci pintunya
"Aku tau kau masih sakit hati dengan perilaku Daehyun, tapi cobalah membuka hatimu lagi. Jangan sampai karena satu laki-laki, itu membuatmu tidak ingin menjalin hubungan dengan laki-laki lain" Jongdae menasehati. Baekhyun memeluk Jongdae di depan pintu.
"Gomawo, aku tau kau dan Eonni sangat memperhatikanku. Aku baik-baik saja, sungguh"
"Tidurlah, besok kita berangkat bersama, ok?" Jongdae mengusuk rambut Baekhyun sebelum pergi.
.
.
.
Terbiasa bertiga atau hanya dengan kekasihnya untuk makan siang dan menghabiskan waktu senggang, kali ini Jongdae harus membiasakan hanya dengan sahabatnya, Baekhyun. Tampak Jongdae membaca buku namun dengan bibir yang dimajukan, tampak bosan.
"Berhenti bersikap seperti anak kecil" kata Baekhyun tiba-tiba tanpa menatap Jongdae.
"Aku bosan" kata Jongdae singkat. Baekhyun menghela nafas lalu menutup bukunya sebelum menatap Jongdae.
"Aku tau kau tidak fokus karena tidak ada Eonni. Kita jalan-jalan saja bagaimana? atau menonton film?" ajak Baekhyun.
"Ide bagus, tapi aku lebih suka menonton di rumah, kita bisa menyelesaikan banyak film dan lebih santai" Jongdae tampak bersemangat.
"Baiklah, aku akan berbelanja makanan dan kau siapkan filmnya. Kita bertemu di flatmu 30 menit lagi" kata Baekhyun.
"Ah, aku akan mengajak Chanyeol, tadi di kelas dia sempat mengajakku keluar tapi aku menolaknya karena ingin mencari buku" Baekhyun mengangguk menyetujui.
Baekhyun sampai di depan pintu ruang Jongdae tepat 40 menit kemudian, setelah Jongdae membukakan pintu, Baekhyun bisa melihat Chanyeol sedang duduk nyaman di sofa sambil menatap ke arah televisi.
"Kalian tidak memulainya tanpaku bukan?" Chanyeol melepaskan pandangannya dari arah layar dan menatap Baekhyun dengan senyumnya.
"Tentu saja tidak, kami belum memasang filmnya" Chanyeol beranjak dari duduknya untuk membantu Baekhyun membereskan belanjaannya, Jongdae bersorak girang melihat banyaknya makanan yang dibawa oleh Baekhyun.
"Jja, kita mulai filmnya"
Mereka menonton 2 film, satu film dengan genre komedi dan satu dengan genre horor, sesekali Baekhyun melirik ke arah Chanyeol dan Jongdae yang tertawa terbahak-bahak dan tersenyum sendiri saat melihat Chanyeol yang kemarin tampak cool menjadi bertingkah seperti anak-anak. Tak terasa waktu sudah tengah malam saat mereka menyelesaikan tontonannya, setelah Chanyeol membantu membereskan ruang tamu Jongdae, dia berpamitan untuk pulang.
"Kau benar tidak akan menginap, Chanyeol-ah?" tanya Jongdae.
"Aniyo, lain kali aku akan main lagi. Jangan bosan jika aku sering datang, ne?" Jongdae terkekeh.
"Arraseo,kapanpun kau boleh datang, jika aku tidak ada kau bisa mampir ke flat sebelah" kata Jongdae sambil melirik Baekhyun yang kini memberikan deathglarenya.
Semenjak itu beberapa hari ke depan Jongdae lebih sering pergi bersama Chanyeol jika Baekhyun sedang ada kelas, dan jika mereka ada waktu bertiga, mereka akan makan atau ke perpustakaan bersama. Alasan Jongdae, lebih menyenangkan bersama teman se-tanah air, lebih mudah berkomunikasi dan memiiki budaya yang sama, Baekhyun pun demikian. Di kelasnya hampir tidak ada teman sesama orang Korea sehingga selama ini dia lebih dekat dengan Jongdae dan Minseok.
.
.
.
Hari ini tidak seperti biasa, Chanyeol tampak duduk berdua di taman kampus dengan Baekhyun, Jongdae sendiri sedang menghadap dosen untuk mengajukan tugas akhir dan sebagai sahabat yang baik Baekhyun menunggunya untuk pulang bersama sedangkan Chanyeol yang sudah terbiasa bersama mereka berdua pun ikut-ikutan menunggu Jongdae.
"Aku jarang melihatmu menelepon Umma atau Appamu?" tanya Chanyeol memecahkan keheningan di antara mereka, Baekhyun menengok dan mengerjapkan matanya seolah tidak mengerti pertanyaan sederhana itu.
"Aniyo bukan maksudku bertanya aneh-aneh. Tapi beberapa wanita apalagi anak tunggal sepertimu pasti sering dikhawatirkan orangtuanya, dengan kau kuliah jauh dari rumah, mereka pasti sering menghubungimu bukan? tapi beberapa hari sering menghabiskan waktu denganmu aku tidak pernah melihat kau menerima telepon"
"Itu..karena aku ngambek" kata Baekhyun sambil mempoutkan bibirnya. Chanyeol tersenyum geli melihatnya.
"Ya, aku bisa melihat seberapa marah kau dari bibirmu yang begitu panjang"
"Yak! Chanyeol!" Baekhyun bernada marah namun ditelinga Chanyeol itu terdengar seperti rengekan, khas anak manja.
"Itu karena Ummaku benar soal mantan pacarku. Aish, seharusnya aku dengarkan saja kata-kata nenek sihir itu dari dulu" Chanyeol tidak lagi bisa menahan ketawanya dengan polah Baekhyun yang bahkan kini mengatai Ummanya sendiri.
"Dari awal Ummaku tidak setuju aku menjalin hubungan dengan namja itu, tapi aku tetap mempertahankan pria brengsek itu sampai aku tau dia berselingkuh. Dan sekarang aku malu untuk mengakui pada Umma kalau dia benar bahwa namja itu bukan namja baik untukku" cerita Baekhyun panjang lebar.
"Humm..kau tau, Umma yang baik pasti selalu tau apa yang terbaik untuk anak-anaknya. Bahkan walaupun aku hanya memiliki ibu tiri, dia begitu baik dan mengerti aku, aku sangat menghormati dan menyayanginya" kata Chanyeol.
"Ibu tirimu, tidak seperti di film Cinderella?"Chanyeol kembali terbahak mendengar pertanyaan polos Baekhyun.
"Itu hanya dongeng. Mulai sekarang kau harus lebih mendengarkan Umma-mu"Chanyeol mengacak rambut Baekhyun pelan.
DEG
Hati Baekhyun terasa menghangat dengan perlakuan Chanyeol. Ah, tapi sepertinya ini perasaan yang sama saat Jongdae melakukan hal serupa.
.
.
.
Baekhyun menenteng tas dan bukunya menuju tempat makan, 10 menit sebelum kelasnya berakhir Jongdae sudah mengirimnya pesan alamat tempat makan agar Baekhyun menyusul. Saat tiba di depan pintu, Baekhyun mendapati Jongdae tidak sendiri melainkan dengan Chanyeol. Sedikit bercermin, Baekhyun membenarkan rambutnya yang terkena angin. Bukan berarti apa-apa, hanya saja Chanyeol lelaki yang tampan dan menarik plus dimplesnya yang membuatnya semakin menawan, tentu saja Baekhyun ingin tampil sempurna.
"Hai, Chen-ah, Chanyeol-ah" sapa Baekhyun sambil meletakkan barangnya di kursi kosong.
"Kau tidak memiliki panggilan untuk Chanyeol sepertiku?Aku sedang berusaha menjodohkan kalian" kata Jongdae terang-terangan, mata Baekhyun membulat mendengarnya.
"Jangan dengarkan orang gila ini. Tetapi memberi nama panggilan untukku diperbolehkan" kata Chanyeol santai. Baekhyun hanya mendengus.
"Arraseo. Chanyeolie lebih baik?" Chanyeol mengangguk.
"Kau ingin makan apa, Baek?" tawar Jongdae sambil menyodorkan buku menu. Setelah memilih makanan dan memesannya, Baekhyun kembali memfokuskan dirinya pada 2 namja di hadapannya.
"Jadi kapan Eonni pulang? aku mengiriminya email tetapi tidak dibalas"
"Dua hari lagi, Baek. Aku rasa dia sedang sibuk dengan penelitiannya jadi tidak sempat menghubungimu" Jongdae menepuk pundak Baekhyun.
"Chanyeol!" sebuah suara wanita mengejutkan mereka bertiga yang tengah menikmati makan siang, Chanyeol menghampiri wanita cantik yang mendekat ke arah mereka dan memberi pelukan singkat. Chanyeol memperkenalkan Baekhyun sebagai temannya pada wanita bertubuh ramping itu sedangkan Jongdae langsung menyapanya karena tampaknya Jongdae sudah mengenal wanita bernama Jisoo itu sebelumnya, setelahnya Chanyeol meminta ijin untuk berbincang sebentar. Baekhyun menghabiskan makanannya dalam diam, Jongdae memperhatikan sambil tersenyum.
"Wae? kau tidak suka Chanyeol bersama wanita lain, hm?" Baekhyun mendelik mendengar pertanyaan Jongdae.
"Ck.. pertanyaan macam apa itu" ujarnya ketus.
"Yah, tentu saja tidak kau tidak boleh cemburu, karena bagaimanapun Jisoo adalah tunangan Chanyeol"
"Uhuk..uhuk.." Baekhyun tersedak makanannya, dengan mata berair dia mengambil air mineral yang segera ditenggaknya.
"Mantan tunangan lebih tepatnya, sekarang mereka hanya teman" Baekhyun mendengus dan tidak meanggapi perkataan Jongdae.
"Wae? cemburunya tidak jadi?"
"Berhenti menggodaku, kau tau aku ti-"
"Ada apa, Baek? kenapa pipimu merah?" Chanyeol tiba-tiba datang dan langsung mengusap pipi Baekhyun yang tampak ada lelehan air mata akibat tersedak tadi, Baekhyun sedikit berjengit saat ada sentuhan tiba-tiba di pipinya.
"Aku tersedak, karena dia terus menggodaku" Baekhyun mempoutkan bibirnya.
"Habiskan makananmu, kau ingin tambah sesuatu?" tanya Chanyeol yag dijawab gelengan kepala Baekhyun.
"Kau memanggil Jisoo kemari?" tanya Jongdae, Baekhyun melirik Chanyeol dengan ekor matanya sambil menyuapkan makanan ke mulutnya, dia penasaran dengan jawaban Chanyeol.
"Ne, dia meneleponku tadi pagi, menayakan apakah bisa bertemu, jadi aku memintanya untuk datang ke sini"
"Kenapa dia ada di Taiwan? dia datang hanya untuk menemuimu? Aigoo kasian sekali babyBaek kalah dengan wanita tirus itu" Baekhyun hendak memukulkan sendoknya ke kepala Jongdae jika Chanyeol tidak memegang tangannya untuk mencegah 'peperangan' terjadi.
"Chen-ah, berhenti menggoda Baekhyun"kata Chanyeol setengah hati, karena sebenarnya sangat menarik meihat Baekhyun yang mempoutkan bibirnya atau bergumam kesal.
"Jisoo datang untuk memberikan undangan pernikahannya dengan kekasihnya sekarang, kekasihnya orang Taiwan, makanya dia menyempatkan untuk menemuiku" jelas Chanyeol.
"Jadi masalah Jisoo sudah benar-benar selesai?" tanya Jongdae lagi, Chanyeol mengangguk.
"Apalagi dia sudah memutuskan menikah degan kekasihnya, itu berarti orangtuanya sudah setuju" Baekhyun mengernyit sambil berusaha mencerna obrolan dua namja itu.
"Ah, Baekhyun, mianhae. Kau jadi harus mendengar pembicaraan tidak penting ini" kata Chanyeol sambil tersenyum.
"Jadi..kau dulu bertunangan dengan Jisoo-ssi saat dia masih memiliki kekasih?" Baekhyun bertanya pelan, takut menyinggung Chanyeol. Walaupun mereka sudah mulai dekat 2 bulan ini, namun tetap saja ini masalah pribadi yang bisa saja Chanyeol enggan untuk berbagi kecuali dengan teman dekatnya.
"Saat ditunangkan kami sama-sama masih memiliki kekasih" jawab Chanyeol, Baekhyun terkejut.
"Tapi akhirnya kami sadar kalau itu tidak bisa dipaksakan, jadi kami memilih mengakhirinya. Awalnya tentu saja orangtua kami marah, namun lama-kelamaan mereka bisa mengerti"
"Chanyeol.. kau tidak kembali dengan kekasihmu?" tanya Baekhyun lagi.
"Youngmi? dia sudah pergi entah ke mana semenjak aku menerima pertunangan itu. Dia pasti kecewa padaku" wajah Chanyeol berubah sedih.
"Mianhae, tidak seharusnya aku menanyakan hal seperti itu" Baekhyun menunduk menatap lantai merasa bersalah karena menurutnya dia terlalu jauh bertanya.
"Aniyo, aku tidak apa-apa. Kau mau es krim?" Chanyeol ingin mengembalikan Baekhyun yang tertunduk.
"Kenapa aku senang ya melihat kalian begitu terbuka?" Jongdae memulai lagi.
"Oke..oke..aku diam" kata Jongdae saat melihat deathglare Baekhyun dan Chanyeol bersamaan.
.
.
.
Dua hari kemudian, Baekhyun bersama Jongdae menjemput Minseok di bandara. Dengan semangat Baekhyun memeluk Minseok begitu mereka bertemu.
"Eonni~ aku benar-benar merindukanmu" Minseok membelai punggung Baekhyun.
"Aku juga merindukanmu, Baekie" Baekhyun melepaskan pelukannya, memberi kesempatan Jongdae untuk memeluk dan mengecup bibir kekasihnya itu.
"Baek, ini wine dan makanan kecil kesukaanmu. Umma mu menitipkan ini padaku" Minseok menyerahkan bungkusan pada Baekhyun dalam perjalanan mereka kembali ke apartemen.
"Cih, nenek sihir itu masih ingat padaku?" cibir Baekhyun sambil menerima bungkusan itu.
"Yah! kau anak durhaka! Chullie Imo sangat menyayangimu, dia berkata keras padamu karena dia peduli pada putrinya yang pembangkang ini" Baekhyun hanya bergumam mendengar omelan Minseok.
"Arraseo. Gomawo, Eonni, aku akan menelepon Umma nanti" ucapnya.
Setelah membantu Minseok membereskan kopernya, Baekhyun dibantu Jongdae untuk menyiapkan maan siang, sedangkan Minseok memilih untuk mandi dahulu. Tak lama terdengar bel berbunyi menandakan ada tamu datang.
"Kau mengundang teman?" tanya Jongdae, jarang sekali Baekhyun mengundang temannya apalagi di hari libur seperti ini. Baekhyun menggelengkan kepala sebagai jawaban dan berjalan untuk membuka pintu.
"Chanyeolie?" Baekhyun terkejut saat mendapati Chanyeol ada di depan pintu flatnya.
"Aku mencari Jongdae ke flatnya namun tidak ada yang mebukakan pintu. Apa dia ada di sini?"
"Ne, masuklah. Kami sedang memasak makan siang" Baekhyun melebarkan pintu untuk mempersilahkan Chanyeol masuk.
"Hai, Chanyeol!" sapa Jongdae saat melihat siapa yang datang.
"Chen-ah, aku sudah memikirkan tawaranmu" kata Chanyeol tiba-tiba yang membuat Jongdae bingung.
"Aku memutuskan untuk tinggal bersamamu mulai besok"
"Yeeay! akhirnya aku punya teman tinggal"Jongdae memeluk Chanyeol saking senangnya.
"Kenapa kau berteriak, honey?" tanya Minseok yang baru keluar dari kamarnya.
"Seperti yang aku ceritakan padamu, aku menawari Chanyeol untuk tinggal denganku dan dia meyetujuinya" jawab Jongdae sambil merangkul pundak Chanyeol.
"Oh hai, Chanyeol, lama tidak bertemu. Wah sepertinya akan menyenangkan, karena kita akan lebih sering berempat yang berarti babyBaek tidak sendirian" Minseok tersenyum jahil.
"Ayo makan" kata Baekhyun berusaha mengalihkan pembicaraan.
.
.
.
Jongdae yang mengatakan sangat senang memiliki roomate ternyata tidak seperti kenyataannya, dengan alasan merindukan Minseok setelah 2 bulan terpisah, Chanyeol lebih sering ditinggal sendiri, karena pasangan itu lebih sering menghabiskan waktu berdua dari sepulang kuliah hingga menjelang tengah malam. Entah jalan-jalan, nonton bioskop atau dinner, ada saja acara pacaran mereka. Seperti malam ini, setelah seminggu terus ditinggal, akhirnya malam ini Chanyeol memilih untuk megunjungi flat sebelah, dan tampaknya Baekhyun pun merasakan hal yang sama dengan Chanyeol yaitu ditinggal oleh 2 sahabatnya. Setelah membuat popcorn, Chanyeol dan Baekhyun duduk di sofa untuk menonton film horor terbaru yang dipilih oleh Baekhyun.
"Baek, kau menonton film horor tetapi wajahmu sangat serius" celetuk Chanyeol ditengah menonton.
"Tentu saja, ini bukan film komedi yang aku harus tertawa bukan?" jawab Baekhyun retoris tanpa menengok ke arah Chanyeol. Tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepala Chanyeol.
"Kau ingin tertawa?" tanya Chanyeol yang mebuat Baekhyun megalihkan padangannya ke namja di sebelahnya itu. Tanpa di sangka, Chanyeol meggelitiki pinggang Baekhyun yang membuat dia tergelak, Baekhyun yang tidak tahan geli terbaring di sofa dengan badan terus bergerak karena menghindari gelitikan Chanyeol sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha..sudah..hahaha...sudah Yeol..hahaha..geli" ujarnya sambil terus tertawa menahan geli, tiba-tiba Chanyeol menghentikan kegiatanya saat dia menyadari posisinya sekarang..Chanyeol menindih Baekhyun.
Wajah Baekhyun begitu dekat..
Baekhyun terengah setelah berhenti tertawa, matanya menatap lekat kedua manik lelaki di atasnya, jantungnya berdegup kencang. Seperti terhipnotis, Baekhyun memejamkan matanya.
Detik berikutnya hati Baekhyun terasa mencelos saat sesuatu yang lembut melumat bibir mungilnya.
TBC
.
.
.
Hai ada FF baru nih, tertarik ga? Konflik di chap depan.
Kalau banyak reviewnya bakal segera lanjut
