Kuroko Tetsuya, meskipun pada dasarnya adalah budak Dewa Kuudere yang maha agung, tetapi ia juga seorang penganut filosofi bahwa kau harus mencintai dirimu sendiri sebelum mencintai makhluk lain. Sederhananya, bagaimana bisa kau mencintai makhluk lain sedang kau tidak mencintai dirimu sendiri? Logikanya terus berotasi dua puluh empat jam dalam seminggu. Dirasa cukup bisa diterima, ia telan bulat-bulat doktrin itu. Demi Tuhan, ia tak pernah satu kali pun membenci dirinya atau menyalahkan dirinya atas sesuatu atau beberapa hal. Maka terkutuklah siapa saja yang telah berhasil membuatnya berpuluh kali memaki dirinya dan berharap hujan meteor menyerbunya.

.

.

CD

by

Sakhi

.

Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi

.

Cover Image © its awesome artist

.

Warning: humor kriuk-kriuk-krenyez-garink, missed typo(s), possibly OOC

.

Enjoy!

.

.

Sesungguhnya Kuroko Tetsuya adalah anak baik, ayah dan ibunya berani bersumpah. Namun membuat orang lain kesal seolah sudah jadi kebiasaannya. Seperti saat ini. Ada seseorang yang terus memanggilnya dan mengikutinya, tetapi ia seolah tak punya telinga.

"Kuroko!"

Masih suara yang sama, yang sejak kira-kira lima menit lalu terus meneriaki namanya, juga terus mengikuti langkah cepat-cepatnya. Ia agak kecewa misdirection tidak dapat digunakan disaat-saat darurat seperti ini.

Sepasang kaki masih berbalut sepatu sekolah itu semakin mempercepat langkahnya. Walaupun rasanya mustahil meloloskan diri, tidak ada salahnya mencoba. Semoga saja Tuhan merasa iba dan membuat anak laki-laki yang terus menguntitnya itu menghilang, entah bagaimana caranya ia tak peduli.

"Kuroko! Kumohon berhenti!"

Teriakan lagi. Meskipun ditambah bonus permohonan yang amat sangat jarang terlontar dari mulut anak laki-laki itu, ia tak akan berhenti. Jangankan berhenti, menoleh pun ia tak sudi. Ia hanya belum sanggup berinteraksi dengan orang itu sampai waktu yang belum ditentukan.

"Sudah kubilang, berhenti."

Sebuah tangan dingin meraih lengan pucatnya, menghentikan langkahnya juga dunianya dalam hitungan sepersekian detik. Ia ingin berontak, ia ingin melanjutkan langkah cepat-cepatnya, namun suara sedikit serak tapi seksi juga lembut tadi membuat sendi-sendinya mati. Ia tegak serupa alif.

"Aku hanya ingin mengembalikan celana dalammu yang tertinggal di kamar mandiku kemarin. Pembantuku sudah mencucinya. Jadi ini sudah bersih."

Kuroko berbalik dengan enggan dan wajah yang merona malu. Memang total ini kesalahannya karena tidak memeriksa barang-barang sebelum meninggalkan rumah orang yang ditumpangi demi menyelesaikan tugas kelompok. Tapi apa tidak bisa Akashi berpura-pura tidak melihat benda itu atau langsung membuangnya ke tong sampah saja?

"Te-terima kasih banyak, Akashi-kun. Maaf merepotkanmu," balasnya dengan suara pelan dan wajah menunduk sembari mengambil bungkusan plastik yang disodorkan Akashi.

"Jadi kau menghindariku karena malu?"

"Ti-tidak kok!"

"Aku tahu sesuatu seperti celana dalam termasuk bagian dari privasi dan bukan untuk dilihat orang lain apabila kau sudah bukan anak-anak lagi. Tapi kalau denganku, kau tidak perlu malu."

"Ba-baik, Akashi-kun. Tapi sungguh, aku tidak sedang malu."

"Pipimu merona, lho."

Tiba-tiba Kuroko Tetsuya jadi budak Dewa Tsundere.

END