Shingeki no Kyojin milik Hajime Isayamandul
PIECES
Rating T+ (untung bahasa dan konten yang tac mendydyck)
Warning: AU maksimal, Bahasa kasar, Dialog lo-gue, Apa adanya (?), Suka-suka authornya
[Fic ini diketik dalam rangka buang sial dan emosi. Bukan demi keuntungan materi heuh. Lagian OTP gue lebih preshius dari lembaran alat tukar]
.
.
.
-1-
Tabrakan Liar
.
.
.
"Gue yang gila nyebrang asal-asalan di depan komplek perumahan gue sendiri apa dia yang gila nyetir motor lebih liar daripada Rossi?"
Waktu itu Jean ingat Eren pernah curhat dengan wajah angry bird-nya di perpustakaan kampus yang seharusnya dilarang teriak (sebenarnya, Eren tidak berteriak, tapi bagi Jean, suara 'normal' si Yeager muda lebih toa daripada Marco yang mencoba presentasi di depan kelas.) Jean juga tidak menanggapi dengan serius, toh ini cuman Eren. Tipe manusia emo. Emosian. Tipe manusia yang 'apa saja dikomentari', 'apa saja dipermasalahkan' dan 'apa saja diributkan'. Curhatnya di perpustakaan juga bukanlah curhat pertama Eren di hari itu. Sebelumnya pula ada curhat-curhat lainnya yang entahlah menyangkut apa saja-sosis makan siang yang tertukar dengan pare, uang recehan yang jatuh ke selokan, Pak Mike yang kumisnya disisir rapi dan membuat Eren merasa geli, bahkan kebaikan hati sepupunya yang cantik jelita—yang dianggapnya mengesalkan karena mau-maunya membawakan tas Eren gara-gara si bocah tan habis kepleset di WC dan tangannya kesleo.
"Kau ini jangan bikin aku malu dong, Mikasa!"
Memang dasarnya Eren manusia tak buntung yang beruntung. Kadang Jean juga heran, kenapa Tuhan menciptakan manusia secantik Mikasa yang hidupnya disia-siakan dengan bocah kampungan, dan tidak bisa baca suasana seperti Eren.
tapi ya, kembali lagi pada pokok permasalahan. Eren memang anak emo. Emosian. Dan Jean yang selama 10 tahun hidupnya juga disia-siakan oleh si bocah pun mencoba maklum (walau belum juga terbiasa meski tahunan telah berlalu).
Selama ia hidup bersisian dengan keluarga Yeager yang santun (tapi anaknya tidak), membuat Jean lebih cepat sadar dan dewasa, serta mudah bersyukur jika ia mendapat musibah karena ya, sebesar-besarnya musibah yang ia alami selama hidup ini, belum ada yang mengalahkan level musibahnya digangguin Eren Yeager dalam mode bosan hampir mati. Jean masih ingat saat botol colanya diganti air cuka, ia tidak pernah bisa memaafkan Eren dan mengejar bocah itu sampai dapat—bagaimanapun caranya. Lalu membenturkan kepala malang Eren pada ketiaknya yang basah dan lembab, melebihi lembabnya iklim tropis di Chennai, India.
"LO BELOM TAU KAN GIMANA RASANYA GUE DIKHIANATIN DENGAN ASAMNYA CUKA? RESAPIN NIH! RESAPIN SEMUA KAYAK LUBANG RESAPAN BIOPORI!"
"MATI WOY GUE BISA MAT-COFF COFF! JEN COFFF!"
di detik itu pula, Jean serta-merta sadar, bahwa ia sebenarnya tidak begitu beda dengan Yeager yang kekanakkan sampai di ubun-ubun kepala.
Tapi bagaimanapun juga, ada perbedaan yang jelas di antara mereka. Dan Jean berani mengakuinya, pula bangga karenanya. Sebab Ia tak pernah memulai suatu perkara. Semua selalu salah Eren yang pentakilan-kegatalan, hiperaktif, cari penyakit. Padahal posisi dan lokasi mereka berdua berada di kediaman Kirschtein, tapi kelakuan Eren lebih 'tuan rumah' dibanding pemiliknya sendiri.
Tapi lagi, Jean juga harus mengakui. Bahwa kadang, eksistensi Eren yang lebih rusuh daripada antrian BLT dan penonton konser mewarnai 'sedikit' hari-harinya yang stagnan. Dibilang tidak menikmati pun, Jean juga harus mengakui bahwa itu tidak seratus persen benar. Kadang, dalam sanubari hatinya yang paling dalam, ia selalu senang kalau Eren banyak sial-karena dengan sialnya Eren dalam segala hal menyangkut hidupnya yang tak begitu panjang, Jean jadi punya banyak material untuk meledek dan mengkampret-kampretkan bocah yang tidak bisa terbang tapi memang mirip kampret jejadian.
Seperti saat ini.
Seperti saat ini, ketika Jean otw ketawa melihat Eren yang sedikit kesenggol oleh motor yang melintas dari belakangnya. Sudah dibilang Jean akan menjemputnya main hari ini, tapi Eren yang tidak sabaran masih saja kebelet jalan kaki dan hendak keluar komplek untuk menunggu Jean di depan gardu. tapi belum sampai tempat tujuan, motor liar tak sengaja menyenggol lengan Eren yang lebih rapuh dari ranting ceri dengan stang besi.
"KAMPRET LO! BUKANNYA JALAN DI PINGGIR!"
Mana yang lebih menyedihkan daripada ini? diomeli oleh pengguna lalu lintas yang menyenggol bocah ingusan (sudah kuliah memang, tapi mukanya masih kayak ingus anak TK) dan memarahinya karena dianggap 'mengganggu' jalan di komplek yang sebenarnya adalah komplek perumahannya sendiri?
'Coba Jean, bilang, siapa yang paling gila!'
Jean kembali teringat desakan kata yang pernah dilontarkan Eren saat ia curhat saban hari. Dan Jean tak bisa menolong diri selain merasa geli karenanya.
"JADI GUE YANG UDAH MINGGIR DI KOMPLEK GUE SENDIRI MASIH KENA TABRAK DAN DIOMELIN KAYAK GINI?"
tuh kan, apa yang Jean bilang. Omongan yang keluar dari mulut Eren persis dengan apa yang ia prediksi di kepala. 10 tahun bersama bukan waktu yang sebentar rupanya.
"YAIYALAH BOY. NGGA LIAT BELANJAAN GUE TUMPAH-TUMPAH?" si pria di motor menunjuk kresek isi roti dan sayur yang jatuh di aspal dengan matanya. duh. jaket boleh air force one, tapi belanjaan ibu-ibu ke pasar.
"YA ITU KAN SALAH LO SENDIRI—"
telapak tangan yaoi menangkap dua pipi kenyal Eren yang tak sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia dipaksa untuk menatap si pengendara yang wajah sampai kakinya mendadak merah.
"Coba lo ngomong lagi?" Pipi Eren ditekan-tekan, membuat si korban lebih mirip cupang ketimbang mamalia.
Tiba-tiba Jean merasa ada yang salah, saat Eren berteriak lebih emosi daripada Kim Jong Un yang tidak suka dengan desain bandara Pyongyang yang baru saja diselesaikan.
"HERAN GUE KENAPA SELALU LO TERUS YANG RESE NABRAK-NABRAK DARI KEMAREN SIH?"
Selalu?
"SALAH SIAPA GUE NABRAK LO TERUS?"
tepukan mendarat di bokong kenyal yang tak berdosa.
"SAKIT WOY PANTAT GUE!"
Cukup. Jean dengan induksinya yang lebih tajam dari silet, lekas mengambil tindakan sebelum kecelakaan baru yang tak diinginkan, terjadi.
Motor ninja dengan cat putih bertuliskan 'FUCK YOU CORRUPTOR' di kedua ban, menghampiri ganas dan menabrak kasar motor dari pemilik kantung belanjaan yang terkaget-kaget saat Jean dengan muka kudanya nongol, tak bersahabat.
"Berhentinya dipinggir dong mas, ganggu banget lo anjeng."
"BUSET JIR! DATENG-DATENG MAKI MAU LO APA HA—"
"HAA?" Jean sengaja menekan suara, memutus ucapan lelaki di depannya yang melotot karena tak mengantisipasi keagresifan Jean yang menggonggong dan menggigit. Kemudian semakin kaget karena Jean juga mendepak tangan yaoi si pengendara yang belum lama mendarat di pipi Eren yang tak tahu apa-apa.
"APA-APAAN SIH—"
"PERGI LO SEBELUM GUE TAMPOL PAKE BAWANG YANG LO BELI!"
"AP—"
"MAU APA LAGI? PENGEN TATTOO BARU DI PIPI HAH? HAH? GUE MELATI HITAM TIGA ASAL LO TAU"
hanya decihan yang membalas sebelum gas menyusul dan raungan motor yang pergi menggema kasar. Kalah gengsi karena si pengendara liar bahkan belum masuk sabuk biru.
"KALO MAU CARI SASARAN JANGAN YANG UDAH TAKEN GOBLOK!"
tambah Jean makin keceplosan dan kasar.
Ia tidak peduli seberapa ngeselinnya Eren yang akan bertanya-tanya nanti saat pipinya dibersihkan dengan sabun cuci piring. Yang penting, noda membandel harus segera dimusnahkan!
"Apaan sih? gue kok ngga paham? dia kenalan lo? lo kenal dia? kenapa lo marah banget? KENAPA PIPI GUE DIBANJUR SUNLIGHT?"
"Bacod diem!"
Karena bagaimanapun juga, cuman Jean seorang yang boleh direpotkan dan merepotkan Eren Yeager yang kampungan dan tidak bisa baca suasana.
.
.
.
.
Fin
A/N: Republish sampah-sampah yang gue ketik di catatan FB lololol. Mungkin biar ngga nyampah banget, kumpulan drabble2 dan ficlet JeanEre gue bakal gue kumpulin di satu judul ini.
