Apa itu Dullahan?

Dullahan. Tersebut sebagai salah satu barisan melaikat pencabut nyawa individualis. Malaikat dengan baju zirah segelap malam, menunggang kuda dengan warna sama gelapnya dengan zirahnya dan kepala yang terpisah dari tubuh.

Kenapa kepalanya terpisah?

Karena ia ingin melihat lebih jelas –lebih jauh dari siapapun.

Apa yang ia cari?

Tidak tahu. Tidak ada yang pernah tahu apa yang dicarinya. Nyawa manusia kah? Kepuasan batin kah? Anggota keluarga kah? Atau mungkin... cinta masa lalu? Menurutmu, apa yang Dullahan cari?

Maukah kau... mencari tahunya bersamaku?

.

.

.

Dullahan (c) Me

Rate: T

Genre: Romance, Horror, Mistery, Angst

Warn: Typo(s), etc

.

.

.

Pekikan itu menggema di langit gelap malam. Derap langkah takut penduduk desa kecil itu semakin riuh terdengar. wajah-wajah takut itu terhiasi dengan bias redup cahaya rembulan. Berlarian meninggalkan sesosok tegap dengan kuda hitam yang gagah di sana,

Sosok dengan zirah segelap langit malam berawan. Sosok itu tetap diam di tempatnya mengangkat sesuatu di tangannya tinggi-tinggi.

"Tidak ada," gumam sosok itu kemudian kembali menaiki kudanya dan meninggalkan desa kecil itu.

"Dimana?"

"Dimana?"

"Dimana?"

Gumam sosok itu terus menerus. Satu tangannya memegang tali kendali kuda sedangkan satu lagi tangannya sibuk mengangkat sesuatu di tangannya dengan tinggi-tinggi. Sosok itu perlahan tersinari cahaya rembulan sempurna di malam itu dan tampaklah sesosok Dullahan.

Makhluk mitos yang dipercaya sebagai dewa kematian oleh para penduduk Irlandia. Sosok yang bagi beberapa orang mengagumkan sedangkan bagi sebagian besar adalah makhluk menyeramkan yang seharusnya tak ada.

Dullahan itu menurunkan kepala yang sedari tadi diangkatnya tinggi-tinggi, memeluknya di samping tubuhnya.

"Kau dimana?" bisiknya lirih.

Ia menghentikan laju kudanya di puncak sebuah bukit dan mengamati sebuah kota kecil dengan berbagai gemerlap lampu di bawah bukit itu. Kepala itu tersenyum penuh harapan.

"Di sana kah?" bisiknya dan kembali memacu kudanya menuju kota gemerlapan itu.

Kota itu telah sepi meski gemerlap lampu masih menyala. Ya, ini sudah lewat tengah malam. Inilah waktu-waktu dimana manusia tengah menikmati sisah hari mereka dengan beristirahat sebelum kembali melanjutkan aktifitas kota yang penuh dengan polusi.

Bunyi ketukan sepatu kuda di atas aspal itu terdengar begitu keras dan menggema sepanjang jalan. Dullahan itu mulai melewati beberapa blok pertokoan. Wajah pada kepala yang dipeluknya mengkerut, manatap bingung dengan segala kemewahan kota.

Sebuah TV kota masih menyala dan bersuara membuatnya mengalihkan perhatiannya.

"Mari kita sambut pendatang baru kita... CHO KYUHYUN! Terima kasih sudah datang diacara kami, Cho-ssi. Silahkan duduk. Mari kita langsung mulai saja. Apa Anda sedang sibuk akhir-akhir ini?"

"Ung... Tidak. Aku mendapat liburan selama dua minggu,"

"Wah, lumayan lama juga. Apa rencana Anda untuk liburan yang jarang Anda dapatkan itu?"

"Mungkin... mengunjungi kota kecil kelahiranku?"

"Manis sekali! Apakah kota itu..."

Dan selebihnya semua menjadi tak penting bagi sang Dullahan. Karena baginya semua sudah cukup menjelaskan saat kamera itu melakukan close up shot pada bintang tamu acara mereka. Kepala itu diangkan agak tinggi. Berusaha melihat lebih jelas pada TV tersebut.

"Ketemu... Akhirnya ketemu..." gumam kepala itu riang.

"Akhirnya aku menemukan Anda," gumam kepala itu lagi sebelum berbalik bersembunyi dibalik bayang-bayang gedung.

Dullahan itu meenuruni kuda nya dan mulai berkaca pada kaca toko terdekat dengan posisinya. Memperhatikan penampilan tubuhnya yang sungguh membuat hatinya sendiri teriris.

Entah sudah berapa abad ia lewati dengan mengelilingi dunia untuk mencari pangeran yang ia cintai itu. Bahkan saat sudah mati dengan kepala terpenggal pun ia tetap berusaha menepati janjinya. Ia terus berkelana dengan kepala yang terpisah dari tubuhnya demi mencari sang pangeran.

"Akhirnya... aku menepati janjiku untuk menemuimu selepas perang kudeta itu," bisiknya lemah.

Dullahan itu menoleh saat mendengar dengusan keras kudanya. Dullahan itu tersenyum sedikit, "Mungkin... sudah saatnya kita juga merubah diri kita,"

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Super seleb dengan rambut sewarna caramel setengkuk itu melepas kacamata yang sedari tadi ia kenakan. Menampilkan sepasang mata bening memikat miliknya. Sudut-sudut bibirnya tertarik dan membentuk sebuah senyuman manis di wajahnya yang memang sudah manis.

Ditariknya koper itu perlahan dan mulai berjalan sambil sesekali menyapai sosok-sosok yang ia kenali di kota kecil kelahirannya itu.

"Uwaaahhh! Tak banyak yang berubah, ya!" serunya riang sambil berlari-lari kecil.

Langkahnya tak lama berhenti di sebuah rumah sederhana dengan cat berwarna peach lembutu terawat. Senyumnya makin melebar dan dilangkahkan kakinya memasuki gerbang rumah tersebut.

"Aku pulang!" serunya riang.

"Selamat datang. Oh, Kyunie! Kau sudah kembali?" kaget sang pemilik rumah.

"Iya, hyung!" sahut pemuda itu riang.

"Syukurlah aku masih menyisakan satu kamar untukmu sampai sekarang," balas pemilik rumah itu lagi.

"He? Memang ada orang baru?" tanya pemuda berambut caramel itu bingung seraya memasuki rumah.

"Ya, dia baru datang minggu kemarin. Dia tampan dan tinggi sekali. Benar-benar tipe mu, deh!" goda sang hyung.

"Berhenti menggodaku, hyung!" sahut sang pemuda manis kemudian berjalan cepat menuju kamar yang biasa ia gunakan di rumah itu.

"Tunggu, Kyunie! Kamar itu sudah aku-"

BLAM! –tanpa sempat sang hyung mengingatkan, pemuda manis itu sudah terlebih dahulu memasuki kamar tersebut.

Pemuda manis bernama lengkap Cho Kyuhyun itu melemparkan kopernya sembarangan dan melepaskan jaket yang sedari tadi ia pakai untuk menangkal udara dingin yang menerpa kota itu hari ini. Kota ini memang sering sekali dilanda hujan deras. Membuat kota ini sendiri terkesan suram dan lembab. Tapi, justru itulah yang membuat pemuda manis ini begitu nyaman dengan kota kecil tempat kelahrannya itu.

Pemuda itu membaringkan tubuhnya di atas kasur dan membenamkan wajahnya pada bantal dan menghirup napas panjang.

"Hng? Baunya berbeda. Tapi, nyaman. Ah, sudahlah," gumamnya seraya mulai memejamkan matanya. Berusaha mengapai alam mimpinya.

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

"Aku pulang," gumam pemuda jangkung itu memasuki apartemen –atau mungkin akan lebih pantas disebut rumah- yang kamarnya ia sewa itu dengan pelan.

"Oh, sudah pulang, Changminnie?" sambut seorang pria yang umurnya tak jauh berbeda dengannya itu ramah.

"Ya, aku hanya ke toko buku sebentar tadi," sahut Changmin –pemuda jangkung itu melepaskan sepatunya dan menyusunnya di rak yang tersedia.

"Kau ingin makan malam apa hari ini?" tanya sang pemilik apartemen itu lagi.

"Semua masakanmu enak, Jaejoong-hyung. Aku mau memakan apapun, kok," sahut Changmin lagi dan segera beranjak menuju kamarnya.

Dibukanya pintu kamarnya perlahan dan memasuki kamar itu. Langkahnya berhenti dan tubuhnya membeku ketika ia melihat seseorang tengah tertidur pulas di atas kasurnya. Tubuhnya mulai bergetar pelan dan sebuah senyum mulai terkembang di wajahnya ketika menyadari siapa yang tenagh tertidur di kasurnya tersebut.

Ia melangkah mendekat dan memandang wajah itu dari dekat untuk lebih memastikan sebelum kembali menjauh dan duduk di kursi kayu dekat sana untuk membaca buku yang baru saja di belinya tadi.

"Semoga mimpi mu indah, Kyunie-ah," bisiknya dan mulai membaca bukunya dengan serius.

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Kyuhyun menggeliatkan tubuhnya dan mulai mengerang pelan. Ia sudah cukup puas tertidur dan ia rasa saat ini sudah saatnya untuk bangun dan meminta makan pada hyung tersayangnya di dapur.

Ia mulai bangun dari posisi berbaringnya yang tengkurap dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya lampu kamar. Ia mulai menuruni kasur dan melihat sekelilingnya dengan lebih jelas.

Seketika matanya melebar ketika menemukan orang lain dengan kurang ajarnya memasuki kamarnya dan menggunakan meja juga kursinya.

"Hei! Siapa kau?! Jangan seenaknya masuk kamarku!" bentak Kyuhyun.

"Ah, kau sudah bangun?" ucap Changmin dan mulai berbalik menghadap Kyuhyun.

"Jawab pertanyaanku! Sedang apa kau di kamarku?!" bentak Kyuhyun lagi.

"Sebenarnya kau yang seenaknya sudah tertidur di kamarku," sahut Changmin santai dengan senyum yang terkembang di wajahnya.

"Eh?"

"Aku menyewa kamar ini sejak seminggu lalu," ucap Changmin lagi yang membuat pipi pemuda manis itu memerah.

"Ma-maaf," ucapnya pelan.

"Ya, tidak apa," sahut Changmin dan kembali membaca bukunya.

Kyuhyun terdiam terpaku di tempatnya –entah karena terlalu malu atau apa. Yang pasti, ia tak ingin segera beranjak dari kamar itu. Ia merasa seperti ada sesuatu yang harus ia selesaikan dengan pemuda di hadapannya. Dadanya terasa membuncah oleh sebuah perasaan yang tak dapat ia identifikasikan. Tapi rasa itu begitu menyesakkan dan memaksa untuk di keluarkan. Membuatnya menjadi bimbang dan tak mengerti sendiri.

"Hei," panggil Kyuhyun lagi.

Changmin kembali berbalik dan menatap Kyuhyun penuh tanya.

"Ya?" sahut Changmin.

"Apa... kita pernah bertemu?" tanya Kyuhyun pelan.

Changmin tersenyum, menutup bukunya dan bangkit mendekati Kyuhyun, "Mungkin?" sahut Changmin kemudian berjalan ke luar kamar itu, meninggalkan Kyuhyun yang masih kebingungan dengan rasa yang membuncah tak tentu di dadanya itu.

"Dia... siapa?" gumam Kyuhyun seraya meremas dadanya lembut, berusaha meredam detak aneh di jantungnya.

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

"Nah, Kyunie –ini Shim Changmin, penghuni baru rumahku yang nyaman ini~ Kalian harus akrab ya~" jelas Jaejoong riang memperkenalkan 'anak' nya yang baru kepada Kyuhyun.

"Shim Changmin imnida," ujar Changmin memberikan senyum ramah pada Kyuhyun.

"C-cho kyuhyun..." sahut Kyuhyun sedikit tergagap karena terpesona akan senyuman Changmin.

'Bodoh! Kau baru saja bertemu dengannya dan langsung jatuh cinta? Kyuhyun bodoh!' seru Kyuhun dalam hatinya memaki dirinya sendiri yang begitu terpesona oleh senyuman Changmin.

"Ayo, mulai makan kalian. Kuharap tak ada yang menyisakan apapun. Termasuk SAYURAN," ucap Jaejoong lagi dengan penekanan penting dalam kata 'sayuran'.

"Jaejoong-hyung kejam!" seru Kyuhyun tak terima.

"Diam dan habiskan makanmu. Aku ada kencan, sampai nanti," ucap Jaejoong dan segera meninggalkan kedua pemuda itu dengan berbagai hidangan di hadapan mereka.

Changmin tetap diam dan memulai makannya dengan tenang. Wajahnya tak menunjukkan perubahan apapun saat masakan-masakan Jaejoong yang terkenal kelezatannya itu memasuki rongga mulutnya dan menyentuh lidahnya.

Sedangkan di seberang meja Kyuhyun juga mulai melahap makanannya dengan wajah cemberut. Sesuatu terlintas di kepalanya dan mengembangkan sebuah senyum di wajahnya yang seketika menjadi cerah itu.

"Hei, Changmin-ah," panggil Kyuhyun pada Changmin di hadapannya.

Changmin menatap balik Kyuhyun dengan mulut yang penuh dengan makanan yang akan dicernanya. Dengan susah payah Changmin menelan makanan itu dan menjawab, "Ada apa?"

"Kau terlihat lapar sekali. Jadi, aku akan menyisakan semua sayur untukmu," ucap Kyuhyun dengan suara semanis mungkin.

"Oh? Terima kasih. Akan kuhabiskan," sahut Changmin sambil meneruskan makannya.

'Anda sama sekali tidak berubah ya?' batin changmin sambil tersenyum sembunyi-sembunyi.

Suasana kembali sepi dan membuat Kyuhyun jengah. Ia pun kembali membuka mulutnya untuk berbicara.

"Ng.. Changmin-ah, apa kau sedang flu?" tanya Kyuhyun.

Changmin menelan makanannya dan menggeleng, "Tidak. Memangnya kenapa?"

"Itu, kuperhatikan kau tidak melepaskan syal mu sejak tadi. Padahal di dalam rumah sudah cukup hangat," sahut Kyuhyun.

Tubuh Changmin sedikit menegang –jeda sedikit sebelum Changmin membalas, "Ah, ini hanya kebiasaan saja,"

"Kebiasaan? Memangnya kau lahir di negara mana?" tanya Kyuhyun lagi kritis.

"Ng... Irlandia," sahut Changmin asal.

"Wow! Keren! Apa di sana dingin?" tanya Kyuhyun lagi.

"Lumayan," sahut Changmin kembali.

"Irlandia itu seperti apa? Ayo, ceritakan," pinta Kyuhyun.

Changmin terdiam dan meletakkan mangkuk juga sumpitnya dan mengucapkan terima kasih atas hidangan yang telah ia makan kemudian menatap Kyuhyun balik.

"Irlandia negara yang Indah dan memiliki sebuah legenda yang unik," jelas Changmin.

"Legenda?"

"Ya, legenda tentang Dullahan. Kau tahu?" sahut Changmin.

"Dullahan? Ng... setan tanpa kepala itu, 'kan?" sahut Kyuhyun polos.

"Hahaha, lalu –apa lagi yang kau tahu tentang mereka?" tanya Changmin.

"Ng... mereka mengunjungi rumah-rumah warga. Mengetuk pintu rumahnya di tengah malam dna jika kita membuka pintu untuk mereka, maka kita akan dibawa ke dunia sana bersama dengan genangan darah kita," sahut Kyuhyun.

"Kau lumayan tahu banyak ya? Tapi, Dullahan itu bukannya tak berkepala. Mereka memiliki kepala hanya saja mereka membawa kepala mereka di pelukan mereka. Bukan di atas leher mereka. Lalu, tak semua Dullahan itu berkeinginan untuk membunuh," jelas Changmin sambil menegak airnya.

"Hee, kenapa mereka tak meletakkan kepala mereka di atas leher mereka?" tanya Kyuhyun berlanjut.

"Itu karena mereka ingin melihat lebih jauh dan lebih jelas dari siapapun. Ia ingin segera menemukan apa yang tengah dicarinya," jelas Changmin lagi.

"Apa... yang mereka cari?" tanya Kyuhyun mulai larut dalam cerita.

"Cinta masa lalu mereka –untuk menepati janji yang pernah mereka ucapkan dahulu," ujar Changmin seraya beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke dalam kamarnya.

Meninggalkan Kyuhyun yang terpaku sesaat, "Kenapa... Changmin terlihat seperti ingin menangis?"

Dengan terburu Kyuhyun menghabiskan sisa makanannya dan mencuci piring kotornya dan beranjak menyusul Changmin. Diketuknya pelan pintu yang membatasi kamar Changmin dengan ruang lain dan membuka pintu itu perlahan.

"Changmin?" panggil Kyuhyun. Ia menyipitkan matanya dan bersaha melihat menembus gelap kamar Changmin. Ia mengerjapkan matanya, mulai terbiasa dengan kamar gelap bercahayakan cahaya semu dari bulan sempurna malam itu.

"Changmin?" panggilnya lagi pada Changmin yang tengah terduduk di balkon kamar it sambil menatap bulan.

"Mereka tersesat," ucap Changmin pelan.

"Mereka? Siapa?" sahut Kyuhyun bingung dengan ucapan tiba-tiba dari Changmin.

"Dullahan itu tersesat dalam waktu," lanjut Changmin.

"Eh?"

"Mereka kehilangan orientasi mereka akan waktu. Hanya terus menunggang kuda hitam mereka menembus cahaya bulan. Mengangkat tinggi kepala mereka. Mencari sesuatu yang hilang. Berusaha untuk tetap tegar hingga menebus janji mereka," ucap Changmin mengakhiri ucapannya dan memejamkan matanya perlahan.

"Changmin, kau... menangis?" tanya Kyuhyun hati-hati.

"Mereka tak memilih untuk menjadi Dullahan. Jika bisa meminta, mereka juga ingin terinkarnasi. Bukannya abadi dalam waktu dengan tubuh yang tak sempurna seperti itu," ucap Changmin parau.

Kyuhyun berjalan mendekati Changmin perlahan dan mendudukkan dirinya di sebelah Changmin.

"Mereka lelah. Mereka amat lelah. Melihat semuanya berubah dan meninggalkan dirinya sendiri dalam waktu," lanjut Changmin lagi. Air mata tak mengalir di pipinya. Hanya segaris senyum sedih yang terbentuk di bibirnya. Senyum yang seolah mampu merobek hari seorang Cho Kyuhyun.

Dengan pelan Kyuhyun mendekatkan wajahnya dan mengecup pelan pipi Changmin dan tersenyum pada pemuda jangkung itu, "Selain rasa sedih, kurasa mereka juga merasakan debaran semangat dan cinta,"

"Eh?"

"Tiap melewati satu waktu dan kota ataupun desa, sebuah debaran pasti menghampiri mereka. Debar tak sabar itu seolah mampu meledakkan dada mereka. Berbagai tanya tentang orang yang dicintainya itu berlintasan tak tentu di kepala mereka yang terpisah itu. Ya 'kan?" lanjut Kyuhyun.

"..."

"Tanya tentang 'apa dia ada di sini?' atau 'apa sekarang ia telah berinkarnasi?' atau 'apa aku akan menemukannya saat ini?' atau mungkin 'akankah ia masih mengingatku dan mencintaiku?'. Semua pertanyaan itu terlintas d kepalanya dan membuat debar gugup bahagia. Bukan begitu?" ucap Kyuhyun lagi.

Changmin tersenym lembut dan mengusap kepala Kyuhyun halus, "Kuharap, orang yang di cintai Dullahan itu masih mencintai Dullahan itu sendiri atau setidaknya, orang itu bisa mencintai Dullahan itu untuk kedua kalinya," ucap Changmin seraya membawa Kyuhyun dalam pelukannya.

"Ya, kuharap begitu," sahut Kyuhyun sambil menyamankan dirinya dalam pelukan hangat Changmin.

"Ne, Kyuhyun, jika... kau adalah sosok yang dicari sang Dullahan itu, apa yang akan kau rasakan?" tanya Changmin berbisik lembut.

"Aku akan merasa sangat beruntung!" ucap Kyuhyun penuh semangat dan melepaskan pelukan Changmin.

"Hee, kenapa?"

"Habis, tiu berarti dia adalah sosok yang sangat dicintai. Buktinya, Dullahan itu tak menyerah sama sekali untuk menemukan ia kembali. Meski pun Dullahan adalah sosok yang menakutkan tanpa kepala di atas leher mereka, aku akan tetap mencintai Dullahan itu. Aku akan membalas semua keteguhan dan rasa sabar ia untuk menungguku kembali terlahir sebagai sosok yang sama," ucap Kyuhyun dengan rasa tulus dari hatinya.

Changmin tersenyum lembut menatap Kyuhyun, dielusya lembut kepala sosok yang dicintainya ia dan menggumamkan terima kasih tulus dari dasar hatinya.

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

TBC