Gundam SEED Destiny : Path of Future

Presented by Magus-15IchiGo

Phase 01

Gundam SEED/Destiny

Rated: T

Language: Indonesia

Genre: Drama, Romance & Family

Main Character Pairing: Kira Y. X Lacus C.

Hey, hey, hey people! Ini adalah chapter pertama dari fanfic ini. Hope this turn good. Enjoy!

C.E. 74. Second bloody valentine war telah usai. PLANT dan ORB Union menyetujui akan gencatan senjata dan menyiapkan sebuah konferensi untuk menghentikan perang. Lacus Clyne kembali ke negaranya setelah menerima permintaan dari PLANT Council dan menjadi mediator antara kedua bangsa. Setelah sebulan penuh, akhirnya suasana di antara PLANT dan ORB Union mulai stabil. Dan atas permintaan PLANT Council, Lacus diangkat menjadi Chairwoman di PLANT karena keberhasilannya menjadi mediator yang meredamkan perselisihan antara Natural dan Coordinator yang masih terjadi walaupun perang telah usai.

Tiga bulan telah berlalu semenjak pengangkatan Chairwoman baru menggantikan Chairman yang lama. Di dalam kediamannya, Lacus sedang tertidur dengan pulas setelah bekerja selama semalaman. Kicauan burung-burung gereja yang sedang bertengger di pohon dekat jendela kamarnya membuatnya terbangun. Dengan berat dia membuka kedua matanya lalu secara perlahan duduk dan mengusap-usap kedua matanya yang masih terasa mengantuk. Diliriknya jam weker yang berada di meja kecil di sebelah kirinya. Jam tersebut masih menunjukkan pukul 06.00. Merasa malas untuk berdiri, Lacus hanya duduk bersandar di kepala kasurnya sambil melihat ke arah kasur sebelah kanannya.

Sebelum dia diangkat menjadi Chairwoman, Lacus selalu tidur berdua bersama sang pujaan hatinya, Kira Yamato, saat mereka berada di Archangel maupun saat mereka berada di panti asuhan milik Reverend Malchio jika para anak-anak sedang pergi berjalan-jalan selama beberapa hari bersama sang Reverend. Dia merindukan kehangatan tubuh sang kekasih yang telah tidak ia jumpai selama tiga bulan terakhir ini. Kenangan indah akan saat-saat dia bersama dengan Kira muncul di kepalanya. Air mata mengalir di pipinya secara perlahan. Perasaan rindu meluap di dadanya. Dia terus menggumamkan nama sang kekasih dengan pelan. Lacus memang bisa mengatasi masalah kenegaraan, tetapi dia juga merupakan manusia biasa. Kadang ada batasan tertentu yang tidak dapat lagi menampung luapan emosi yang telah lama tertampung di dalam dirinya.

Di dalam sebuah pesawat luar angkasa, seorang pria berambut cokelat sedang melihat ke luar jendela dengan wajah yang ceria. Dia adalah Kira Yamato, sang hero yang menghentikan kedua perang yang telah terjadi. Wajah ceria yang sedari tadi dia perlihatkan diakibatkan karena dia akhirnya dapat menyusul Pink Princess-nya ke PLANT setelah tiga bulan penuh tidak bertemu satu sama lainnya. Keceriaannya itu sedikit mengganggu pria berambut biru yang sejak tadi berada di kursi sebelahnya yang merupakan sahabat baiknya, Athrun Zala.

"Oh, ayolah Kira! Bisakah kau berhenti memasang wajah seperti itu? Kau membuatku merinding tahu!"

"Hahaha ... Sayang sekali, Athrun. Aku tidak bisa! Kau tahu sendiri kan kalau aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan Lacus. Aku sangat rindu padanya!"

"Ya, ya ... Aku tahu kau merindukannya ... Sangat tahu malah," ucap Athrun sambil menghela nafas. "Tapi ... kumohon dengan sangat ... Bisakah kau tidak berwajah seperti itu sampai kita tiba di PLANT? Aku sudah muak melihat wajahmu yang seperti itu selama seminggu ini!"

"Kau hanya iri kepadaku kan, Athrun?"

"KIRA!" bentak Athrun dengan wajahnya yang memerah.

"Kau iri karena aku akan menemui sang pujaan hatiku. Sedangkan kau hanya dapat menonton kami dan menjadi lalat di antara kami berdua, kan?" goda Kira. "Kau dan Cagalli sudah lama tidak bertemu, kan?" *blush* wajah Athrun makin memerah mendengar nama Cagalli. "Bagaimana kalau Aku menelpon Cagalli sekarang dan menyuruhnya kemari? Kau ingin Cagalli datang, kan?" goda Kira lagi sambil tersenyum simpul dengan kedua alis terangkat. "Iya, kan? Iya, kan? Kau-*brak*-!" Kira tersentak kaget saat Athrun menggebrak meja di depannya.

"KIRA YAMATO! HENTIKAN SEKARANG JUGA ATAU KUBUNUH KAU!"

"Uh ... Baik, baik ...*sigh* Akan kucoba sebisaku ... Tidak perlu marah begitu...," cibir Kira.

Suasana tenang menyelimuti mereka berdua selama beberapa saat hingga seorang pria berambut hitam tiba-tiba berlari kearah keduanya dari belakang sambil berteriak. Dengan sontak keduanya menoleh kearah datangnya teriakan.

"Huh? Shinn? Ada apa?" tanya Athrun kepada pria berambut hitam yang dipanggilnya Shinn itu.

"To ... tolong sembunyikan aku dari Luna...," ujarnya dengan wajah ketakutan seperti habis melihat setan.

"Ha? Menyembunyikanmu dari Luna-san? Memangnya apa yang telah kau lakukan hingga membuatmu harus bersembunyi darinya?" tanya Kira heran.

Memang mereka bertemu di memorial yang berada di ORB dan berdamai. Namun Kira baru saja mengetahui nama keduanya saat mereka bertemu kembali di bandara pribadi milik keluarga Attha. Dan menurutnya Luna dan Shinn kelihatan sangat dekat. Dia yakin bahwa keduanya saat ini sedang berpacaran. Walau orang yang berpacaran pasti memiliki permasalahan sewaktu-waktu, tapi apa yang telah dilakukannya hingga membuatnya sampai harus bersembunyi dari pacarnya tersebut?

Shinn terdiam untuk beberapa saat. Tidak tahu apakah dia harus menceritakan alasannya kepada dua orang seniornya itu. Dia terus berkutat dengan pikiran itu dalam beberapa menit hingga terdengar suara wanita yang tidak asing baginya sedang memanggil namanya dengan kesal dari kejauhan.

"Shinn Asuka! Dimana kau bersembunyi? Jika kau kutemukan, akan kubunuh kau!" teriak seorang wanita dari kejauhan yang membuat warna wajah Shinn yang pucat menjadi makin pucat.

"... kau bisa bersembunyi di dalam kamarku," ucap Kira seraya menyerahkan kartu kamarnya kepada Shinn. "Kau tahu kamarku yang mana kan?"

"I ... iya! Terima kasih, komandan! Bye, Athrun!" ujarnya sambil perlahan berlari menjauh dari keduanya.

"E ... eh? Shinn! Bukankah sudah kukatakan bahwa kau dapat memanggilku dengan nama kecilku saja!" teriak Kira kepada Shinn yang dibalas dengan cengiran jahil dan lambaian tangan saja dari pria berambut hitam yang dengan cepat menjauh dan menghilang dari pandangan mereka.

Kira hanya dapat menghela nafasnya. Dia tahu bahwa sekarang dia merupakan salah seorang 'komandan' di ZAFT. Bukan 'komandan' biasa, melainkan 'private commander' yang bertugas khusus menjaga chairwoman dari segala ancaman dan hanya akan menuruti dan mendengar perintah langsung dari chairwoman saja. Namun dia tidak suka dipanggil 'komandan' jika mereka tidak berada dalam lingkungan militer. Terutama oleh orang yang dia kenal.

"Hei, Kira," ucap Athrun sambil menepuk pelan bahu Kira, meyadarkannya dari lamunannya. "Kenapa kau tidak memberitahukan Lacus bahwa kau akan datang menyusulnya ke PLANT?"

"Ah, itu-" ketika Kira hendak menjawab, tiba-tiba seorang wanita berambut pink keunguan datang dan menghentakkan kedua tangannya ke meja kecil yang berada di depan Kira dan Athrun yang kaget.

"Athrun, Komandan! Apakah kalian melihat Shinn?"

"Hh ... huh?" jawab Kira dan Athrun yang masih belum pulih dari rasa kagetnya.

"Aku tanya, apakah kalian lihat Shinn tadi?" ulang wanita yang bernama Luna lagi.

"I ... Iya...," jawab Kira jujur.

'Oh, crap!' batin Athrun panik. 'Kira bukan tipe yang bisa berbohong!'

"Apa kalian tahu dia mau kemana?"

"Eh ... em ... dia ... uh ... d,dia ... ke ... err...," jawab Kira terbata-bata. Dia melihat kearah Athrun. Meminta bantuan.

'Waduh! Bahaya! Aku harus memikirkan sesuatu!' panik batin Athrun. 'Kamar Kira ada di belokan sebelah kiri, jadi aku harus menyuruhnya ke kanan ... Di sebelah kanan itu ada ... hm ... Oh iya! Kantin!' "Shinn berkata dia akan ke kantin!" jawabnya buru-buru.

"Benarkah...?" tanya Luna tidak percaya.

"Ya! Shinn bilang dia mau ke kantin!" jawab Kira dengan muka pucat dan senyum yang dipaksakan.

"Hmm ... Really?" tanya Luna lagi yang masih belum percaya. Kira dan Athrun menganggukkan kepala mereka dengan cepat. "Baiklah kalau begitu ... Terima kasih Athrun, Komandan Kira! Bye!"

"Ah. Iya ... bye!" jawab kedua bersamaan. Luna pun melambaikan tangannya dan terus berlari hingga menghilang dibalik dinding koridor sebelah kanan yang menuju ke kantin.

"..."

"..."

"Aneh ya?"

"Iya."

"..."

"Mm ... rasanya ada sesuatu yang terlupakan olehku..."

"Huh? Apa itu?"

"Er ... entahlah ... aku lu-AHH!" tiba-tiba Kira berteriak dengan mata terbelalak dan wajah yang memucat.

"Kau sudah ingat?" tanya Athrun.

"E ... uhm ... i, iya...," jawab Kira terbata-bata. "Ma... maaf aku mau ke k-kamarku sebentar," dengan itu Kira langsung pergi meninggalkan Athrun.

"Eh? Hei, Kira! Tunggu aku!" Athrun pun langsung berlari mengejar Kira.

To be continue...

Yosh! Chapter pertama selesai!

Maaf jika banyak kesalahan dalam pengetikan di dalam cerita ini. Maaf juga kalau karakternya pada OOC semua... hehehe... *sweatdrop* Maklum ini fic pertamaku. Apakah ceritanya lumayan? Aneh? Atau malah sangat buruk hingga pantas dibuang ke kotak sampah?

Kritik dan saran diterima. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar tentang cerita ini. Okey? *wink*

Terima kasih sudah bersedia membaca fanfic ini... Sampai jumpa di chapter selanjutnya!